24

2.9K 440 28
                                    

Tangan Renjun bergemetar hebat. Ia merobek pakaiannya untuk menutup darah yang keluar dari punggung Jeno. Tidak tahu kepada siapa Renjun harus meminta pertolongan. Jaemin dan Haechan pasti sudah jauh dan kini hanya tersisa dirinya dengan Jeno yang terluka.

"Aku mohon bertahanlah, aku akan mencari bantuan."

Renjun hendak berdiri namun ditahan oleh Jeno. Manusia serigala itu menggeleng, menggenggam telapak tangan Renjun yang terkena bercak darah.

"R-Renjun, aku tidak perlu dokter ataupun bantuan dari seseorang aghh! Bisakah kau mengeluarkan peluru di tubuhku? Aku bisa menahan sakitnya," pinta Jeno dengan suara melirih.

"Tapi tidak ada peralatan yang memadai untuk melakukan operasi. Aku mohon biarkan aku mencari bantuan."

Jeno menggeleng lagi. "Lakukan Ren, tidak akan ada cukup waktu jika kau mencari pertolongan. Daerah ini jauh dari permukiman penduduk. Lakukan dengan besi itu untuk menyayat dadaku, aku bisa menahannya!"

Renjun masih tidak ingin melakukan hal berbahaya itu. Meskipun Jeno manusia serigala Alpha terkuat, tetapi sangat rawan jika melakukan operasi tanpa menggunakan alat-alat yang asli. Renjun tidak ingin dengan cara itu malah membuat Jeno berakhir tiada. Renjun belum siap kehilangan Jeno.

"Aku tidak bisa, aku ... a-aku takut terjadi hal buruk padamu ...."

Jeno menggeram rendah. "Jika kau tidak melakukannya, aku akan mati karena peluru ini," tekan Jeno lantang. Renjun merasa dirinya tersudutkan oleh takdir mengerikan antara memilih melakukan operasi secara darurat atau membiarkan Jeno perlahan tiada.

"Baik! Aku akan melakukannya." Renjun berdiri mengambil sebuah besi tumpul yang tergeletak di belakangnya, guna menyayat dada Jeno. Perlu diketahui lagi bahwa Renjun masih ragu untuk melakukannya. Bagaimana saat ditengah operasi, tiba-tiba Jeno tiada karena kesalahannya?

"Je."

"Lakukan Renjun!"

Dengan amat sangat terpaksa, Renjun duduk di samping manusia serigala itu dan mulai mengarahkan besi itu ke dada Jeno. Membuat sayatan vertikal memanjang tepatnya area letaknya jantung.

"Arghh!" desis Jeno mengerang kesakitan. Air mata Renjun kembali mengalir keluar mendengar rintihan Jeno yang menyiksa batinnya.

Hingga kini dapat dilihat jantung Jeno yang berdetak. Renjun mengarahkan tangannya mencari benda mungil yang membuat Jeno kesakitan. Jeno berulang kali menahan sakit dengan mengepalkan kedua tangannya. Tak peduli hal itu malah membuat kukunya melukai telapak tangannya sendiri.

Renjun berhasil menemukan peluru itu lalu mengambilnya. Sekarang tinggal menjahit sayatan itu tetapi dengan apa?

"Luka ini akan meregenerasi, kau tak perlu khawatir, maaf telah membentakmu dan terima kasih sudah membantuku." Jeno mulai bernapas dengan teratur. Renjun mengusapkan lengan bajunya untuk menghapus air mata yang sedari tadi tidak mau berhenti.

Perlahan luka sayatan di dada menutup. Regenerasi Jeno sangat cepat dan itu membuat Renjun dapat bernapas lega. Jeno bangkit duduk, memandang wajah manis Renjun lalu menarik tubuh itu untuk dipeluknya. Lagi dan lagi, Renjun kembali menangis tersendu-sendu.

"Sssst, berhenti mengeluarkan air mata. Aku sudah baik-baik saja dan itu berkat malaikatku yang selalu ada untukku, terima kasih sayang." Jeno membelai surai hitam Renjun dengan sangat lembut. Mengecupi pucuk kepala Renjun guna menenangkannya.

"Ayo kita pulang, kau pasti trauma, hm?" Jeno mengangkat tubuh Renjun bridal style. Membawanya pergi dari tempat antah berantah ke rumah yang nyaman.

•••

Yeux BleusWhere stories live. Discover now