BAB 3

170 36 0
                                    

***

Kedekatan di hari terakhir study tour membuat hubungan Keira dan Rey menjadi berbeda. Keduanya semakin akrab dan dekat.

Meski berkirim pesan hanya jika ada tugas saja, namun setiap habis kelas Rey akan menghampiri Keira yang sedang jajan di kantin.

Mahasiswa berhamburan keluar dari lantai dua rektorat. Baru saja ada acara bedah buku yang wajib diikuti mahasiswa baru. Memang tak ada habisnya para senior memberi mereka program ini dan itu.

Keira dan Eca berdiri di depan rektorat menunggu Ana yang belum keluar.

Tiiinnnn!

Suara klakson mobil mengagetkan mereka.

"Mau pulang bareng?" tanya Rey begitu jendela mobil dibuka.

Keira dan Eca saling pandang sebelum akhirnya menggeleng bersamaan.

"Sudah gerimis. Yakin gak mau bareng?" tanyanya lagi.

"Gpp duluan aja. Masih nungguin Ana," jawab Keira.

"Yasudah aku pulang duluan kalau gitu. Assalaamu'alaikum!" kata Rey lalu pergi.

Setelah menjawab salam Keira langsung mencubit Eca.

"Kau kenapa mencubitku?" tanya Eca menahan sakit. 

"Kau gak liat dia bawa mobil apa barusan? Dia anak orang kaya ternyata. Sepertinya tak cocok denganku," ucap Keira.

"Mau anak orang kaya apa orang miskin apa urusannya? Kalau suka sama suka kenapa harus mundur hanya karena masalah status sosial."

"Tapi ...."

"Apa kau lupa tujuan kita kuliah untuk apa? Selain untuk menuntut ilmu bukankah kita sudah berikrar berkuliah untuk mencari jodoh? Karena meski kita tak cantik, tak berharta seenggaknya kita berpendidikan, berilmu. Dan itu modal utama kita untuk mencari jodoh. Kau yang bilang begitu padaku. Apa kau lupa? Jadi tak usah insecure pada harta. Lagipula dari kelas A sampai F di jurusan kita sebagian besar mengenalmu karena IPK tinggimu. Kau punya banyak hal yang bisa dibanggakan, yang orang impikan."

Keira terdiam menatap kosong ke depan. Benarkah tidak apaapa jika dia bersama Rey nanti?

***

Sebulan berlalu sejak acara bedah buku.
Keira dan Rey masih menjalin hubungan baik, meski Keira agak sedikit menjaga jarak.
Bukan karena masalah status sosial. Tapi banyak hal yang Keira pertimbangkan. Dia ingin memastikan perasaannya sendiri. Rey di matanya adalah pria biasa yang dia temui tanpa sengaja saat kuliah, ataukah Rey di matanya adalah jelmaan khayalan masa remajanya.
Bertahun sudah Keira menyimpan obsesi pada pria imaji. Apakah adil untuk Rey jika Keira menganggap dirinya bentuk nyata dari tokoh fiksi yang dia ciptakan? Sebisa mungkin Keira ingin memandang Rey sebagai dirinya sendiri.
Dia berpikir, seandainya nama Rey tidak sama dengan nama tokoh di Novelnya apa dia masih akan tertarik pada pria itu?

"Kau dan Rey masih dalam hubungan tanpa status? Apa kau mau mengulang kesalahan lamamu?" tanya Eca saat memilih baju untuk perayaan ulang tahun jurusan mereka nanti.

"Aku dan dia hanya teman kuliah saja. Tak lebih," jawab Keira.

"Dia akan mendatangimu jika ada kesempatan. Apa itu yang namanya teman biasa? Dan kau pun sampai hafal jadwal kelasnya. Jika tak ada hubungan spesial lalu itu apa? Kau pernah dirugikan karena hubungan yang ambigu. Jangan ulangi lagi!" pesan Eca.

Semua hal yang terjadi saat SMA, Keira ceritakan pada Eca. Bahkan tentang cinta monyetnya yang kandas juga Eca tahu.

"Jujur sejak terakhir kali aku dikecewakan pria brengsek di masa laluku, aku sudah bertekad tak akan pacaran dengan siapa pun. Aku ingin menemukan cinta sejatiku lalu menikah tanpa harus pacaran dulu. Hubunganku dengan Rey sekarang cukup membuatku nyaman. Aku puas seperti ini."

NoktahWhere stories live. Discover now