BAB 6

136 32 0
                                    

•••

Pemandangan di acara wisuda seperti dejavu untuk Keira. Mengulang kembali saat pesta perpisaha  sekolah dulu. Bedanya, dulu dia sendirian. Kali ini dia dikelilingi sahabat baiknya.
Acara wisuda bukan noktah untuk berhenti mencari ilmu. Ini awal menuju tempat baru.

Selesai kuliah, mereka membawa haluan masingmasing. Eca kembali ke kota asalnya untuk melanjutkan S2, Ana ikut ayahnya bekerja di luar kota, sementara Ryan, masih berada di kota yang sama dengan Keira, hanya saja frekuensi pertemuan mereka tidak banyak.
Ryan sibuk bekerja, dan Keira sibuk bekerja juga sambil berusaha mencari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2.

Setelah satu tahun lebih penantian akhirnya kabar baik itu datang. Keira berhasil mendapat beasiswa ke Jepang. Sebagai pecinta komik, sudah lama Keira bermimpi pergi ke sana.

Seminggu sebelum keberangkatan, sahabat Keira sengaja datang untuk mengucapkan selamat tinggal.
Selama tiga hari berturutturut mereka bermain ke berbagai tempat wisata.
Hari ini adalah hari keempat mereka bersama.

"MasyaaAllah pemandangan di sana bagus!" teriak Keira. "Ayo kita berfoto!"

"Okay!" jawab Eca dan Ana kompak.

"Tak bagus! Cari tempat lain saja," ucap Ryan dingin.

"Kau memang tak punya rasa estetika," cebik Eca tak puas hati.

"Di sana benarbenar tak bagus!" keukeuh Ryan.

"Bodo amat. Kita akan berfoto di sana!" ucap Keira.

"Eh jangan!" Ryan menarik Keira.

"Kenapa sih? Kalau kau tak suka tempat itu kau diam saja di sini okay!"
Keira berbalik dan berjalan ke tempat yang diingankannya. Baru empat langkah tubuh Keira langsung kaku.

Seorang wanita tersenyum bahagia melihat ke arah kamera. Dia melakukan berbagai pose. Tuan si pengambil gambar juga seperti menikmati saatsaat memotret wanita itu.

"Brengsek! Tempat itu benarbenar tak bagus!" ucap Eca lalu menarik Keira.

Tapi tubuh Keira tak beranjak. Dia membatu memandang pasangan bahagia itu.

"Mereka terlihat bahagia!" ucap Keira sambil tersenyum.

"Key!" Ana memeganggi lengan Keira. "Kau  melihat mereka bahagia sekarang, kau pun bisa bahagia seperti mereka."

"Ayo pergi! Waktumu terlalu berharga untuk mengenang cinta lamamu yang sudah usai itu!" Kali ini Eca mengerahkan sedikit kekuatan untuk menarik Keira pergi. "Benarbenar menyebalkan. Semoga lelaki sialan itu mendapat karma," gerutu Eca.

Mood bermain sudah hilang, mereka memutuskan pulang.

"Key, kau okay?" tanya Ryan sebelum menyalakan mesin mobil.

"Okay!" jawab Key sambil memandang ke luar jendela.

"Benarbenar ya, kenapa mantanmu itu selalu saja mengganggu hari damaimu? Dulu saat kita akan sidang, tibatiba undangan pernikahannya tersebar di grup. Hari ini, beberapa hari lagi kau akan memulai awal baru dalam hidupmu dia muncul sedang berbahagia dengan pasangan barunya." Kekesalan Eca belum habis.

"Ca, sudahlah!" Ana berusaha menenangkan Eca yang duduk di kursi belakang bersamanya. "Key akan makin sedih nanti."

"Sedih? Key, kau masih sedih? Tak ada gunanya kau sedih untuk pria itu. Sudah tiga tahun, harusnya kau sudah mati rasa. Move on, Key! Dalam tiga tahun ini berapa banyak pria baik, tampan dan sholeh yang kau lewatkan hanya karena kau masih belum bisa melupakan mantanmu itu? Kau sudah menyianyiakan banyak kesempatan. Jangan campur adukkan cinta dan obsesimu. Sebenanrnya kau kecewa karena Rey berbeda dengan tokoh yang kau impikan atau kau kecewa karena Rey meninggalkanmu?"

"Eca!" Ana takut Key akan tertekan.

"Diam ish!" kata Eca tak senang karena disampuk. "Aku tahu kau terobsesi dengan tokoh imaji apalah entah itu. Tapi kau harus ingat Key, Rey bukan tokoh dalam ceritamu. Mereka berbeda. Aku tak keberatan kau masih bermimpi memiliki pria yang sama dengan tokoh ceritamu. Mungkin sosok seperti tokoh dalam ceritamu itu memang ada, hanya saja kau belum menemukamnya sekarang. Mungkin suatu hari nanti orang itu akan muncul memenuhi semua impian masa remajamu. Karena itu sebelum orang itu datang, lupakan Rey!"

Keira hanya diam.
Dia sudah menuliskan pengakhiran untuk kisahnya. Anganangan untuk memiliki pria seperti tokoh utama cerita juga sudah Keira lupakan.
Sebenarnya dia pun sudah menerima bahwa Rey sekarang milik wanita lain.
Tapi, kehadiran tibatiba mereka di depannya dengan bahagia menunjukkan kasih sayang membuat Key sadar bahwa dia benarbenar belum siap melihat happy ending Rey dengan wanita yang bukan dirinya.

***

Pada hari keberangkatan. Orangtua dan sahabat mengantar ke bandara.

Eca dan Ana memeluk Key erat, Ryan hanya bisa cemburu menonton adegan itu dari samping.

"Key, cowok Jepang katanya tampan. Coba sedikit saja kau berusaha tergoda oleh mereka okay!" pesan Eca.

"Hey kenapa kau menyarankannya untuk tergoda pria Jepang?" kata Ryan kesal.

"Lah kenapa? Kan bagus kalau Keira bisa mendapatkan cinta baru, kau mau dia terus mengenang pria jahat itu?" balas Eca.

"Ish sudahlah!" Keira menengahi.

"Key, saat kau kembali pulang nanti, kau harus membawa cerita baru. Cerita lamamu sudah tamat kan? Aku menunggu kisahmu yang lain. Lagipula penulis macam apa yang hanya membuat satu cerita dengan tokoh ituitu saja. Pembacamu akan bosan lah, Key. Dunia ini begitu besar, aku yakin banyak kisah lain yang bisa kau tulis," ucap Ryan.

"Aku akan membuat kisah baru. Aku janji. Tapi, lamaranmu waktu itu serius? Kau ingin jadi tokoh utama di ceritaku?"

"Serius!"

"Kalau kubuat kau berakhir menderita apa kau akan memaafkanku? Jujur saja aku bosan menulis cerita happy ending," goda Keira.

"Tidak apaapa. Selama kau memberiku kompensasi aku tak masalah. Kau bisa membuat cerita tentangku berakhir tak bahagia, asal setelah itu kau beri akhir yang menyenangkan untukku di dunia nyata."

"Terlalu banyak mau!" Eca menendang kaki Ryan.

"Bisa gak kau tak menyebalkan, Eca!" kata Ryan geram.

"Kenapa sahabatmu itu tak pernah akur sih, Ana?" bisik Keira melihat Eca dan Ryan mulai bertekak.

"Mereka juga sahabatmu, Key!"
Setelah bicara, Ana memandang Key lalu memeluknya dari samping.
"Aku akan sangat merindukanmu!" kata Ana sedih.

"Aku juga pasti akan merindukan kalian."

"Bisa gak kau tak usah pergi saja?"

"Jangan mengada, Na. Kau harus baikbaik ya di sini. Jangan sakit lagi!"

"Kau harus mengingatkanku setiap hari agar aku tak skip makan. Agar aku bisa makan sehat dan tak sakitsakit lagi."

"Minta saja pacarmu, kenapa menyuruhku?"

"Aku baru saja putus. Tak ada yang perhatian lagi padaku," kata Ana memasang wajah sedih.

"Berlebihan! Kau masih punya emak bapak yang sehat walafiat. Kurang apa mereka memberimu perhatian."

"Pokoknya kau harus mengabariku setiap hari, Key!"

"Baiklahbaiklah. Kau seperti anakku saja aissshhh!"

"Aku memang anakmu. Jangan lupa bawa pulang bapak tiri untukku nanti ya!"

"Bapak tiri apa?" Eca dan Ryan bertanya serempak menghentikan pertengkaran.

"Ish kenapa kau ikutikut?" marah Eca.

"Kau yang ikutikut!" balas Ryan.

Keira dan Ana saling pandang lalu menggelengkan kepala.

"Key, sudah ada panggilan. Cepat masuk!" ucap Mama Keira.

"Iya Ma!"

Keira pun pergi diantar tatapan sedih orangorang yang menyayanginya.

•••

NoktahWhere stories live. Discover now