18

3.4K 563 32
                                    

"Hahaha."

Aku mengernyit mendengar tawa seorang anak kecil. Pandanganku mencari keberadaan anak itu namun hasilnya nihil. Tempat ini terlalu asing bagiku. Mengapa semuanya terlihat putih? Ini benar-benar menyiksaku.

"Baba, kita belum selesai bermain, seharusnya kau bersembunyi setelah aku selesai menghitung."

Tepat ketika aku dikejutkan oleh munculnya seorang anak laki-laki. Wajahnya tak begitu jelas seakan pandanganku terkena blur oleh sesuatu. Tetapi suaranya terdengar lembut dan membuatku tersenyum.

Aku ikuti permintaan anak itu sesuai instingku. Bersembunyi dibalik pohon yang tiba-tiba muncul di depanku.

"3 ... 2 ... 1 ...."

Aku menahan napas ketika anak itu mulai mencari keberadaanku. Anehnya ini semua membuatku merasa gembira sehingga perlahan warna mulai bermunculan satu persatu menyerupai tanah, batu, pohon, langit biru, rumput dan lain-lain.

"Baba aku menemukanmu."

Aku terkejut mendapati anak itu sudah berada di belakangku. Aku tertawa begitu juga dengannya. Kami menikmati permainan sampai seseorang yang kukenal datang sambil membawa keranjang dan tikar.

"Sudah bersenang-senangnya? Sekarang kita nikmati dengan bersantap sembari memandang keindahan alam."

Yaps dia Jeno, dia menggelar tikar kemudian meletakkan keranjang berisi makanan di atas tikar. Anak itu tiba-tiba menghampiriku kemudian duduk di atas pangkuanku.

Jeno mengeluarkan roti isi serta madu yang akan diolesi ke permukaan roti. Menyusun sebotol soda dan sebotol susu serta air putih dan puding berbentuk anak serigala menggemaskan.

"Baba suapi aku, a~" Anak itu membuka mulutnya terlebih dulu. Aku mengambil roti yang sudah dioleskan madu kemudian menyuapi anak itu dengan perlahan.

Jiwa keibuanku tiba-tiba muncul. Dia tampak menikmati roti itu. Aku melirik Jeno yang tersenyum memandang kami.

"Ini akan menjadi momen bahagia untuk keluarga kecil kita," katanya tiba-tiba.

.

.

.

.

.

"Kurasa dia mati."

"Renjun bangunlah! Jangan mati dulu! Aku belum puas menjahilimu. "

Suara kedua sepupunya membuat Renjun membuka mata. Ia terkejut melihat objek menyebalkan tengah menatapnya tanpa wajah dosa. Oh ayolah ia sedang bermimpi indah mengenai keluarga kecilnya bersama Jeno, tapi tiba-tiba kedua Vampir menyebalkan ini mengganggu semuanya.

Duagh!

"Ouchh!!"

Gotcha! Renjun menendang tepat selangkangan mereka menggunakan dua kakinya. Tendangannya pun bukan main-main sampai kedua sepupunya meringis memegangi kejantanan mereka masing-masing.

"Kau ... aishh! Aku tidak mau mengantarmu lagi saat ada acara penting sekalipun!" ancam Hendery kesal.

Renjun menyengir. Sungguh, tadi ia terkejut jadi tak sengaja menendang milik mereka. Salahkan Lucas dan Hendery yang tiba-tiba muncul dan membuatnya kesal di pagi hari yang cerah ini.

"Tak masalah aku bisa meminta Jeno, wlee~" Ia menjulurkan lidah mengejek kedua sepupunya.

Saat Lucas hendak menjitaknya, terlebih dulu Renjun kabur menjauhi mereka. Melihat itu, Jeno pun terkekeh.

•••

Malam sunyi nan tenang, suara bising dari hewan-hewan kecil mengisi keheningan rumah kayu di tengah hutan. Renjun mengangkat tangannya, mengadah ke atas agar kunang-kunang hinggap. Ia tersenyum melihat dua kunang-kunang menghinggapi telapak tangannya.

Jeno datang sembari melihat betapa indahnya wajah Renjun saat terkena bias cahaya dari kunang-kunang itu. Keduanya menyunggingkan senyuman sampai Jeno menyodorkan sebuah tabung berisi beberapa kunang-kunang beterbangan.

"Astaga ini sangat indah!" Renjun menjerit tertahan. Diambil tabung itu kemudian memeluknya ke dalam dekapan.

"Sepertimu."

Pipi Renjun merona. Sebenarnya, Jaemin tidak ingin menganggu tapi sepertinya menengahi mereka sangat menyenangkan.

"Malam ini terlalu cerah untuk mengabadikan kisah cinta. Aku berharap turun hujan karena di sini terasa sangat panas." Sambil bersedekap dada, Jaemin berjalan malas menghampiri Jeno dan Renjun.

"Kenapa kau kemari?" Jeno memandang datar kedatangan Jaemin. Vampir itu tergelak. Memang ya cinta membuat seseorang menjadi lupa diri.

"Aku bosan."

"Lalu Haechan?"

"Dia tidur."

Ketiga orang itu duduk di teras rumah dalam diam. Suasana malam ini begitu tenang membuat batin pun terasa damai.

Yeux BleusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang