Ch 10 : I Wanna Hear Your Voice

5.1K 207 20
                                    

Pagi harinya, Leora duduk bersandar di ranjang dan menatap nyalang Samuel yang masuk ke kamarnya sambil membawa sepiring makanan. Sebuah plester putih menempel di pelipis kiri pria itu.

Oh, Leora tidak peduli dengan luka itu. Pria itu pantas menerimanya.

Leora meremas selimut yang menutupi dadanya. Aroma steak yang menggugah selera menelusup indera penciumannya namun wanita itu sama sekali tidak tergiur. Ia melirik Samuel yang meletakkan piring steak itu di nakas.

"Ke mana seluruh pakaian di lemariku? Apa kau membuangnya?"

"Aku memindahkannya di kamar tamu—yang saat ini menjadi kamarku. Jika kau sudah siap, kita bisa berbagi kamar."

"Oh, sialan."

"Sepertinya kau tidak punya pilihan lain selain memakai apa yang ada."

"Ya, itu lebih baik daripada aku harus telanjang di depanmu," sinis Leora.

"Sayang sekali padahal aku lebih suka melihatmu telanjang," kata Samuel lalu berjalan ke lemari Leora dan membukanya lebar. Seluruh kemeja berlengan panjang miliknya tergantung di sana, sementara di laci atas terdapat celana dalam Leora yang terlipat rapi. Tidak ada satu pun pakaian lain di dalam sana—termasuk bra wanita itu. "Tapi tidak masalah. Karena kemejaku akan membuat aroma tubuhku melekat di tubuhmu," lanjut pria itu.

"Bedebah sialan," umpat Leora.

Sejak kapan adiknya itu bisa menjajah apartemennya seperti ini?

Seandainya ia memeriksa terlebih dahulu lemari pakaiannya sebelum membasuh diri, mungkin ia bisa kembali memakai pakaian kemarin—yang tadi dilemparkannya ke keranjang pakaian namun seketika lenyap saat ia keluar kamar mandi.

Dan Leora tidak perlu menebak siapa pelaku sialan itu.

"Dan sekarang kau harus belajar menurut padaku."

"Kau benar-benar gila."

Samuel memutar badan, menatap Leora yang kini mengibarkan perang dengannya lewat sorot mata. "Kenapa kau menutupi dadamu dengan selimut? Bukankah kau suka saat tidak menggenakan bra?"

"Kau—"

"Puting payudaramu bahkan terlihat jelas dari balik kaus yang kau kenakan beberapa hari lalu saat aku berkunjung kemari," potong Samuel dengan senyum kecut.

Leora mengatupkan rahangnya dan ia berusaha menahan timbunan air mata yang hendak keluar dari matanya. Ia tidak akan membiarkan Samuel bersikap seenaknya seperti ini padanya. Ia bukan wanita lemah dan ia akan membuat Samuel menerima ganjarannya.

Remasan Leora pada selimut kini mengerat. Papa dan mamanya harus tahu apa yang telah diperbuat Samuel padanya.

"Sekarang, makanlah."

Leora menatap sekilas piring steak yang sekarang disodorkan Samuel padanya.

"Kau perlu energi yang banyak jika ingin melawanku," kata Samuel seolah tahu isi pikiran Leora.

"Apa kau akan membiuskan lagi jika aku tidak menurut padamu?"

"Selama kau bersikap manis dan tidak memberontak padaku, aku tidak akan melakukannya lagi."

"Bagaimana aku bisa bersikap manis padamu setelah apa yang kau lakukan padaku?!"

"Kau pernah berlatih Krav Marga, dan untuk menghadapimu aku membutuhkan jarum suntik."

"Apa?"

"Aku benci melakukan kekerasan fisik pada wanita."

"Kau menyetubuhiku dan itu juga adalah kekerasalan fisik sialan. Kau menyakiti dan memaksaku. Kau bajingan!" semprot Leora murka lalu menepis piring yang ada di tangan Samuel hingga makanan itu terhambur di lantai bersama piring yang pecah berkeping-keping—bahkan menghasilkan bunyi nyaring hingga Samuel tersentak sedetik.

Confined By YouWhere stories live. Discover now