bab 9

134 29 1
                                    

•••

Perjalanan ke TK diisi dengan drama baru lagi. Keira harus menghadapi muncung putrinya. Sepanjang perjalanan Keira berusaha membujuk dan menjelaskan pada Khai tentang masalah pekerjaan yang akan dirinya lakukan.

Akhirnya anak itu terbujuk dan drama berakhir dengan pelukan.
'Bapakmu tak sedikit pun mau membantu Bundamu ini aiisshhh,' keluh Keira dalam hati teringat sikap Rey yang tak mau membantunya mejelaskan tadi.

Khai dengan selamat sampai di sekolah. Keira pun bisa tenang pergi ke tempat wawancara kerja. Masih ada satu jam sebelum waktu yang dijadwalkan. Jarak dari sekolah Khai ke sana juga hanya setengah jam.

Taksi berhenti tepat di depan gedung perusahaan dua puluh menit sebelum wawancara dimulai.
Keira merapikan pakaian sebelum masuk.
Di dalam sudah banyak pelamar yang datang. Keira sedikit tegang.

Begitu nama Keira dipanggil dia mengatur senyum senatural mungkin lalu masuk ke ruang wawancara. Ada tiga orang pewawancara, dua lelaki dan satu perempuan.

Semua pertanyaan yang diberi bisa Keira jawab dengan lancar. Namun, di akhir tanpa diduga menanyakan status pernikahan Keira. Dengan agak gugup dia menjawab bahwa dirinya belum menikah. Bagaimana pun dia dan Rey memang tidak menikah dengan resmi, pernikahan mereka belum tercatat di negara.

Keluar dari ruangan, Keira merasa lega. Tanpa istirahat dia langsung pergi ke sekolah Khai untuk menjemput.

"Bubuuuund!" Khai menangis memeluk Keira begitu dia datang.

"Khai kenapa?" tanya Keira khawatir.

Anak itu terus menangis tanpa menjawab Keira. Sambil menggendong Khai, Keira bertanya pada guru apa yang terjadi. Tapi gurunya juga tidak tahu.

"Berhenti menangis, Khai. Kita belanja bareng mau gak? Tapi Khai harus berhenti menangis, kalau tidak Khai tak akan diizinkan masuk supermarket nanti," bujuk Keira.

Khai langsung berhenti menangis walaupun masih ada sedikit segukan. Keira tersenyum mengusap sisa air mata pada anaknya.

Sebelum pulang, mereka mampir ke supermarket membeli bahan makanan yang sudah mulai habis, sekalian membeli kebutuhan seharihari seperti sabun dan kawankawannya.

Khai sangat bersemangat, membeli ini itu. Bahagia Keira melihatnya.

***

Rey sudah di rumah saat Keira dan Khai pulang. Tanpa bicara Rey membantu membawakan belanjaan anak istrinya.

Belanjaan tersusun rapi di lemari pendingin. Khai bersorak senang merasa telah banyak membantu Bundanya.

"Terima kasih anak Bubund!" ucap Keira lalu mencium pipi montel Khai.

Dia ingin membiasakan hal baik untuk putrinya. Hal sederhana berterimakasih dan meminta maaf adalah yang paling dasar yang harus Keira tanamkan pada Khai. Dengan begitu anaknya bisa menjadi anak yang bisa bersyukur.

"Papa?" ucap Khai sambil menunjuk Rey.

"Kenapa Papa?"

"Papa membantu membawakan belanjaan kita. Bubund tak say thanks pada Papa? Tak mencium pipi Papa?" tanya Khai polos.

Keira menatap Rey dengan canggung.
"Bubund sudah berterimakasih pada Papa tadi, tapi Khai tak lihat," dalih Keira.

"Benarkah?" Khai memastikan.

Keira mengangguk meyakinkan. Lalu menatap Rey kesal, kenapa tak mau bekerjasama sekali pria satu itu. Bisanya menyakitkan hati saja.

"Yasudah, Khai mau mandi dan ganti baju dulu ya Bund," ucap Khai lalu berlari ke kamarnya.

NoktahWhere stories live. Discover now