19

3.3K 530 10
                                    

"Jadi Johnny hyung ...!"

Jaehyun mengangguk sembari meminum tehnya. Pria manis itu sudah menduga jika Renjun akan menunjukkan ekspresi keterkejutannya setelah mendengar penjelasannya.

"Apa dia satu spesies seperti Jaemin?"

"Yak! Kau pikir suamiku hewan?!" cibir Jaehyun tak terima.

Renjun langsung menyengir. Bukankah Vampir juga seperti hewan hanya saja berwujud manusia. Renjun tak menyangka jika Johnny juga seorang Vampir. Dalam artian suami dari Jaehyun tidak sepenuhnya seorang Vampir karena ibunya seorang manusia sementara ayahnya Vampir. Gen yang didapatkan Johnny lebih ke manusia ketimbang gen Vampir seperti ayahnya.

Johnny masih bisa memakan makanan vegetarian sedangkan Jaemin dan kedua sepupunya tidak bisa selain darah dan makanan yang terbuat dari daging.

"Seluruh desa hancur bahkan klinik pun turut menjadi korban. Aku akan memberi upahmu selama bekerja di klinikku." Jaehyun mengeluarkan sejumlah uang untuk Renjun.

"Hyung, apa tidak sebaiknya uang ini kau gunakan untuk membangun klinikmu lagi? Aku tidak masalah tidak diberi bagianku asalkan aku dipekerjakan bersamamu. Jujur aku suka satu rekan denganmu."

"Idemu bagus tapi aku ingin pensiun saja hahahaha. Aku ingin fokus merawat suami dan anakku nanti," jelas Jaehyun sambil mengusap perutnya.

"Kau ...?"

Jaehyun mengangguk semangat. Renjun memekik tertahan lalu memeluk Jaehyun dari samping. "Astaga, astaga, astaga! Selamat Hyung atas kehamilan pertamamu! Sungguh aku ikut senang mengetahuinya."

"Terima kasih Renjunie," kekeh Jaehyun.

•••

"Terima kasih telah merawatku Alpha, Na Jaemin." Haechan membungkukkan badannya hormat kepada kedua pria di depannya.

"Apa setelah ini kau akan pergi?" tanya Jeno yang dibalas anggukan oleh Haechan.

"Kemana?" Jaemin pun membuka suara. Agak tidak rela jika Haechan harus pergi setelah pemulihan tubuhnya semakin membaik.

"Kemana saja," jawab Haechan seadanya.

"Jangan!"

Jeno menoleh cepat ke arah sahabatnya itu berdiri. Ia tersenyum miring. Terlihat jelas jika Jaemin memang menyukai Haechan, tapi dia dan sikap tsundere-nya itu menghalangi semuanya. Sebagai sahabat baik dan pengertian, Jeno akan membantu mendekatkan Jaemin dan Haechan.

"Apa tidak sebaiknya kau tetap tinggal? Aku tidak masalah jika kau ada di sini. Bukankah kau dan Renjun sekarang berteman? Kau tega meninggalkannya?" tanya Jeno memastikan.

Haechan terdiam. Memang benar dirinya dengan Renjun berteman walau masih ada kecanggungan saat mengobrol. Tapi, Haechan ingin berkelana sebagai Werewolf Rogue tanpa adanya kelompok. Jika memang sebuah keberuntungan untuknya, siapa tahu pack serigala lain mau merekrutnya menjadi salah satu anggota. Walau itu sangatlah mustahil. Tidak ada pack yang mau menambahkan serigala asing ke dalam kelompoknya karena dianggap sebagai mata-mata.

Helaan napas keluar dari mulut omega itu. "Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan tempat ini karena aku yakin dengan adanya Alpha dan Na Jaemin di sekitarku, aku bisa berlindung dari musuh yang mencoba mendekatiku. Hanya saja aku ingin bebas sebagai Rogue tanpa menyerang atau menghancurkan pack lain."

"Baiklah kalau kau memaksa. Untuk perpisahan sebelum kau pergi, adakalanya kita makan bersama untuk terakhir kalinya. Kau mau?" tawar Jeno.

Haechan mengangguk setuju.

•••

"Kau yakin ingin pergi? Jaemin menyukaimu lho."

Mendengar namanya disangkutputkan membuat Jaemin langsung tersedak oleh darah yang diminumnya. Jaemin menatap tajam ke arah Renjun, sedangkan yang ditatap hanya menampilkan wajah tidak berdosanya.

"Benarkah?"

"Tidak! Bukan! Maksudku ... Ya, mungkin! T-tapi tidak!" elak Jaemin.

Renjun menghela napasnya jengah. Ia merebut gelas berisi darah yang diminum Jaemin. "To the point bisakah? Jika kau mengelak maka Haechan akan segera pergi. Ungkapkan sekarang, aku akan kembali setelah urusanmu selesai dengan Haechan." Renjun menuntup pintu kamar yang sebelumnya ditempati oleh Haechan saat tak sadarkan diri.

Di luar, Renjun mengangguk kepada Jeno. Ini rencana mereka omong-omong.

Keadaan benar-benar canggung. Jaemin memejamkan mata berusaha mengontrol diri. Ia tidak pandai merangkai kata-kata romantis. Tapi dalam hatinya, ia begitu menyayangi dan perhatian pada lelaki manis berkulit eksotis itu.

"Na."

Jika Jaemin manusia dan memiliki jantung berdetak, sudah dipastikan sejak tadi jantungnya akan berdegup tak beraturan. Ini benar-benar membuatnya kepalang bingung mau mengungkapkan perasaannya bagaimana.

"Ya?"

Hening lagi. Sungguh, Jaemin bukanlah lelaki romantis, ia bingung mencari percakapan bagus nan menyenangkan karena hanya menjawab alakadarnya saja. Ia hendak membuka suara namun Haechan terlebih dulu memotongnya.

"Yang di maksudkan Renjun tadi, kau-"

"Tidak! Jangan percaya dengan perkataannya," sela Jaemin yang mana membuat Haechan kemudian terdiam.

Dan lagi, Jaemin mengelak dari kenyataan. Ia pun menjambak rambutnya dan mengusap gusar wajahnya. Merasa Haechan masih menunjukkan ekspresi sama, Jaemin pasrah untuk mengakui perasaannya. Ia akan mencobanya dulu, jika omega itu menolak, setidaknya ia sudah merasa lega berhasil mengeluarkan unek-unek di hatinya karena mencintai Haechan.

"Benar, Renjun benar jika aku ... aku menyukaimu."

Jaemin menatap perubahan ekspresi Haechan. Werewolf itu tersenyum tipis.

"Apa alasanmu?" tanya Haechan.

"Kau meragukan cintaku ya? Baiklah, alasanku menyukaimu cukup satu yaitu sebuah rasa. Sejak melihatmu, jujur aku mulai tertarik padamu. Kau adalah omega yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Mungkin rasa suka ini bisa menjadikan hubungan kita semakin dekat hingga menuju ke jenjang pernikahan. Kau mau 'kan?"

Haechan tak merespon, ia menundukkan wajahnya. "Maaf," ujarnya lirih. Suaranya terdengar parau.

"Ya?"

Haechan mengangkat wajahnya, memandang iris merah tua milik Jaemin dengan tatapan lembut. Meski tak dapat melihat ia bisa merasakan lewat penglihatannya. "Aku ... tidak bisa."

"Kenapa? Kau tidak menyukaiku juga?"

"Maaf." Haechan beranjak pergi. Membuka pintu yang kebetulan tak dikunci oleh Renjun. Jeno menatap kepergian Haechan dengan tanda tanya.

"Sudahkah? Hey, kenapa kau menangis? Bagaimana? Apa kalian sudah saling mengungkapkan? Ada apa ini?"

Haechan tak menggubris pertanyaan Jeno. Ia berlari keluar, menjauh dari rumah Jeno masuk ke dalam hutan yang gelap. Renjun dan Jeno saling berpandangan.

"Na ...." panggil Renjun. Wajah Jaemin berubah murung.

"Aku akan menemui Hendery dan Lucas, mungkin mereka membutuhkan bantuanku." Jaemin mengalihkan topik. Ia pergi meninggalkan Jeno dan Renjun yang dibuat kebingungan.

"Apa yang terjadi?" gumam Renjun.













To be continue

Saya selipkan sedikit momen Jaemhyuck. Suka atau tidak suka terima kasih telah membaca hehe. Respons kalian terhadap Yeux Bleus begitu membuat saya bersemangat menghibur kalian😁

Oke sampai jumpa di Chapter berikutnya, sayang banyak-banyak.

Yeux Bleusजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें