09

3.6K 674 40
                                    

"Dan kau Huang Renjun, benar?"

"Bagaimana kau tahu namaku?"

Renjun menatap penasaran lelaki yang menyebutkan dirinya adalah Lee Jeno. Pemilik eye smile itu tidak menjawab, justru Jeno mendekatkan dirinya lalu mendekap tubuh mungil Renjun yang terlihat pas sekali dalam dekapannya.

"Renjun ... a-aku takut."

Suara Jeno melirih. Renjun diam tak berkutik merasakan tubuh Jeno bergetar entah karena apa. Sebenarnya Renjun masih tidak percaya jika lelaki yang tengah memeluknya ini adalah seorang manusia serigala. Renjun pikir makhluk seperti itu hanya ada di dalam cerita dongeng semata, tetapi kenyataannya Renjun tengah bersama makhluk yang dianggap mitos oleh penduduk desa.

"Jangan pergi," ucapnya melembut. Jeno menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Renjun. Menghirup aroma memabukkan yang membuatnya nyaman.

Sedangkan Renjun tak bisa berbuat apa-apa selain terdiam bagaikan patung. Tangan kanannya digunakan mengelus rambut hitam Jeno secara spontan, dan itu membuat Jeno menggeram halus. Renjun rasa Jeno menyukai usapannya.

Lelaki misterius yang mengawasi Renjun tersenyum tipis. Orang itu tak lain tak bukan adalah Jaemin, teman dekat yang menemani Jeno sejak manusia serigala itu berusia enam tahun.

Flashback

Bocah laki-laki diduga Jeno kecil terduduk seorang diri di pinggir tebing, memandangi cahaya jingga sembari mengayunkan kaki mungilnya tanpa rasa takut sedikit pun. Disisi lain sesosok anak kecil mengawasinya dari balik pohon, bersembunyi karena takut Jeno kecil mengetahui keberadaannya.

Seorang Werewolf pada dasarnya sudah dianugerahi indera pendengar yang tajam. Jeno kecil menedengar suara yang dibuat oleh anak laki-laki itu. Tanpa rasa takut, Jeno menoleh dimana anak seusianya langsung bersembunyi saat dirinya ketahuan tengah mengintip.

Jeno berdiri menghampiri anak laki-laki itu. Betapa terkejutnya sosok Vampir cilik saat didatangi oleh Jeno.

"Hai," sapa Jeno ramah.

Jeno senang bisa bertemu dengannya. Pupil berwarna merah itu bersitatap langsung dengan mata spesial Jeno.

"Apa kau tinggal di hutan ini?" tanya Jeno penasaran. Vampir itu mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

"Namaku Lee Jeno, aku tinggal di rumah itu. Apa kau melihatnya?" Jeno bertanya seraya menunjuk rumahnya, anak laki-laki itu mengikuti arah tunjuk Jeno kemudian mengangguk lagi.

"Lalu siapa namamu?" tanya Jeno ingin tau.

"Na Jaemin."

Jeno bertepuk tangan. "Itu nama yang sangat indah. Kau mau bermain denganku? Aku kesepian hehe." Jeno menyengir lucu sampai-sampai kedua matanya ikut menghilang.

Jaemin ternganga melihat mata tersenyum Jeno. "Di mana mendapatkan mata berbeda seperti punyamu? Lalu, bagaimana cara mendapat mata tersenyum seperti milikmu?" tanya Jaemin dengan kepolosannya.

"Aku tidak tahu, aku akan bertanya kepada paman Siwon nanti. Kena kau jaga!" Jeno menusuk lengan Jaemin menggunakan jari telunjuknya lalu berlari menjauh dari Jaemin.

"Hey curang, aku belum siap!" Jaemin berlari mengejar teman barunya. Canda tawa terdengar dari dalam hutan yang sunyi namun sangat menyenangkan itu.

Sampai keduanya tumbuh dewasa, persahabatan mereka tetap awet. Jaemin seorang vampir yang kehilangan kedua orang tuanya sama seperti Jeno, hanya saja Jeno masih memiliki seorang ayah tapi entah berada di mana.

Flashback end

•••

"Terima kasih."

Renjun mengernyit. "Untuk apa?" tanya Renjun tak mengerti. Tidak ada angin maupun hujan tiba-tiba Jeno berkata terima kasih kepadanya, padahal Renjun tidak berbuat kebaikan selain melepas rantai yang membelenggu Jeno.

"Membuka pintu pembatas," jawabnya tanpa melepas pelukan. Punggung Renjun mulai pegal menahan beban berat dari tubuh Jeno, tetapi lelaki ini masih nyaman memeluknya.

"Aku ingin mengajukan satu pertanyaan," seru Renjun sedikit bergerak mundur untuk bersandar di dinding kayu. Jeno tidak melepaskan Renjun, ia ikut bergerak maju seolah menahan Renjun yang akan pergi meninggalkannya.

"Katakan."

"Tembok pembatas itu gunanya untuk apa?" tanya Renjun penasaran.

Jeno mengubah postur duduknya menjadi tegap. "Aku tidak tau. Yang kuketahui dari Jaemin jika pembatas itu dibangun agar para Werewolf tidak menghancurkan desa. Jaemin menjelaskan jika dulu ada sebuah tragedi, sekawanan serigala membunuh hampir seluruh pria desa setelah mengetahui Luna dari Alpha tersebut lompat dari atas tebing atas paksaan mereka."

Renjun terkejut mendengarnya. Neneknya juga pernah bercerita seperti itu, tetapi cerita nenek menggambarkan kelicikan para serigala sampai Renjun sempat membenci hewan tersebut. Penjelasan yang Jeno ceritakan bertentangan dengan cerita yang neneknya ucapkan kepadanya.

"Aku tidak bisa membuka pintu itu sebab tembok di bangun khusus di mana makhluk sepertiku mustahil menghancurkannya. Kau paham maksudku, bukan?" tanya Jeno. Renjun lantas mengangguk.

"Tentang Jaemin yang kau katakan tadi, apa maksudmu Na Jaemin?"

Jeno mengangguk cepat. "Kami bersahabat sejak kecil dan tinggal di sini bersama," jawab Jeno senang.

"Apa Na Jaemin itu manusia serigala juga?" tanya Renjun lagi. Ada banyak pertanyaan yang ingin Renjun ketahui dari lelaki di hadapannya ini.

"Jaemin bukan Werewolf, tetapi Vampir," jawab Jeno. Renjun membelalakkan matanya, mengapa dunia begitu sempit mempertemukan Jaemin yang Renjun kira adalah manusia seperti dirinya. Jeno melihat wajah terkejut Renjun segera terkekeh.

"Kau adalah teman manusia pertamaku," ujarnya sambil menggenggam telapak tangan Renjun.

Renjun memiringkan kepala, ia bahkan belum menganggap Jeno adalah temannya tetapi lelaki itu dengan mudah mengatakan jika dirinya adalah teman. Bagaimana jika Jeno bertemu dengan penjahat? Apakah Jeno juga akan menganggap penjahat sebagai teman? Itu konyol.

"Aku berkata seperti itu karena aku sudah mengenalmu. Namamu Huang Renjun, seorang dokter yang bekerja di klinik, baru saja kehilangan orang tua dan nenek, tanggal lahirmu 23 maret dan kau baru berusia 23 tahun," ujar Jeno.

Renjun melotot. "Kau menguntitku ya!" Renjun memekik kesal yang mana membuat Jeno tertawa lepas.

"Ish! Penguntit kurang kerjaan! Rasakan ini!" Renjun mencubit Jeno tepat di lengannya, tetapi bagi Jeno cubitannya tidak seberapa. Jeno berpura-pura meringis mencoba melindungi dirinya dengan kedua tangan yang ia silangkan ke depan.

Berakhir keduanya terbaring kelelahan setelah pertengkaran kecil usai. Saling tertawa bersama seperti seseorang yang sudah akrab lama.














Lee Jeno

Na Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Na Jaemin

Na Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Yeux BleusWhere stories live. Discover now