Ch 28 : We Are Family

2.4K 92 17
                                    

Marcio melirik Samuel di sampingnya. Mereka berdua dirawat di rumah-dan terbaring di ranjang yang sama. Sebelumnya dokter juga sudah memeriksa. Sungguh ini sangat menjijikan.

"Cepat lakukan," titah Patricia.

Kini posisi Marcio dan Samuel setengah duduk bersandar di tiang ranjang. Demi Tuhan, Marcio enggan melakukan kemauan Patricia-yang menyuruhnya menyodorkan sepotong apel ke mulut Samuel. Namun di satu sisi ia tidak bisa dimusuhi Patricia. Alhasil ia rela agar hubungannya dengan Patricia tetap baik-baik saja.

"Kau tidak ingin memakannya?"

Wajah Samuel juga tampak risih. Egonya masih melambung tinggi. Ia melirik sejenak apel yang ditusuk garpu oleh Marcio dan diarahkan padanya sebelum akhirnya memakannya. Lalu ia berdeham tidak nyaman di sela mengunyah.

"Sudah. Kau puas?" sinis Marcio pada Patricia.

Patricia menyunggingkan senyum lebar. Ia berdiri di sisi ranjang Marcio. "Begini lebih baik."

Leora yang melihat itu juga turut bahagia. Ia mengulum senyum di saat Marcio menggerutu, sementara Samuel menghela napas kasar. Kedua pria dewasa itu juga enggan menatap satu sama lain-bahkan kompak cemberut setelahnya-seperti anak kecil yang terlalu gengsi untuk saling berbaikan.

"Berhentilah merajuk satu sama lain. Kalian harus cepat sembuh agar kita bisa menyusun acara penting bersama.

"Acara?" Samuel tampak tertarik.

Marcio melirik Samuel dan berdeham. "Jika kau melukai Leora-"

"Aku bersumpah akan menjaganya," potong Samuel langsung. Senyum sumringah melukis wajahnya, dan itu membuat Marcio mendengus. Dasar bedebah. Otaknya cepat saja menangkap. Lalu Samuel menatap Leora. "Katakan kau mencintaiku sekali lagi, sayang."

Pipi Leora merona mendengar panggilan manis yang dilontarkan Samuel, dan itu membuat seringai terbit di bibir Samuel. Ia suka melihat wajah Leora yang tersipu. Sedangkan Marcio yang juga mendengar itu langsung memelototi Samuel. "Ini bukan waktunya bermesraan." Kemudian Marcio menoleh pada Leora. "Kemarilah, Papa ingin memelukmu."

Leora menurut dan dalam sekejap ia sudah berada dalam pelukan Marcio. Perlahan sebelah tangan Marcio terentang-mengisyaratkan agar Samuel juga mendekat, tapi Samuel malah bertanya dengan lugu. "Apa?"

"Kau masih bertanya?" kata Marcio agak jengkel.

"Aku lebih suka kau mengacak kepalaku." Samuel menaruh tangan Marcio ke atas kepalanya, mengacak rambutnya sendiri. Kerlingan jahil sontak menghiasi mata Marcio.

"Kau tidak ingin terlihat lemah huh?" ejek Marcio sembari tersenyum miring.

Patricia yang menyaksikan semua itu tersenyum haru. Perlahan-lahan semua telah menerima kenyataan yang terjadi kini. Tidak ada salah dan tidak ada yang benar-segalanya memang sudah digariskan. Semoga kekompakan ini masih akan bertahan lebih lama lagi. Karena Patricia tidak ingin merasakan kehilangan lagi.

*

Suasana pagi itu tampak intim dan tertutup. Bunga-bunga tampak menghiasi ruangan gereja. Di altar Leora berdiri berhadapan dengan Samuel. Tidak banyak yang hadir di acara itu-karena memang diatur sedemikian rupa. Kursi-kursi yang tersusun terisi sebagian. Semua mata tertuju pada Samuel dan Leora yang kini sedang mengucap janji di hadapan Tuhan dan dipimpin oleh seorang pastor.

Ada Lucca, Lanzo, Dante serta Carina-yang merupakan sepupu Leora dan sangat dikenal oleh Samuel sejak kecil sebab mereka pernah tumbuh bersama. Juga Christoper yang tampak risih di tempat duduknya karena ia terus ditatap bocah laki-laki yang berada di sampingnya. Bocah itu baru berumur lima tahun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Confined By YouWhere stories live. Discover now