BAB 20

156 35 6
                                    

•••

Setiap kata yang diucap, berbekas diingatan. Mata mencoba dipejam, namun tetap enggan lelap. Akhirnya hanya bisa mencoba menggali kenangan lama, tentang bagaimana semua bermula.

"Kenapa kita bisa sampai pada titik ini, Rey? Dulu kita pernah saling mencintai, meski aku tak tahu cintamu benar atau tidak," ucap Keira sambil memandang langitlangit kamar.

Luahan Rey mengingatkan kembali pada masa lalu. Bukan tentang bagaimana dia tibatiba pergi, tapi bagaimana mereka dulu bahagia bersama. Dulu Rey selalu marah jika Keira dekat dengan Ryan, dia langsung bicara dan tak pernah menahan diri. Jika dulu Keira akan senang saat Rey memarahinya. Sekarang dia malah merasa sangat tak nyaman di hatinya. Seolah dia benarbenar telah berbuat serong dari Rey.

Tak tahan lagi, Keira turun dari kasur dan keluar kamar Rey menuju kamar Khai. Melihat Rey tidur nyenyak dengan Khai membuat Keira kesal. Dia naik ke kasur, berbaring di sebelah kanan Khai, manakala Rey ada di sebelah kiri.

Berbaring mengiring menghadap Rey, Keira menatap wajah tidur suaminya itu.
Lama Keira memandang karena kantuk belum juga datang. Entah sadar atau tidak. Tangannya bergerak menyentuh tangan Rey yang memeluk Khai. Dia teringat saat mereka masih di jaman jahiliyah dulu, saat masih pacaran, berkubang dengan kebodohan, mengabaikan halal haram. Rey paling suka memegang tangannya. Setiap ada kesempatan Rey selalu meraih tangan kecilnya. Memegangnya seolah takut hilang.

Keira terus memainkan jari Rey sampai tak sadar tertidur.

***

Waktu subuh, Key dan Rey bangun hampir bersamaan. Mungkin karena yang satu bergerak, yang lain ikut.
Mereka mengedipkan mata berkalikali memastikan pandangannya benar.
Duaduanya terkejut saat sadar bahwa mereka sedang berpelukan sekarang. Kemana Khai?

Keira panik lalu berbalik. Khai ada di belakangnya. Bagaimana mungkin dia pindah tidur ke tengah? Siapa yang memindahkan?

"Sejak kapan kau tidur di sini?" tanya Rey dengan suara serak.

Keira kembali menatap Rey, "Hah?" Dia masih bingung. Belum sadar sepenuhnya.
"Aku tak bisa tidur semalam, lalu pindah tidur di sini," ucap Keira.

Rey mengernyit dahi, "Kau memindahkan Khai ke pinggir?"

Keira langsung menggeleng.
"Aku tak tahu kenapa aku bisa tidur di tengah. Jelasjelas semalam aku di samping kanan Khai."

Rey bangun dan tak membahas hal itu lagi, "Bangunkan Khai, kita sholat subuh dulu! Setelah wudhlu, kalian datang ke kamarku!" arah Rey lalu pergi. 

Keira membangunkan Khai. Mereka mengambil wudhlu lalu pergi ke kamar Rey sesuai arahan.

Rey sudah membentangkan sajadah dan menyiapkan mukena untuk Keira. Mereka pun sholat subuh berjamaah.

Karena masih mengantuk, begitu selesai salam, Khai langsung tidur di pangkuan Keira yang sedang berdoa.

Aamiin telah diucapkan. Saat berbalik Rey melihat anaknya tidur. Dengan hatihati dia menggendong Khai dan meletakkan di kasurnya.

"Mau tidur juga?" tanya Rey pada Keira yang sedang melipat mukena. Beberapa kali dia melihat Keira menguap. Sepertinya masih mengantuk juga.

Tanpa menutupnutupi, Keira mengangguk. Semalam dia pindah ke kamar Khai jam dua pagi. Dia masih merasa tak cukup tidur.

"Yasudah tidur lagi dengan Khai!"

Keira mengangguk lagi. Entah kenapa dia jadi tak bisa bicara banyak di depan Rey sekarang.  

"Kemana?" tanya Keira saat melihat Rey hendak pergi.

"Mau lari pagi!"

"Oh!"

NoktahWhere stories live. Discover now