23

2.6K 409 25
                                    


Renjun membuka matanya sudah langsung disuguhkan oleh sekumpulan orang berpakaian serba hitam tengah mengikat dirinya di kursi. Sekitar ada 5 orang berada dalam satu ruangan sama dengannya. Mulut Renjun tersumpal oleh kain, kedua pergelangan tangan dan kakinya sudah terikat kuat seutas tali tembaga yang kokoh. Untuk memberontak sepertinya percuma apalagi berteriak meminta pertolongan. Renjun bahkan tidak tahu sekarang dirinya berada di mana dikarenakan ruangan ini bukan ruangan yang ada di rumahnya.

Salah satu orang itu melepas masker yang tadi menutupi sebagian wajahnya. Mata Renjun membelalak melihat siapa orang itu. Kang Daniel, Renjun kenal orang ini. Suaminya pernah ia bantu saat akan melakukan operasi sesar. Renjun rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. Tak ada orang yang benar-benar baik dan tulus sehingga mudah sekali Renjun terjebak ke dalam lingkaran yang bisa saja membahayakan dirinya sendiri.

"Maaf Njun aku melakukan ini untuk kebaikan umat manusia bersama dengan menjebak manusia serigala yang terus bersamamu itu. Kau tahu aku ini polisi hutan sekaligus pemburu Werewolf. Kuharap kau mempermudah rencana kami menangkapnya. Aku minta maaf jika membuatmu terkejut oleh keadaan, tetapi sudah menjadi takdirnya kau berpisah dengan manusia serigala itu."

Renjun memberontak kecil. Daniel tersenyum tipis dan memasang lagi maskernya untuk bersiap jika Jeno datang secara tiba-tiba. Mereka juga sudah menyiapkan berbagai senjata perak dan wolfsbane beracun yang dapat membunuh setiap manusia serigala. Manusia memang monster yang sebenarnya. Mereka membunuh tanpa tahu seluk beluk kebenaran bahwa Jeno itu berbeda. Jeno manusia serigala baik dan Renjun tidak mau manusia keji itu menjebak Jeno.

Bisakah Renjun melakukan Mindlink dengan matenya itu. Meskipun Renjun bukan manusia serigala tetapi mereka sudah saling mengikat hubungan melalui mating beberapa waktu lalu. Renjun semakin resah. Ia tidak ingin Jeno-nya datang lalu dihabisi oleh sekumpulan Hunter; pemburu Werewolf di depan matanya sendiri.

Jangan datang Jeno, aku mohon. Dewa atau Dewi bagi para Werewolf yang agung, jangan datangkan Jeno karena nyawanya sedang dalam bahaya. Jeno kumohon, jika kau mendengarku maka kau sangat dilarang datang menyelamatkanku. Aku bisa pergi jika kau tidak datang, aku mohon, jika kau mendengarku maka lakukan apa yang aku katakan sekarang.

Renjun berteriak dalam hatinya. Merapalkan doa kepada Moon Goddess; Dewa maupun Dewi bagi para Werewolf untuk menyelamatkan Jeno dari marabahaya.

Namun sepertinya takdir sedang tidak bersama kepada Renjun karena sekarang terdengar lolongan serigala dari luar. Renjun semakin bergerak liar berusaha melepas ikatan tali di tubuhnya. Akan tetapi tali tersebut begitu kuat yang mana membuatnya terluka jika terus melakukan banyak pergerakan.

Renjun mengenal aungan itu. Jeno sekarang berada di depan dan sepertinya ia hanya seorang diri. Takdir yang buruk, Renjun membenci keadaan dimana dirinya tak bisa berbuat apa-apa.

Para Hunter sudah siap dengan peralatan masing-masing. Mereka bergegas keluar guna menghadapi serangan yang bisa saja ditimbulkan oleh Jeno.

"Di mana Renjun? Kalian sembunyikan di mana Renjun?!" gertak Jeno tak bersahabat. Ia menatap nyalang kelima orang bersenjata itu.

"Kupikir kau tidak akan datang, kami sudah melenyapkan milikmu dan sekarang tinggal dirimu yang harus musnah. Apa kata-kata terakhirmu sebelum kukirim kau ke neraka?" tanya salah seorang Hunter. Diakhiri tawa kencang yang membuat Jeno menggeram. Pupil matanya telah berubah warna emas kekuningan, tampak mengerikan di tambah kuku-kuku lancip yang tumbuh memanjang.

"Kalian akan menyesali perbuatan kalian karena memancing amarahku!" Jeno berlari mendekat. Akan melakukan penyerangan dengan tangan kosong. Salah satu Hunter memposisikan senapannya ke arah Jeno, mengeker manusia serigala itu kemudian melesakkan pelurunya.

Yeux BleusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang