19|

52 26 4
                                    

Oh ternyata nggak bisa (((sambil ngangguk-ngangguk))). Oke deh, gapapa. Aku ngga ada niat maksa wkwk.
Aku lebih suka diapresiasi tanpa paksaan, lebih nikmat atas kesadaran diri sendiri. Enjoy this story, then.

⟨ ocean's ⟩

"...ini apa?" Irvetta menatap beberapa orang yang keluar masuk ruangannya.

Mereka membawa kotak berwarna-warni dengan beragam ukuran.

"Ini yang terakhir, Lady." Suara berat laki-laki paruh baya membuyarkan lamunannya.

"Ini semua? Orang tuaku yang mengirim?" Irvetta menatap laki-laki yang bekerja sebagai jasa pengantar barang itu.

"Benar Lady. Selamat ulang tahun, Lady Irvetta. Semoga Lady selalu diberkati. Kalau begitu saya mohon izin undur diri." Katanya sambil tersenyum ramah.

Kini ruangannya yang luas terlihat penuh. Sebenarnya ulang tahun Irvetta bukan hari ini, itu tiga hari lagi. Tapi kebetulan jasa pengangkutan barang mendapatkan jadwal beberapa hari sebelum Irvetta ulang tahun.

"Ini berlebihan. Untuk apa semua ini?" Irvetta menatap barang-barangnya itu.

Irvetta membuka salah satu kotak yang terletak di meja dekat kasurnya. Itu kotak kecil seukuran telapak tangannya. Tidak seperti kotak lainnya yang terbungkus kotak kado berwarna-warni, kotak ini hanya kotak kayu yang terlihat kokoh dan indah.

Irvetta membuka kotak itu perlahan. Dugaannya benar. Untuk kotak seperti ini isinya pasti perhiasan. Di dalam kotak itu terdapat sebuah kalung dengan liontin ungu, bunga Iris. Lambang keluarganya. Irvetta tersenyum tipis.

"Sepertinya hadiah ini bisa aku pakai, entahlah dengan yang lain." Irvetta mengeluarkan kalung itu dari kotaknya.

Mengarahkan kalung itu pada matahari yang bersinar terang. Irvetta seketika takjub. Ruangannya terlihat berbeda, seakan-akan di ruangannya ada lampu berwana ungu dan bercorak seperti kalungnya. Akan seperti apa saat malam hari? Irvetta tersenyum lebih lebar.

Mungkin aku harus mengirim surat untuk berterima kasih.

"Irvetta?!" Irvetta menoleh ke arah pintu masuk, pintunya memang belum ia tutup.

"Kalian di sini? Ada apa?" Di dekat pintu itu ketiga perempuan yang akhir-akhir ini selalu bersamanya berdiri bersisian.

"Aku tadi melihat orang-orang membawa banyak barang. Ternyata itu semua dikirim ke sini? Apa kau yang memesan ini semua?" Aithne masuk diikuti yang lain.

"Ini orang tuaku. Maaf berantakan." Irvetta menggeser beberapa kotak agar mereka bisa masuk.

"Mengapa mereka mengirim semua ini? Apa ada sesuatu yang istimewa?" Aithne kembali bertanya.

Irvetta tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. "... sepertinya aku tau?" Itu Leticia. "Kau sedang berulang tahun?"

Irvetta mengangguk pelan. "Beberapa hari lagi."

"Oh? Benarkah?!" Irvetta kembali mengangguk.

"Selamat ulang tahun!" Leticia mengucapkan dengan cepat.

"Itu bukan hari ini, tapi terima kasih." Irvetta meletakkan kembali kalung dan kotak yang dipegang sedari tadi.

"Itu bukan masalah, jadi kapan tepatnya ulang tahunmu?" Tanya Leticia.

"Mm, tiga hari lagi. Kurasa." Leticia menjawab ragu.

"Ayo adakan perayaan!" Aithne berujar antusias.

"Tidak, tidak. Itu terlalu merepotkan." Irvetta menolak, tentu saja.

"Itu sama sekali tidak merepotkan! Iya kan, Filia?" Tuan Putri kita yang sedari tadi diam mengamati itu hanya mengangguk.

Sea of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang