6|

122 22 0
                                    

"Maaf atas sikap tidak sopan saya sebelumnya, Lady Iridis,"

"Irvetta."

"Ya?"

"Panggil aku Irvetta."

"Lady Irvetta, maaf jika saya menyinggung—

"Irvetta saja. Sepertinya kita seumuran? Apa aku salah?"

"Mungkin saya beberapa tahun lebih tua dari Lady Irvetta."

Irvetta mengangguk, "begitu? Baik." Kemudian Irvetta menoleh, "jika kau mengungkit tentang bahasa informalmu, tidak masalah untukku. Sebenarnya, aku juga sedang malas menggunakan bahasa formal. Kau tahu, itu sedikit membuat kepalaku panas, harus memilih kata-kata yang tepat."

Sean sedikit terkejut, "kalau begitu. Sebuah kehormatan untuk saya, Lady."

Irvetta sedikit tersenyum geli, "aku harus memanggilmu apa? Ksatria Nivalis? Tuan Nivalis? Ksatria Sean? Tuan Sean?"

"Lady, sepertinya rumor itu benar-benar salah."

Irvetta mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti, "rumor? Tentangku? Apa itu?"

"Tentang putri keluarga Iridis yang tidak bisa bersosialisasi dan mengurung diri di kediaman." Irvetta terkekeh geli.

"Itu, aku sempat mendengarnya. Aku sering keluar, diam-diam. Beberapa kali juga ada yang melihatku, tapi tidak mengenali. Kau, satu-satunya." Irvetta mengakui.

"Sebab itu anda terkejut?" Tanya Sean.

"Sebab itu aku terkejut. Kau pasti ksatria hebat." Irvetta mengulangi.

Sean tersenyum mendengar itu. "Terima kasih pujiannya, ehm, saya benar boleh memanggil anda Irvetta saja?"

Irvetta melirik Sean, "apa aku harus menjelaskannya lagi?" Irvetta tersenyum geli, "anggap saja itu hadiah dariku. Oh, apa itu bahkan bisa disebut hadiah?"

Sean terperangah melihat itu, ia berhasil mengendalikan ekspresinya. "Irvetta..."

"Ya?"

"Kalau begitu, anda juga bisa memanggil nama saya, Sean." Irvetta menahan senyumannya.

Gagal, "bolehkah? Kalau begitu, dengan senang hati, Sean."

Hari itu, mereka berteman. Tanpa Irvetta sadari, ia berhasil bertemu dengan sosok yang ingin ia temui. Walaupun dalam keadaan tidak mengingat apapun. Satu hal, pertemuan mereka tidak hanya akan terjadi satu kali.

Tok tok tok!

"Masuklah."

"Irvetta, pembelajaranmu akan dimulai besok." Irvetta baru meletakkan badannya di kasur saat suara itu menginterupsinya.

Itu Duchess Iridis, "begitu? Baik. Pukul berapa aku harus di sana?"

"Delapan tepat. Lebih awal juga bagus." Irvetta mengangguk mengerti. "Apa seharian ini kau berada di sini?"

"Tidak, aku keluar. Mungkin yang lain terlalu sibuk hingga tidak melihatku." Irvetta menjawab dengan mudah.

Itu salah satu efek menjadi malaikat maut tanpa tidur. Siapapun seolah akan melupakan keberadaannya. Tapi Irvetta tidak yakin itu tidak memiliki batas waktu, ia akan bertanya nanti. Sekali lagi, Irvetta merasa takjub dengan orang yang baru saja ditemuinya, Sean Nivalis.

"Apakah ibu mengenal keluarga Nivalis?" Irvetta sedikit penasaran.

"Tentu, keluarga Nivalis juga salah satu jajaran Duke, rekan keluarga kita. Ada apa?" Sebuah kejadian langka bagi Irvetta untuk bertanya suatu hal diluar yang bersangkutan dengan keluarga mereka.

Sea of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang