BAB 17

135 30 1
                                    

•••

Mencoba melepas rasa benci bertahuntahun memang tak semudah, dan tak secepat diucapkan. Perlu proses agar hati mampu beradaptasi.

Untuk saat ini masih mencoba menjadi teman serumah yang baik. Namun untuk jadi pasangan, belum sejauh itu. Masih banyak hal antara mereka yang belum selesai. Bisa berteman saja sudah sangat bagus.

"Barangmu dah diangkut ke mobil semua?" tanya Rey.

Keira mengangguk malas. Dia sebenarnya masih mengantuk. Semalaman sibuk packing untuk mudik. Tak cukup tidur.
Sekarang mereka harus berangkat pagu buta agar tak terkena macet.

Muka enggan Keira terlihat luchu. Rey membantunya membuka pintu mobil.

"Kau bisa tidur lagi di jalan nanti dengan Khai!" kata Rey sambil mengusap kepala Keira.

"Hmm!"

Khai dan Keira duduk di jok belakang meninggalkan Rey sendirian di depan.
Sebelum mobil dinyalakan, camilan dan air minum sengaja Rey bereskan di jok depan, agar istri dan anaknya tak kesulitan mencari nanti.

***

Berjamjam perjalanan telah ditempuh, akhirnya mereka sampai di rumah Keira. Dibandingkan rumah Rey yang besar, rumah Keira tak ada sebesar mana. Rumahnya sangat sederhana, tapi terlihat nyaman ditinggali. Ditambah lingkungan yang terlihat bersih. Pohonpohon banyak, terlihat sejuk.

"Kakek, Nenek!" Turun dari mobil, Khai berlari ke arah orangtua Keira yang menyambutnya di depan pintu.

"Cucuku!" Papa Keira menciumi Khai, rindu.

Selama bertahuntahun Keira di luar negeri, Rey selalu menyempatkan waktu membawa Khai bertemu dengan orangtua Keira. Sejak awal mereka sudah menganggap Khai sebagai darah daging mereka sendiri.

"Assalaamu'alaikum, Pa, Ma!" ucap Rey lalu menyalami tangan mertuanya satu per satu.

"Wa'alaikumussalaam!"

"Ma, Pa, Key rindu kalian!" ucap Keira memeluk orangtuanya.

Setelah lama berpelukan, Papa Keira berinisiatif melerai.
"Masuk ke rumah dulu! Mama kamu sudah memasak makanan yang enak untuk kalian."

Mereka semua masuk ke rumah dengan gembira. Hanya ada orangtua Keira saja di rumah, karena Abangnya sudah lama menikah dan pindah ke rumah baru.

"Bawa Rey istirahat dulu ke kamar. Dia pasti lelah menyetir. Khai biar Mama yang jaga."

Sebenarnya Keira agak canggung mengajak Rey ke kamarnya. Tapi jika dia meminta Rey tidur di kamar Abangnya orangtuanya pasti akan khawatir tentang kehidupan rumah tangga mereka.

Begitu memasuki kamar, Rey melihat sekeliling. Kamar Keira sangat rapi. Meski sudah lama ditinggalkan pemiliknya, tapi kamarnya masih terawat. Sepertinya Mama mertua sudah bekerja kerasa membersihkan kamar ini setiap hari.

"Kau bisa istirahat dulu di sini, aku akan melihat Khai," ucap Keira lalu buruburu keluar kamar setelah meletakkan tas. Dia tak bisa berlamalama berdua dengan Rey.

***

Dua hari sudah mereka tinggal di rumah Keira. Di hari ketiga, Rey mulai membicarakan soal tujuan lain mereka datang.

"Kau bisa memakai alasan bertemu teman lamamu untuk keluar besok," ucap Rey. Dia ingin memberi Keira kesempatan bertemu dengan Ryan tanpa dicurigai orangtua mereka. Sejujurnya dia tak nyaman membiarkan Keira pergi sendiri, tapi demi kebaikan Keira dia harus bisa menerima.

"Bagaimana kalau dia tak mau menemuiku?" tanya Keira khawatir.

"Jika dia benar sayang padamu, dia pasti akan menemuimu. Semarah apa pun, di hatinya pasti ada rindu. Meski terlihat enggan, aku yakin dia juga pasti ingin menemuimu. Mendengar penjelasanmu."

NoktahWhere stories live. Discover now