Ch 7 : Punishment

7.8K 299 40
                                    

Mata Leora masih terpejam saat ia merasakan seseorang sedang mencumbu lehernya, menghisapnya lembut hingga mulutnya tanpa sadar mengeluarkan lenguhan. Sensasi itu terasa menggetarkan syarat di tubuhnya.

Napas Leora berubah cepat dan jantungnya berdebar kencang. Kulitnya meremang, merasakan benda basah dan kenyal kini menelusuri tulang belikatnya-menjilatnya. Tangan kekar juga turut terasa menjamah dan meremas sebelah payudaranya.

Entah ini fantasi gila dalam mimpinya atau bukan, tapi Leora seketika tersentak dan matanya terbuka. Ia terbangun dengan napas terengah-engah.

"Apa yang kau lakukan Sam?!" Matanya membelalak mendapati Samuel berada di atas tubuhnya. Wajah pria itu berada tepat di depan mukanya. Mulut Samuel setengah terbuka dan napasnya berderu panas dan berat.

"Membangunkanmu." Suara Samuel terdengar serak.

Leora segera mendorong Samuel menjauh hingga pria itu menjadi berdiri di sisi ranjang, sementara Leora terduduk dengan dada berdebar-debar. Sekilas ia melirik tubuh Samuel yang bertelanjang dada, otot-otot itu terbentuk sempurna di beberapa bagian.

Adrenalin Leora terpacu saat tangannya menyentuh sisi lehernya. Perban putih membelit di sekitar kepala Leora, sementara waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Kau tidak sadarkan diri seperti putri tidur."

"Apa?" Leora tampak ling lung mencerna kata-kata Samuel.

"Dokter mengatakan bahwa kau baik-baik saja, dan dia mengizinkanku membawamu pulang."

Leora memerhatikan Samuel yang mengitari ranjang, menuju nakas dan mengambil gelas berisi air mineral di sana. "Kausku benar-benar sangat cocok di tubuhmu. Kau selalu terlihat seksi dengan warna merah," kata Samuel melirik Leora sambil menandaskan minumannya.

Sorot mata Leora berubah menjadi tidak nyaman. "K-kau yang mengganti pakaianku?"

"Apa kau berharap pria lain yang mengganti pakaianmu hm?"

"Kau bisa meminta perawat untuk melakukan hal itu, dan tidak seharusnya-"

"Aku lebih suka melakukannya dengan tanganku sendiri," sela Samuel, lalu meletakkan gelas kasar ke nakas. Ia benar-benar berada dalam pengendalian yang buruk saat ini. Amarah dan gairah berkumpul menjadi satu dalam dalam dirinya. "Lagi pula memakaikan kaus ke tubuhmu bukanlah sesuatu yang sulit untukku."

Samuel lalu melihat Leora beranjak dari kasur. Bayangan pergumulan panas yang terjadi di ranjang itu seketika memenuhi benak Samuel. Mulut Leora yang terbuka dan mendesah keras karena orgasme yang diberikan pria lain mengusiknya tanpa bisa dicegah.

"Aku sudah sadar sekarang." Leora menatap nyalang Samuel, menghampiri pria itu dengan kaus kebesaran yang tampak menenggelamkan tubuhnya dan menunjuk pintu kamar. "Kalau begitu kau boleh meninggalkanku."

"Apa aku belum mengatakan padamu?"

Leora menatap Samuel dengan percikan kemarahan.

"Aku akan tinggal bersamamu di apartemen mulai hari ini. Itu adalah permintaan papa dan mama, dan kau akan berada dalam pengawasanku setiap saat."

"Kau pikir aku anak kecil? Aku bisa menyampaikan pada papa dan mama itu sungguh tidak perlu."

"Patah hati bisa saja membuat seseorang hilang akal."

Leora tidak terima dengan tuduhan sialan Samuel. "Kau pikir aku sengaja mencelakakan diriku sendiri?!"

Satu tangan Samuel mengepal erat, matanya menggelap menatap Leora.

"Christoper yang melakukannya! Dia yang menabrakkan mobilku!"

"Sepertinya benturan di kepalamu telah membuatmu berhalusinasi sekarang."

Confined By YouWhere stories live. Discover now