21

3.1K 469 16
                                    

"Kau tidak ada niatan untuk ikut denganku ke kota? Kita bisa hidup bersama di sana."

Jeno tersenyum manis. Tangan kanannya terulur membelai pipi Renjun dengan lembut. "Aku sekarang seorang pemimpin, rumahku ya di desa ini, aku masih belum bisa membaur dengan manusia dan jika malam purnama tiba, aku tidak ingin membuat kekacauan sehingga menimbulkan peperangan antara manusia dan Werewolf."

"Tapi kau bisa mengunjungiku, 'kan?"

"Aku akan mengunjungimu setiap pagi hingga sore. Intinya, kau di kota bersama Jaehyun hyung harus hidup sehat. Aku tidak suka saat kau begadang hanya untuk membaca buku bodoh itu. Renjunie juga harus banyak istirahat, hm?" Jeno memberikan pelukannya kepada Renjun. Mereka telah mendeklarasikan hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. Jangan heran bagaimana posesifnya Jeno saat tahu Renjun tidak mengikuti ucapannya.

Renjun hanya terkikik geli. "Baiklah Alpha."

Beep! Beep!

Klakson mobil Jaehyun terdengar. Renjun segera melepas pelukannya dan dengan cepat mencuri ciuman di bibir Jeno. Renjun berlari kecil sembari menyeret kopernya ke arah mobil Jaehyun.

"Kau curang, Luna," kekeh Jeno membantu Renjun memasukkan koper besarnya ke bagasi mobil.

"Hey masih ada aku di sini, jika ingin bermesraan jangan dihadapanku. Kalian membuatku iri, huh," cibir Jaehyun seraya memanyunkan bibir.

"Apa sebelumnya Johnny hyung tidak pernah membuat suasana romantis saat bersamamu, hyung? Wah jahat sekali suamimu itu," canda Renjun berakhir terkena pukulan pelan dari Jaehyun.

"Sembarangan, sudahlah, apa semuanya sudah siap? Tidak ada yang tertinggal?" tanya Jaehyun memastikan. Renjun tampak berpikir sejenak kemudian menggeleng.

"Aku yakin semuanya siap, kecuali satu."

Jeno dan Jaehyun menaikan satu alis ke atas. "Apa?" tanya mereka bersamaan.

"Cintaku, dia memilih tetap tinggal," jawab Renjun memasang wajah sedih, mendramatisir keadaan yang mana membuat Jeno tertawa terbahak, sementara Jaehyun hanya tersenyum kecut. Lelaki manis itu heran. Renjun bisa menggombal seperti itu siapa yang mengajari?

"Sudah-sudah ayo berangkat," ucap Jaehyun.

"Hati-hati." Jeno melambaikan tangannya kepada Jaehyun dan Renjun. Jujur, Renjun merasa sedikit tidak rela jika harus pergi sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, teman-temannya yang ada di kota meminta Renjun kembali bekerja di rumah sakit lamanya setelah mengetahui kabar bahwa nenek Renjun telah tiada.

Setidaknya sampai Renjun benar-benar sudah siap untuk ke jenjang pernikahan bersama Jeno. Karena Renjun masih ragu menjalin hubungan dengan Werewolf seperti Jeno. Ia hanya takut jika alam tidak merestui sampai membuat Jeno menderita. Bukankah Werewolf dan manusia tidak akan pernah bisa bersatu? Jikapun memaksakan untuk tetap bersama, pasti dalam kehidupan akan banyak sekali permasalahan dan Renjun tidak mau sampai hal itu terjadi pada keluarga kecilnya kelak.

•••

Perjalanan dari desa ke kota tak membutuhkan waktu lama. Hanya membutuhkan 1 jam 45 menit karena sempat terjadi kemacetan akibat kendala saat di lampu merah. Renjun menyeret kopernya masuk ke dalam rumah orang tuanya. Ia akan tinggal bersama Jaehyun mengingat lelaki manis yang kini tengah berbadan dua itu juga ikut menetap di kota.

Johnny sedang bertugas ke luar kota untuk satu bulan dan Renjun berjanji akan menjaga Jaehyun selama Johnny tidak ada. Terlebih Renjun juga kesepian seorang diri di rumah, jadi ia tidak keberatan sama sekali.

"Biarkan aku saja yang mengangkatnya. Hyung duduk saja, takutnya baby dalam perutmu kenapa-kenapa karena Papanya kelelahan."

Jaehyun tersentuh. Renjun sangat baik sampai memperhatikan baik atau buruk keadaan calon bayi dalam perutnya jika ia terlalu kelelahan mengangkat yang berat. Jaehyun pun membiarkan Renjun memindahkan barang-barangnya ke dalam.

"Terima kasih ya Renjun. Hyung jadi tidak enak."

"Oh ayolah hyung jangan seperti itu. Kau sudah seperti hyungku sendiri"

"Uh manisnya, nanti hyung buatkan kue untukmu." Renjun tersenyum sumringah mendengarnya.

•••

Jeno yang kebetulan sedang berjaga di perbatasan menoleh kaget melihat dua orang Werewolf; satu beta dan satu omega asing terluka. Salah satu Werewolf berstatus beta memapah Werewolf omega yang mendapat luka cukup parah.

"Kalian kenapa? Kemarilah!" titah Jeno membantu keduanya.

Xiaojun langsung menangis sejadi-jadinya. Ia berlutut memohon pertolongan kepada Jeno. "Alpha, kumohon bantu kami. Kawanan Rogue baru saja menyerang di bagian timur tebing," tangis Xiaojun seraya berlutut di kaki Jeno.

Bertepatan datangnya Lucas dan Hendery melihat Mark yang sudah tak sadarkan diri dengan Xiaojun yang berlutut sambil menangis histeris dengan luka yang perlahan mulai tertutup. Jeno memandang kedua temannya, meminta membawa pulang kedua Werewolf ini ke rumah. Kebetulan ada Haechan yang memang ditugaskan untuk tetap berada di rumah.

"Aku akan mengurus Rogue, bawa mereka ke rumah," titah Jeno kemudian berlari untuk memperingatkan para Rogue agar tidak mengganggu wilayahnya.

"Ayo," ajak Lucas sambil membopong tubuh Mark. Mereka berempat pergi meninggalkan kawasan perbatasan. Tidak aman berlama-lama berada di sana mengingat banyak sekali Rogue kejam sewaktu-waktu akan masuk dan membuat kekacauan.

Sesampainya di rumah, Lucas membaringkan Mark di atas kasur, sedangkan Xiaojun kini duduk di kursi. Haechan hampir memekik, tidak menyangka bisa bertemu dengan kedua temannya. Dari penciuman dan penglihatan yang Haechan rasakan, sudah jelas bahwa itu Mark dan Xiaojun.

"Mark? Xiaojun?"

"Haechan? Astaga! Kupikir kau sudah tiada bersama Alpha!"

Kedua teman itu berpelukan. Membuat Lucas dan Hendery mengerutkan dahi. "Sebelumnya kalian sudah saling mengenal?" tanya Hendery penasaran.

Haechan mengangguk. "Mark dan Xiaojun pernah satu kawanan denganku saat masih menjadi kelompok Donghae, kupikir mereka berdua sudah tiada tapi ternyata tidak. Aku sangat senang mengetahuinya. Selama ini kalian berada di mana, kalian membuatku cemas!" omel Haechan kepada kedua temannya.

"Jika aku menceritakannya akan selesai 10 BAB, intinya, kami sempat diberi tempat tinggal oleh kelompok serigala yang baik hati lalu kami memutuskan untuk pergi. Kita tidak bisa menetap sampai merepotkan mereka terus-menerus, tapi sekarang aku bersyukur bisa bertemu denganmu lagi, Chan-ah."

"L-lalu, kalian tidak apa-apa 'kan?" tanya Haechan khawatir. Jelas khawatir mengetahui kondisi Xiaojun yang luka-luka apalagi Mark, Haechan tidak ingin kedua temannya itu kenapa-kenapa.

"Aku sudah tidak apa-apa, tapi tidak tahu dengan Mark. Dia mendapat serangan yang begitu kuat saat mencoba melindungiku. Aku sangat berterima kasih kepada Alpha dan kalian berdua." Xiaojun tersenyum tulus menatap Lucas dan Hendery secara bergantian.

Hendery terdiam menyaksikan betapa manisnya sosok beta yang sedang tersenyum itu. Jujur, ia terpesona oleh kecantikan Xiaojun. "Panggil aku Hendery saja," ucap Hendery setelahnya. Xiaojun pun mengangguk.

Tolong beritahu kepada Hendery bagaimana caranya agar ia bisa menjadi manusia lagi agar ia bisa merasakan debaran jantung yang begitu kencang seperti manusia-manusia normal saat jatuh cinta.

Yeux BleusDonde viven las historias. Descúbrelo ahora