25|

30 14 2
                                    

Malam ini—mari kita sebut SINS (Sora Iridis, Irvetta Iridis, Noam Nivalis, Sean Nivalis) sedang berkumpul. Awalnya ini tidak direncanakan, namun entah bagaimana mereka bisa berada dalam satu ruangan. Lagi.

Awalnya Sora dan Irvetta sedang berbincang ringan, karena tugas Sora akan segera selesai—sampai sekarang Irvetta tidak tahu apa tugas kakaknya itu. Kemudian Noa dan Sean menghampiri Sora, membicarakan tugas-tugas, dan beberapa hal lain yang tidak Irvetta dengarkan dengan baik. Ia lebih memilih untuk melamun.

"Irvetta! Irvetta!" Irvetta tersentak.

"Ya?"

"Kau melamun?" Kakaknya bertanya dengan nada kesal.

"Kenapa? Kau dengar kan tadi?" Irvetta mengerjapkan matanya.

"...apa?" Ketiga laki-laki itu menghela napas dengan kompak.

"Putra Mahkota akan segera tiba." Apa?

"Hah? Putra Mahkota? Maksudmu... Putra Mahkota Oceania?" Ketiga laki-laki itu mengangguk bersamaan. "Kenapa?"

"Dia tidak mendengarkan." Sean menyeletuk, diikuti anggukan Sora dan Noa.

"Aku ditugaskan untuk ikut membantu kasus itu, tapi hanya sebagai pengganti Putra Mahkota. Aku harus kembali, mungkin besok atau lusa. Kau jangan macam-macam, mengerti?" Irvetta mengernyitkan keningnya.

"Apa yang harus aku mengerti?" Ketiga laki-laki itu menghela napas panjang.

Kau bodoh. Suara Kal tiba-tiba terdengar.

Irvetta mencebik kesal.

"Putra Mahkota akan datang, jangan sampai membuat masalah." Irvetta akhirnya mengangguk mendengar penjelasan singkat Sean.

"Tapi...apa selama ini aku membuat masalah?" Irvetta rasa tidak.

"Kalau kau lupa, tidak ada yang tahu kemampuan di luar nalarmu itu. Putra Mahkota bisa curiga." Noa ikut membantu menjelaskan.

"Lalu apa gunanya dirimu?" Irvetta menatap Noa dengan pandangan menyebalkan.

"Benar juga." Noa mendelik mendengar balasan dari Sean.

"Katakan saja...hm, aku dari keluarga Duke sama seperti kalian, memiliki kemampuan? Ah, itu terlalu berlebihan. Katakan apa saja, terserah. Bukankah kita sudah membuat perjanjian? Buat dirimu berguna." Noa melotot kesal mendengar itu.

Dia tidak pernah menyangka mendapatkan kata-kata seperti itu dari seorang perempuan yang katanya tidak bisa bersosialisasi. Sedangkan Sora dan tertawa paling keras. Mereka juga tidak menyangka ada yang berani mengatakan hal seperti itu pada Noa, anak tunggal dari salah satu keluarga tertua di Kerajaan Oceania.

Noa mendesah kesal, sepertinya ia harus mengalah. Dia tidak akan menang meskipun mendebat Irvetta. Noa tersenyum kesal.

"Jadi...bukankah kalian harus membuat laporan kepada Putra Mahkota?" Ketiga laki-laki itu menatap satu sama lain bergantian.

"Sebenarnya kami membutuhkan bantuanmu." Noa membalas sedikit canggung.

"Aku?" Irvetta menunjuk dirinya sendiri.

Ketiga laki-laki itu mengangguk, "kalau-kalau ada pembunuhan lagi, mungkin kau adalah orang pertama yang tau." Irvetta mengangguk. "Untuk itu, agar mempermudah kita akan bekerjasama dengan sepengetahuan Putra Mahkota—tidak mungkin untuk menyembunyikan rahasia darinya."

Sebenarnya bisa saja. Tapi Irvetta menahan diri.

Kalau ada yang lupa, Irvetta bisa mencabut nyawa tanpa terlihat dengan 'tidur'.

Sea of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang