Bab 13

135 30 8
                                    

•••

Segala sesuatu yang ditutupi suatu hari memang akan terbuka. Hanya saja tak ada yang benarbenar siap jika hal yang matimatian disembunyikan rapat, terkuak begitu saja.

Secara alami Rey sadar diri. Segala yang terjadi berpunca dari dirinya.
Meminjam nama anak untuk setidaknya bertanggung jawab meluruskan. Harga dirinya memang sangat tinggi hingga tak berani mengakui bahwa yang dilakukannya bukan sematamata demi sang putri, tapi demi dirinya, wanita yang telah dia sakiti.

Tawaran si suami tak Keira tolak pun terima. Dia abaikan bagai angin lalu. Untuk hubungannya dengan Ryan, melibatkan orang lain hanya akan menambah pertengkaran. Secara pribadi Keira ingin menjelaskan sendiri tanpa seorang pun menjembatani. Dia tak merasa langkah Rey itu perlu.

Khai pergi ke meja makan dengan wajah lesu. Tak bersemangat.

"Khai, Bubund masakkin makanan kesukaan Khai. Ayo cepat datang kesini. Kita sarapan bersama!" ucap Keira.

Khai mendongak senang mendengar nada bicara Keira yang sudah kembali seperti Bunda yang dia kenal. Bukannya duduk Khai malah pergi pada Keira dan memeluknya erat.
"Khai sayang Bubund!"

"Bubund juga sayang Khai."

Tak seharusnya Keira mengabaikan Khai kemarin, dia merasa bersalah dan akan berusaha menebus kekhilafannya.

***

Berharihari telah lalu, Ryan masih belum bisa Keira hubungi. Menurut Eca, Ryan sudah pulang. Rasa bersalah Keira semakin membuak mendengar Ryan tak lagi berada di kota yang sama dengan dirinya.

"Masih belum bisa menghubunginya?" tanya Rey sambil meletakkan minuman untuk Keira.

"Belum!" jawab Keira.

Di depan Khai, Keira akan bersikap biasa saja. Namun, begitu Khai tak ada, Keira langsung masuk ke mode melamun lagi. Masih belum bisa tenang sebelum menjelaskan semua.

"Dua minggu lagi aku libur selama tiga hari, kita bisa pulang ke rumah orangtuamu!" ucap Rey lagi. 'Dan kau bisa bertemu Ryan di sana,' lanjut Rey dalam hati.

"Okay!" balas Keira.

"Oh iya, minggu ini Khai dan aku akan pergi ke taman bermain. Mau ikut?" ajak Rey.

"Boleh!" jawab Keira lagi.

Agak terkejut juga Rey pada kesediaan Keira untuk pergi bersamanya. Apa Keira masih melamun dan tak sadar apa yang baru saja dia ucapkan?

***

Menebus tahuntahun terlewatkan, menebus ketidakpeduliannya beberapa waktu lalu, dengan senang hati Keira membawa Khai ke taman bermain.

Berbagai wahana untuk anakanak mereka coba. Gembira sekali keluarga tiga orang itu.

"Mau eskrim!" teriak Keira dan Khai berbarengan pada Rey.

"Baiklah!" ucap Rey lalu berjalan menuju tukang eskrim diekori oleh istri dan anaknya.

"Khai mau vanila!" ucap Khai sambil menariknarik celana Rey.

"Aku mau co...."

"Vanila satu, cokelat kacang satu," kata Rey sebelum Keira selesai bicara.

"Siapa bilang aku mau cokelat kacang!?" kata Keira.

Sejak dulu kesukaan Keira memang cokelat kacang. Bahkan sampai sekarang pun belum berubah, bagaimana Rey bisa lupa.

"Mau atau tidak?" Rey mengulurkan eskrim pada Keira.

"Mau!" Keira mengambil eskrimnya.

Mereka duduk di bangku dekat komedi putar untuk menikmati eskrim.

"Mau?" Basabasi Keira menawarkan eskrim kepada suaminya.

Rey memandang Keira dengan sangsi, tapi tak menolak dan menundukan kepala untuk merasai eskrim itu.

PLAK!

Belum sempat eskrim sampai ke mulut, sebuah tamparan mendarat di pipi Keira membuat eskrim itu terjatuh.

"Bagus ya, Key!" marah Eca.

"Ca, jangan gegabah. Dengar penjelasan Key dulu," ucap Ana.

"Penjelasan apa lagi? Kau lihat dia di sini bermain dengan gembira. Benarbenar potret keluarga bahagia. Di depan kita dia seolah membenci jantan sialan ini, tapi di belakang kita dia membuat keluarga dengannya. Pantas saja Ryan pulang tanpa pamit. Dia pasti sudah melihat kelakuan sebenar dari Key."

"Ca, kita bicara di tempat lain!" ajak Keira sambil menahan perit di pipi.

"Kenapa? Kau malu dilihat semua orang hah?"

"Ada anakku di sini. Kumohon jangan bertengkar di depannya," Keira melirik Khai yang bersembunyi di belakang Rey.

Mendengar Keira mengakui anaknya membuat emosi Eca memuncak lagi. Tapi raut ketakutan Khai membuat Eca mengalah dan mereka pergi ke tempat yang agak sepi.

"Pertama aku melihat kalian tadi, aku masih tak percaya kalau itu kau, Key! Dan sebenarnya aku juga tak bermaksud mempermalukanmu, karena kupikir kau gak sengaja bertemu Rey di sini lalu dipaksa bermain dengannya. Tapi, saat aku mendengar anak itu memanggilmu 'Bubund' dan memanggil Rey 'Papa', aku langsung tak bisa berpikir jernih. Yang ada di kepalaku adalah penipuanmu. Aku bertanyatanya, apa kau dan Rey menikah? Bagaimana bisa kau punya anak sebesar itu? Sebenarnya sejak kapan kalian menikah?"

"Ca, Ana, aku minta maaf. Ya, aku menikah dengannya, empat tahun yang lalu!"

Plak!

Tamparan kedua mendarat di pipi Keira.

"Bisabisanya. Kau pergi ke Jepang menghilang dari kami bukan untuk belajar tapi untuk menikah? Selama lima tahun kau pergi ah tidak sejak kau putus dengan Rey kami matimatian menjaga perasaanmu. Tapi, apa yang kau lakukan di belakang kami sekarang? Kau memperlakulan kami seperti lelucon. Bahkan Ryan, selama ini dia menunggumu. Dia yang selalu ada ketika kau sedang dalam masa tersulitmu. Dan kau membayar pengorbanannya dengan ini? Dia belum menemukan pendamping hidup hanya demi dirimu. Apa kau tak merasa bersalah hah?"

"Aku tak bermaksud menyembunyikan semuanya dari kalian. Maaf, Ca! Pernikahan itu adalah keinginan istrinya Rey. Dia yang memintaku jadi istri kedua Rey saat itu. Dia me...."

"Dia menyuruhmu mati pun kau akan mati juga kah? Cukup Key, alasanmu tak masuk akal. Sekarang, silakan berbahagia dengan pilihanmu. Kita tak ada hubungan apaapa lagi. Jika kita bertemu di suatu tempat jangan sok kenal padaku, anggap saja aku orang asing!" ucap Eca lalu pergi.

"Key, jujur aku kecewa. Tapi alasanmu pasti tak mainmain juga. Aku akan menenangkan Eca dulu. Jaga dirimu! Assalaamu'alaikum!" Ana pergi menyusul Eca.

"Wa'alaikumussalaam!"
Keira menangis begitu temantemannya pergi.

"Jangan menangis!" Rey memeluk Keira. Dari tadi dia hanya bisa melihat dari jauh dan tak bisa membantu karena khawatir Khai akan melihat dan mendengar hal yang tak baik untuknya.

"Mereka membenciku, Rey. Apa yang harus kulakukan?"

"Mereka tak membencimu. Karena terlalu menyayangimu makanya mereka marah. Penjelasanmu tak akan didengar jika kemarahan itu masih ada. Kau juga harus tenang dulu."

Keira semakin keras menangis. Selama empat tahun ini, yang paling Keira takutkan adalah kehilangan kepercayaan mereka. Tapi dia tak sadar dari awal dirinya tak jujur, kepercayaan mereka juga perlahan akan hilang. Banyak waktu selama empat tahun untuk menjelaskan, tapi Keira memilih bisu. Dan sekarang dia harus menanggung akibat dari masalah yang dia timbulkan sendiri. Dia mungkin harus menerima jika kawannya memilih tak mau mendengar penjelasan, seperti halnya dirinya yang dulu memilih bertahan dalam diam.

Keira paling membenci pengkhianatan, dalam bentuk apa pun. Tapi dirinya sendiri pun melakukan.

•••

NoktahWhere stories live. Discover now