22

2.8K 432 15
                                    

Renjun menggunakan telapak tangannya sebagai tumpuan dagunya. Dihadapkan dengan kertas banyak serta laptop menyala, membuat jam tidur Renjun harus tertunda guna menyelesaikan pekerjaannya yang super banyak. Renjun menghela napasnya berat. Rasa kantuknya sudah tergantikan karena Renjun tidak akan tenang selagi pekerjaannya masih menumpuk.

Disaat sedang serius mengetik pada keyboard laptop, suara ketukan dari luar jendela mengalihkan perhatiannya. Renjun sedikit tersentak mengingat kamarnya gelap gulita. Renjun sengaja tak menyalakan lampu karena Renjun akan tidur selepas pekerjaannya selesai.

Suara ketukan itu kembali terdengar. Alhasil membuat Renjun mulai merinding. Dalam benaknya menyebutkan jika gerangan yang mengetuk jendela adalah hantu. Tapi Renjun tak percaya hantu, bahkan jika itu hantu yang ada makhluk tersebut akan takut padanya. Renjun mempunyai salib di lemari dan jangan lupakan Renjun bisa membaca doa pengusir setan berkat belajarnya bersama pastor di gereja ketika usianya 16 tahun. Lantas siapa itu? Mata rubah Renjun langsung membola lebar. Renjun mulai ketakutan semisal sosok itu vampir atau manusia serigala yang mengincarnya.

"Ini aku Jeno."

Renjun bernapas lega. Pikirnya itu adalah musuh yang sedang mengintai keberadaannya, rupa-rupanya seseorang yang Renjun rindui namun tak dapat bertemu secara langsung. Renjun mendekat ke gorden lalu menariknya perlahan. Ia membuka jendela yang menghubungkan samping rumah menuju jalanan.

"Kau membuatku takut, kupikir vampir atau rogue yang mengetuk-ngetuk jendela. Masuklah, aku merindukanmu hehe."

Jeno terkekeh lalu melangkah masuk. "Mengapa kau belum tidur. Ini sudah jam 11 malam. Apa kau membaca buku bodoh itu lagi, huh? Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak begadang, perhatikan juga kondisi kesehatanmu, Injunie."

"Aku tidak sedang membaca novel. Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku. Besok sudah harus selesai dan aku tidak ingin dikejar deadline, yang ada atasanku akan memecatku. Sebagai seorang dokter baru, aku tidak boleh bermain-main dalam pekerjaanku. Dan ya, kenapa kau datang kemari malam-malam sekali? Kenapa tidak sore? Atau pukul 6 malam?"

"Untuk melihat dan memastikan jika kau sudah tidur. Aku menyukai saat kau tertidur sehingga aku bisa bebas memandangmu."

Renjun memukul lengan Jeno dengan kencang. Setelahnya ia kembali duduk di kursinya guna menyelesaikan pekerjaan yang sempat terhenti karena mengobrol dengan Jeno.

"Kenapa tidak menyalakan lampu? Kau tidak akan bisa menulis dalam kegelapan."

Renjun menampilkan wajah mengejek. "Kata siapa, aku tidak menulis menggunakan tangan tetapi mengetik lewat laptop. Kecanggihan teknologi sangat mempermudah untuk melakukan apapun."

"Hm terserah kau saja. Sekarang aku akan menemanimu hingga kau selesai dan benar-benar tidur."

Renjun mengangguk pelan. Ia kembali memfokuskan pandangan pada laptop di depannya.

"Menginaplah di sini."

"Inginnya seperti itu tetapi aku tidak bisa meninggalkan desa begitu lama. Rogue terus bermunculan dan berusaha masuk ke wilayahku. Aku berjanji setelah semuanya baik-baik saja aku akan menjemputmu, kita melangsungkan pernikahan untuk meresmikan hubungan kita berdua."

Pipi hingga telinga Renjun seketika memerah. Renjun tersenyum malu-malu lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Jeno duduk di samping Renjun sembari mengamati setiap ekspresi yang Renjun tunjukkan. Karena menurutnya itu sangat menggemaskan.

Setelah beberapa menit tanpa ada yang bersuara, pekerjaan Renjun pun usai. Renjun menoleh ke samping dimana Jeno berada. Manusia serigala itu masih tetap di posisinya sambil terus memerhatikannya.

Yeux BleusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang