Ch 17 : Damned Relationship

3.3K 173 25
                                    

Suara desing pesawat menderu, awan-awan berderak di luar jendela dan Samuel hanya memandang sekilas cerahnya langit di siang hari dari tempatnya duduk sebelum mengalihkan pandangan ke samping, pada Leora yang terbaring di seberangnya-hanya satu meter darinya.

Wajah wanita itu sudah dipoles dengan riasan tipis. Rambut cokelatnya tergerai indah. Gaun panjang merah bertali spaghetti dengan model belahan di sisi paha melekat pas di tubuh Leora-bahkan membuat lekuk tubuh wanita itu menjadi lebih terlihat jelas.

Selama wanita itu tidak sadarkan diri, Samuel memerintahkan pelayan di jet pribadinya untuk mengurus penampilan Leora agar bisa menghadiri pesta bersamanya.

Asap rokok diembuskan Samuel ke udara. Punggungnya bersandar santai dan ia sedang menanti mata Leora terbuka. Detik demi detik berlalu hingga perlahan kelopak mata indah itu mulai bergerak.

"Bawakan obat untuknya," titah Samuel pada pelayan yang mendorong troli makanan untuknya ketika mendapati Leora tersadar. Leora memegang pelipisnya dan menatap gamang di sekitarnya.

"Baik, Sir," ucap pelayan itu lalu pergi sejenak.

"Di mana aku?" gumam Leora pada diri sendiri. Ia mengernyit menyadari penampilannya telah berubah. Kemudian matanya memicing saat melihat pelayan muncul di sisinya, mengangsurkan sebuah pil dan segelas air-sesuai suruhan Samuel.

"Telan pil itu dan kau akan merasa lebih baik," kata Samuel.

Leora justru menoleh tajam pada Samuel.

"Jangan melawan. Itu akan mengurangi rasa pusingmu."

"Bagaimana kau bisa menemukanku?"

Sudut bibir Samuel terangkat tipis. "Tidak sulit bagiku membaca pergerakanmu. Apa kau lupa selama beberapa tahun kita pernah hidup di satu atap yang sama?"

Dengan kasar, Leora lantas menerima pil itu dan memasukkan ke mulut berlanjut menenggak air. Ia memang membutuhkannya untuk meredakan rasa berat di kepalanya kini.

"Kau tidak ingin berterima kasih padanya? Dia yang mengurus penampilanmu di saat kau tidak sadarkan diri." Kata-kata itu terlontar dari mulut Samuel selepas pelayan tadi pergi dari hadapan mereka.

Alih-alih merespon, Leora justru mengucapkan hal lain dengan nada sinis. "Jadi kau juga pernah bercinta dengan pelayan wanita tadi di jet ini selama perjalanan bisnismu?"

Samuel mengulum senyum. "Apa kau sedang cemburu padanya?"

"Dia terlihat sangat patuh padamu."

"Dia digaji untuk itu."

"Kau benar-benar maniak seks."

"Aku tidak pernah bercinta dengannya, jika itu yang ingin kau dengar." Samuel menatap Leora dengan pandangan yang sulit diartikan. "Dan hari ini kita akan pulang untuk menghadiri ulang tahun Grandpa."

"Apa maksudmu?" Leora bukan tidak mendengar seluruh kata-kata Samuel, ia hanya tidak ingin menebak jalan pikiran Samuel saat ini. Dan tentu saja, ia nyaris melupakan hari ulang tahun sang kakek karena terlalu sibuk memikirkan cara meloloskan diri dari Samuel.

"Kita akan bertemu papa dan mama. Aku akan mengatakan seluruh kebenaran hubungan kita dan meminta restu mereka."

"Kau berniat membuat papa marah besar di hari ulang tahun Grandpa?"

"Semua orang akan ada di sana, dan menurutku itu adalah momen yang tepat."

"Tidak. Kau akan mengacaukan segalanya, Sam."

"Aku tidak peduli-bahkan jika aku harus mati sekali pun."

Leora spontan bangkit dari duduk, mengepalkan kedua tangannya. Matanya memercikan kilat kecil. Ia memang dari awal ingin seluruh perbuatan brengsek Samuel terkuak, tapi... membayangkan kematian pria itu bukanlah hal yang diinginkan Leora. Yang diinginkan Leora adalah Samuel mendekam di penjara dan membusuk di sana.

Confined By YouOnde histórias criam vida. Descubra agora