25

3.8K 427 34
                                    

"Ayah, Papa, Ayden ingin adik baru."

"Uhuk ... uhuk ... hah?!" Renjun sampai tersedak air minumnya, memandang Jeno dengan raut wajah terkejut. Anak kecil bernama Ayden itu menunjukkan wajah tak berdosanya setelah mengatakan apa yang dikatakannya barusan kepada kedua orang tuanya.

"Boleh," timpal Jeno yang langsung mendapat tatapan tajam dari Renjun. Suaminya itu langsung membuat wajah memelas.

"Kamu 'kan sudah punya adik."

Ayden mendengkus. "Itu adiknya Minhee bukan adiknya Ayden. Huwee~ buatkan Ayden adik, jika tidak Ayden memutuskan kabur dari rumah, tidak mau makan, tidak mau minum. Intinya Ayden mau marahan sama Papa dan Ayah kalau Ayden belum punya adik."

Ayden adalah anak bungsu Jeno dan Renjun. Anak itu sangat keras kepala. Terkadang apa yang diinginkannya belum terwujudkan maka dia tidak akan semudah itu untuk diam. Sifat keras kepalanya menurun dari Renjun, tak salah lagi anak itu sangat-sangat menuntut.

"Proses membuat adik itu sangat lama sayangnya Ayah. Lebih baik Ayden bermain bersama Kakak Eric ke rumahnya Uncle Haechan dan Uncle Jaemin, hm?" bujuk Jeno berharap anaknya ini mau menurutinya. Tetapi Ayden menggeleng kencang.

"Tidak! Mau adik, titik!"

Renjun mengembuskan napasnya panjang. Jika sudah seperti ini pasti keributan tak akan segera berakhir kecuali anak itu mendapat keinginannya.

"Ayden ayo main!" Sebuah suara membuat Ayden langsung berhenti cemberut. Anak itu langsung berlari keluar dan meninggalkan kedua orang tuanya yang menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Lihat! Anak itu langsung berubah pikiran.

Renjun akan memberikan brownies kepada Eric dan Minhee karena mau membujuk Ayden pergi bermain. Setidaknya dengan Ayden bermain, perlahan anak itu akan lupa dengan permintaannya tadi.

"Malam ini, ayo buatkan adik untuk Eric dan Ayden." Jeno memperbaiki posisi duduknya seraya tersenyum mesum kepada Renjun.

"JENO!!!"

"KENAPA!!"

"Kau menyebalkan, aku membencimu!"

"Aku juga mencintaimu."

Ya, mungkin besok adalah hari terakhir Renjun menampakkan dirinya di dapur untuk membuat sarapan karena tidak bisa berjalan. Inilah kehidupannya setelah menikah, selalu diwarnai oleh kebahagiaan bersama keluarga kecilnya meski terkadang membuat Renjun harus menahan emosi. Eric dan Ayden, pelengkap kebahagiaan keluarga kecilnya.



















- END -


Kita sudah berada di puncak cerita nih, apa kesan kalian saat membaca book ini? Apakah ada yang ingin kalian sampaikan? Berupa kritikan atau penyampaian mengenai saya dan book mungkin? Boleh, silakan karena saya juga akan menerima setiap kritikan yang kalian berikan di komentar.

Saya selaku penulis book 'Yeux Blues' ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca yang selalu menemani saya dari awal hingga akhirnya kita berada dipenghujung cerita. Saya tidak menyangka respons kalian kepada book ini sangat baik, saya benar-benar terharu mengetahui jika kalian memang menyukainya.

Pemeran book ini saya harap jangan kalian bawa sampai di kehidupan nyata ya. Saya tidak setuju jika ada dari kalian yang menyukai Noren karena dari shipper. Apalagi sampai mengundang perkonflikan antar kapal lain. Mereka di dunia nyata hanya sahabat bagaikan saudara kandung eaaa. Saya hanya meminjam nama dan visualisasi mereka untuk cerita fiksi yang tidak benar adanya.

Book ini tidak akan saya buatkan sekuel, mungkin tidak akan sempat dibuat karena saya sibuk jadi mending tidak usah. Jika diantara kalian ingin menyampaikan sesuatu atau kenalan dengan saya mungkin? Percaya diri amat saya tuh😆. Okay skip saja. Saya sekali lagi ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca yang sudah membaca, vote dan berkomentar.

Sekian dari saya, terima kasih, sehat selalu ya, kita akhiri pertemuan di sini, bye bye👋

Yeux BleusWhere stories live. Discover now