26|

35 14 7
                                    

"Aku dengar tunanganmu akan ke sini." Irvetta menoleh mendengar pembicaraan itu.

"Maksud anda, Putra Mahkota?" Leticia memberanikan diri bertanya pada Putri Filia.

"Hm, benar." Putri Filia mengangguk.

"Bukankah Putra Mahkota kakak anda, Putri?" Mereka seperti saling tidak mengenal, ckckck.

"Kau masih menggunakan bahasa formalmu padaku?" Putri Filia bukannya menjawab malah bertanya hal lain. "Kau juga." Putri Filia menatap Leticia.

"Itu...tidak sopan." Leticia mengangguk setuju atas balasan dari Irvetta.

Putri Filia berdecak kesal. "Menyebalkan. Terserahlah."

"Kenapa si psikopat itu ke sini?" Aithne akhirnya bersuara.

"Tugas." Putri Filia menjawab singkat.

"Bukankah kalau begitu penjagaan di kerajaan akan mudah diterobos? Semua anak laki-laki tertua dari kediaman Duke di sini. Bagaimana jadinya kalau Putra Mahkota juga ikut meninggalkan kerajaan?" Aithne mengernyit heran.

Irvetta berdeham pelan, "kakakku akan kembali. Katanya, sebenarnya yang ditugaskan di sini itu Putra Mahkota, dia hanya menggantikan sementara. Kemudian, sepertinya kerajaan kita tidak selemah itu?" Irvetta sedikit meringis mengingat ada kemungkinan pembantaian di masa depan yang akan mereka hadapi.

"Tapi itu tetap berbahaya, kan?" Leticia ikut memberikan pendapat.

"Aku yakin ini sudah dipertimbangkan sebelumnya, mungkin ini masalah serius karena sudah ada dua korban dari kerajaan berbeda." Putri Filia menjawab dengan serius.

Irvetta mengangguk setuju, "ehm. Aku tidak ingin menyembunyikan ini. Jadi aku akan mengatakannya sekarang." Ketiga perempuan yang sedang duduk bersama Irvetta itu memandangnya fokus.

"Aku ikut membantu penyelidikan kasus-kasus terkait pembunuhan itu." Irvetta bisa melihat mereka menahan napas, Aithne terlihat sedikit pucat. "Kalian mungkin beberapa kali akan melihatku bersama mereka atau salah satu dari mereka. Jadi jangan salah paham."

"...apa, kalian sudah menemukan titik terang?" Putri Filia bertanya dengan suara pelan.

Irvetta tersenyum, "maaf, itu rahasia." Irvetta menatap Aithne yang juga menatapnya.

Aithne terlihat sedikit gelisah. Namun ia menutupinya dengan baik. Walaupun begitu, wajahnya masih pias.

"Liburan musim dingin sudah semakin dekat. Apakah kita akan pulang atau akademi biasanya mengadakan acara tertentu?" Leticia mengalihkan pembicaraan.

"Aku rasa dengan kondisi akademi seperti ini, kita akan dipulangkan?" Irvetta menebak-nebak.

"Tapi juga tidak menutup kemungkinan kalau akademi mengadakan acara." Irvetta mengangguk membenarkan perkataan Putri Filia. "Oh iya, apa sebelumnya kau pernah bertemu kakakku, Irvetta?"

Irvetta menggeleng. "Tidak pernah." Bahkan saat melakukan tugasnya Irvetta tidak pernah mendapatkan batang hidung Putra Mahkota Oceania itu.

"Hm, persiapkan dirimu kalau begitu." Irvetta mengangkat alisnya.

"Apa ada sesuatu yang harus aku ketahui?" Irvetta mencoba mengingat-ingat isi buku yang telah dibacanya. "Apakah itu berhubungan dengan kekuatannya?"

Putri Filia mengangguk cepat. "Kau benar-benar tidak bisa menyembunyikan apapun. Jika kau memiliki niat buruk, mungkin dia akan membunuhmu. Untuk hal seperti ini aku setuju dengan Aithne, dia bisa menjadi psikopat gila."

"Benarkah?" Irvetta baru ingat jika kekuatan Putra Mahkota Oceania itu salah satunya adalah membaca pikiran.

Tapi aku jarang berpikir saat bersama orang lain. Kecuali, jika itu menyangkut Kal. Secara otomatis itu pasti juga akan terdengar kan?

Sea of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang