BAB 5

137 27 1
                                    

•••

"Arrghhhh!"

Mendengar teriakan, dengan panik Eca keluar dari kamar mandi dan memeluk Keira yang sedang menangis meraup rambutnya berantakan.

"Ssshhh tidak apaapa. Itu hanya mimpi!" Eca menenangkan.

Sudah seminggu Keira mengalami mimpi buruk. Dia akan selalu menangis saat terbangun. Sebenarnya sudah seminggu Keira menginap dengan Eca.

"Sakit, Ca!" bisik Keira sambil memegangi dadanya.

"Aku tahu. Jangan menangis lagi!"

Setelah Keira tenang, Eca menyuruhnya mandi dan bersiap untuk pergi.
Eca membuang nafas kesal memandangi pintu kamar mandi yang tertutup.

Seminggu lalu Keira mendapat kabar mengejutkan. Membangkitkan luka hati yang ditinggalkan sejak 14 Februari dua tahun lalu.

***

Usai Eca mendandani Keira, mereka siap untuk pergi.

Ryan menunggu lama di depan rumah nenek Eca. Lama sekali menanti kedua wanita itu muncul.

"Pakai bedak berapa kilo woy, lama banget elah!" gerutu Ryan begitu Eca dan Keira keluar.

"Kalau gak mau nganter bilang saja dari jauhjauh hari. Kalau bisa saat kau masih dalam rahim emak, kau nego pada Tuhan agar hari ini jam ini detik ini takdirmu untuk berada di sini diubah. Jangan ngedumel sekarang!" balas Eca.

"Berisik! Cepat masuk!"

Keira dan Eca masuk ke kursi belakang.

"Woy aku bukan sopir kalian lah. Pindah ke depan seorang!" pinta Ryan.

Kedua gadis itu hanya membatukan diri membuat Ryan kesal dan mengalah.

Hari ini merupakan hari penting untuk Keira dan Eca. Mereka akan melakukan sidang skripsi. Ryan sudah selesai sidang minggu lalu, jadi sekarang dia hanya datang untuk menemani saja. Sahabat mereka, Ana, sudah dipastikan tak akan bisa wisuda bareng dengan mereka. Dia sempat sakit berbulanbulan dan harus tertinggal dari yang lain.

***

Wajah tegang para mahasiswa menunggu giliran sidang memenuhi ruang tunggu.
Ryan berusaha memberi semangat pada Eca dan Keira yang sibuk mengulas materi.
Sebenarnya yang lebih Ryan khawatirkan adalah Keira, sudah seminggu ini anak itu tak baikbaik saja. Kenapa kabar buruk itu harus hadir saat dia akan menghadapi sidang seperti ini?

Setelah seharian penuh ketegangan akhirnya mereka keluar dengan wajah bahagia. Selesai sudah.

Beberapa teman datang memberi selamat dan hadiah pada Keira dan Eca. Bahkan tanpa diduga Ana pun datang memberi dukungannya.

"Ana!"
Keira dan Eca berteriak bersamaan lalu lari memeluk Ana yang datang membawa bunga.

Untuk kenangkenangan mereka mengambil banyak foto.
Sedang asyik berfoto tibatiba terdengar suara riuh. Saat mereka menoleh, ternyata ada adegan tak terduga.
Salah seorang peserta sidang sedang melutut di depan seorang wanita yang juga peserta sidang hari ini.

"Sayang, kita masuk kesini samasama. Kita menjalani perkuliahan samasama. Dan sekarang kita lulus samasama. Hari ini, disaksikan oleh temanteman yang samasama berjuang dengan kita. Aku ingin meminta sesuatu padamu. Sayang, bolehkah aku meminta foto berlatar biru milikmu untuk kusandingan dengan foto milikku? Maukah kau menikah denganku?"

"Arrrghhhhhh!" Kerumunan berteriak histeris melihat lamaran itu. Meski sederhana dan dilakukan dengan cara mainstream tapi semua orang yang melihat ikut bahagia dan terharu.

Keira tersenyum menatap pasangan itu. Dia ikut bahagia tapi dia juga merasa sedih.
Andai saja ... andai mereka masih bersama. Mungkin hari ini mereka akan berdiri bersama merayakan kelulusan ini.
Dua tahun tak cukup membuatnya melupakan, dua tahun tak cukup membuat hatinya tersembuhkan.

Keira memejamkan mata lalu mengesat air mata.
'Tidak. Kau tak boleh menangis lagi, Key!'

Begitu berbalik, Keira melihatnya berdiri menatap. Mata Keira tertuju pada tangannya yang memegang bunga dan boneka.

'Key, kita harus lulus samasama ya nanti.'

'Tentu saja! Saat aku sidang skripsi nanti aku ingin kau datang membawa bunga dan boneka besar untukku!'

'Okay!'

Keira mengalihkan pandangan lalu tersenyum sinis. Tak lama dia menekup mulut menahan tangis.

"Key!" panggil Rey yang entah sejak kapan berdiri di dekatnya.

"Harusnya kau jangan datang!" ucap Keira.

"Bunga dan boneka yang kujanjikan untukmu!" Rey mengulurkan hadiah itu pada Keira.

"Bukan ini yang aku mau!"

"Key, maafkan aku!"

"Dua tahun ini kita bisa melewatinya dengan baik. Dua tahun ini kita berhasil menjadi orang asing. Jangan rusak usaha dua tahun kita dengan ini." Keira mengesat air mata lalu mengambil hadiah Rey. "Aku anggap ini hadiah perpisahan darimu. Setelah ini mari kita bersikap seolah tak saling mengenal lagi."

Setelah mengatakan itu Keira pergi. Dia berjalan longlai menuju tempat parkir.

Dua tahun lalu, di pagi 14 Februari, Keira terbangun lalu menangis setelah melihat kembali pesan yang Rey kirimkan untuknya. Ternyata semua bukan mimpi.
Secara sepihak Rey memutuskan hubungan mereka. Di saat keduanya baikbaik saja, tibatiba Rey mengatakan ingin berpisah dengannya.

Ada banyak langkah pengejaran tokoh utama pria pada tokoh utama wanita dalam Novel yang Keira tulis. Pertengkaran manis menjadi bumbu cerita. Ending klasik bahagia menjadi pilihan Keira di setiap kisah.

Seperti dalam Novel, hubungan tak selamanya mulus pasti ada liku. Tapi bukan hal seperti ini yang Keira harapkan. Diputuskan sepihak tanpa penjelasan. Ditinggalkan dengan kebingungan. Jika memang harus berakhir setidaknya ada salam penutup yang manis darinya.
Seperti saat pertama dia memulai hubungan dengan prakata lembut, Keira ingin semua diakhiri dengan penutup yang jelas.

Setelah 14 Februari. Orang yang dulu penting tibatiba menjadi asing. Keira dan Rey sesekali berpapasan, tapi tak sekali pun Rey berhenti untuk memberi penjelasan. Bukan Keira tak mau bertanya , bukan Keira bahagia ditinggalkan dalam keadaan tak tahu kenapa. Bagi Keira, Rey yang memutuskan, Rey juga yang harus berinisiatif menjelaskan.

Berbulan Keira menunggu, mungkin Rey perlu waktu. Namun, buah penantiannya ternyata begitu menyakitkan.

'Happy Anniversary 4th, Chacha'

Status di sosial media Rey menghancurkan harapan Keira. Tak ada jalan untuk kembali ke hubungan semula antara Rey dan dirinya.

'Empat tahun katanya. Lalu hubungan denganku dia anggap apa?'

Mengenang  halhal dua tahun lalu masih terasa menyesakkan untuk Keira.
Hari ini, dengan bunga dan boneka yang dia peluk, Keira bubuhkan noktah untuk kisah dirinya dan Rey. Meski dalam hati kecil masih enggan menulis kata tamat, tapi cerita tak bisa lagi berlanjut.
Tokoh cerita sudah tak bisa Keira kendalikan. Jadi, sudahi saja! 

"Masuk mobil!" ucap Ryan.
Dari awal dia selalu memperhatikan Keira. Begitu Keira pergi setelah bicara dengan Rey, Ryan langsung berbicara pada Eca dan Ana untuk pulang duluan dengan Keira.

Dengan patuh Keira naik ke dalam mobil Ryan. Dia masih diam menatap kosong ke depan.

Ryan memasangkan sabuk pengaman pada Keira.
"Jika salah satu ceritamu tamat. Kau bisa menulis cerita baru. Kali ini pakai namaku saja sebagai tokoh utama!" ucap Ryan.

•••

NoktahМесто, где живут истории. Откройте их для себя