Ch 11 : Go To Hell

4.5K 225 22
                                    

"Sepertinya kau tidak lagi merasa jijik dengan masakanku." Samuel tersenyum dan menyandarkan punggung di konter dapur, menyeruput kopinya, sementara Leora berada tepat di sebelahnya—duduk menyendok telur orak-arik di piring dan memasukkan ke mulut. "Belakang ini kau tampak lahap memakan apa pun yang kubuat."

"Saat itu aku sedang kesal denganmu." Suara televisi terdengar menyala dari ruang tengah pagi itu. "Jadi, sejak kapan kau seperti ini?"

"Seperti apa?"

"Melakukan hal yang tidak seharusnya padaku—bahkan menyuruhku mengonsumsi pil pencegah kehamilan."

Terhitung dengan hari ini, sudah seminggu Samuel menyekapnya di tempat ini. Leora tidak bisa kemana-mana dan hanya menghabiskan waktu seharian di apartemen. Persis seperti orang tolol. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, menonton televisi bersama pria itu dan kembali tidur lagi—begitu terus sampai ia nyaris gila.

Bahkan level kebosanan Leora sudah mencapai taraf maksimal namun ia berusaha menyembunyikannya di depan Samuel. Ia harus bersikap manis untuk sesaat—hanya sampai pria itu percaya padanya. Karena menghadapi pria psikopat butuh kesabaran ekstra. Leora perlu berhati-hati agar bisa bebas darinya dan setelah itu ia bersumpah akan memenjarakan balik pria gila ini—terlepas itu adiknya sendiri—ke dalam jeruji besi.

Samuel menyunggingkan senyum tipis. Wanita itu tidak tahu bahwa pil itu bukanlah pencegah kehamilan melainkan vitamin kesuburan. "Pertanyaanmu kurang spesifik."

"Aku tahu kau memahaminya."

"Maksudmu kapan aku berfantasi liar tentang dirimu?"

"Ya, semacam itu." Leora meraih jus seledri di atas konter dan meneguknya.

"Saat aku berusia lima belas tahun."

Leora mendadak tersedak saat mendengar jawaban Samuel. "Oh, itu sungguh gila. Maksudku—selama itu kau menunggu waktu yang tepat?"

"Kau muncul dalam mimpiku, telanjang di bawahku, menggodaku lalu kita bercinta."

Mata Samuel sepenuhnya terpusat pada Leora yang kini meletakkan gelas ke meja konter dan memandang telur orak-arik di piring.

"Lihat aku Leora, dan aku akan memberitahumu rahasia lain tentang diriku."

Leora lantas mendongak, menatap Samuel.

"Aku bahkan membunuh di usia dua belas tahun karena dirimu."

Keterkejutan tampak jelas di wajah Leora. Mulut wanita itu tampak tergagap. "Kau—apa?"

"Kita tidak pernah akrab sebelumnya. Tapi patah hati pertamamu membuatmu dekat denganku. Aku ada di saat kau membutuhkanku, dan kau menyuruhku merahasiakan kekacauanmu dari siapa pun. Saat itu aku berusia sepuluh tahun, dan kau berusia dua belas tahun. Kau ingat?"

Ya, Leora tentu ingat tentang semua itu. Bahkan seiring berjalannya waktu Samuel adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. Ia selalu menceritakan banyak hal padanya; seperti pria yang ia suka atau pria yang dekat dengannya. Tapi Leora tidak pernah menceritakan hal buruk pada Samuel—ia lebih senang memendamnya.

"Dan semenjak hari itu, aku ingin melindungimu dan aku tidak ingin kau dikecewakan lagi oleh pria—termasuk anak laki-laki yang terus menganggu hidupmu hari itu. Dia terus merisakmu dan aku ingin memberikanmu ketenangan, Leora."

"Kau sungguhan membunuh?"

"Tidak ada seorang pun yang tahu tentang peristiwa itu, jadi kau tidak perlu cemas."

Leora terdiam.

"Apa kau takut padaku sekarang?"

"Tidak sama sekali."

Confined By YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin