12🔞

5.5K 655 20
                                    

⚠WARNING! NOT FOR KIDS!⚠









Malam telah tiba, Jeno bergerak gelisah melihat sinar bulan memancar terang seolah memperingatkan dirinya agar bersiap-siap mengontrol seluruh kekuatannya. Bulan purnama menjadi titik terkuat dimana seluruh kekuatan Werewolf berada dipuncak. Jika mereka tidak dapat mengendalikan kekuatan, wolf dalam diri mereka akan menghancurkan segalanya.

Akan tetapi kali ini menjadi malam bulan purnama bencana bagi Jeno. Ia sudah terbiasa dengan malam-malam purnama sebelumnya, tetapi tiba-tiba ia merasakan panas disekujur tubuh. Jeno sedang dalam fase Rut seorang alpha, biasanya para alpha akan melakukan hubungan intim bersama para omega.

Tapi bagi alpha yang belum memiliki omega, mereka harus menggunakan cara mereka sendiri yaitu memuaskan diri menggunakan tangan. Tetapi bagi para alpha itu tidaklah menyenangkan, tidak nikmat dan cukup menyedihkan.

Jeno berlari keluar dari rumahnya. Tiba-tiba ia teringat sosok manis bernama Huang Renjun melintas dalam benaknya. Jeno setengah dikendalikan oleh wolf dalam dirinya, perilaku Jeno berubah liar ketika sampai di depan tembok besar.

Kuku-kuku tajam itu mencakari pintu besi, menggedor-gedor kencang seraya menggeram tak sabaran. Nafasnya semakin memburu tatkala aroma Vanilla menyapa indra penciumannya.

KRIEET

Renjun melotot kaget melihat keadaan Jeno yang berantakan. Manik berbeda warna itu memandangnya tajam, jika Renjun Werewolf bisa jadi Renjun dapat mencium aroma mint menguar kuat dari tubuh Jeno.

Tanpa babibu Jeno langsung meraup bibir pink Renjun, menarik tengkuk Renjun guna memperdalam ciuman menuntut itu. Renjun memberontak, mencoba menjauhkan Jeno darinya tetapi tenaganya sia-sia saja.

"Jenhh."

Jeno melepas ciumannya sembari memandang Renjun dengan nafas terengah dan mata dipenuhi oleh nafsu. Jeno menggendong Renjun bridal, membawa tubuh mungil itu ke rumahnya.

Saat sampai Jeno segera membuka pintu kamar menggunakan kaki, menutupnya kencang lalu melempar tubuh Renjun ke atas ranjang. Renjun hendak berprotes tetapi Jeno mendorong tubuhnya hingga dirinya telentang.

"Jeno ada apa denganmu?!" Renjun berteriak.

Jeno melepas pakaian yang ia kenakan secara tidak sabaran. Renjun membulatkan mata melihat penis besar Jeno mengacung tegak setelah dalaman pria itu terlepas.

"Aku membutuhkanmu, bantu aku," ucap Jeno sembari mengeluarkan deep voicenya. Renjun merinding mendengar suara berat Jeno seolah pria itu bukanlah Jeno.

Jeno menindih tubuh Renjun, ia kembali meraup bibir itu dengan hisapan kuat sehingga si empu terbuai. Renjun tidak munafik, ia juga bukan lelaki polos seperti yang diketahui. Renjun mengalungkan kedua tangannya ke leher Jeno, mencoba menyeimbangkan lumatan terkesan amatir namun nikmat itu.

"Nghh."

Renjun melenguh saat tangan nakal Jeno meraba pinggangnya. Jeno beralih ke leher Renjun, menciumi leher beraroma Vanilla yang akan menjadi kesukaannya. Ia menyesap kuat sehingga muncul ruam merah yang mana sempat membuat Renjun menggeliat tak nyaman.

Jeno menyeringai diam-diam lalu merobek piyama tidur yang Renjun kenakan, terpampanglah tubuh mungil nan indah Renjun. Puting berwarna merah muda itu seolah menggoda Jeno agar menghisapnya, Jeno menekan kuat tonjolan seukuran biji kacang dan kembali menggoda area sensitif Renjun.

Jeno melepas celana yang masih tersisa di tubuh Renjun, Renjun merapatkan kakinya ketika manik berbeda warna itu memandang lapar penisnya. Jeno segera membuka lebar-lebar paha Renjun sehingga lelaki itu mengangkang.

"Jangan ditutupi, itu terlalu indah dilewatkan."

Pipi Renjun merona, Jeno meletakkan kaki kiri Renjun ke bahu pria itu, melakukan ancang- ancang dengan memposisikan kepala penisnya pada anal berkerut merah muda itu.

"Aku akan masuk, jika sakit kau boleh mencakar atau berpegangan padaku," titah Jeno. Pria itu akan memasukkan penisnya ke dalam lubang hangat Renjun.

"Arghh s-sakit!!"

Renjun memeluk erat leher Jeno, menyembunyikan wajahnya ke perpotongan leher pria itu guna menahan rasa sakit pada lubang analnya. Di bawah sana penis Jeno tetap memaksa masuk, mengabaikan jerit kesakitan Renjun karena penis Jeno baru setengah masuk.

"Keluarkan! sakit!" pinta Renjun seraya menitikkan air mata tak kuasa menahan rasa sakit itu.

Jeno tidak mendengarkan justru ia semakin mendorong masuk miliknya membuat Renjun menjerit kencang. Jeno mencium bibir Renjun agar rasa sakit yang Renjun rasakan menghilang sejenak. Ibu jarinya bergerak mengusap air mata yang keluar dari ujung mata Renjun, Jeno segera menghentakkan pinggulnya sehingga penisnya berhasil masuk keseluruhan.

Renjun sempat tersentak tetapi Jeno langsung memeluknya erat.

"Bolehkah aku bergerak sekarang?" Jeno menatap Renjun dengan tatapan memuja. Renjun mengangguk pelan dirasa lubangnya tidak lagi sakit.

Jeno mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur secara perlahan. Renjun mendesah nikmat dengan pergerakan Jeno yang cukup merangsang seluruh tubuhnya. Jeno mengulum puting pink Renjun membuat dada Renjun membusung, tangan kirinya menekan kepala belakang Jeno supaya menghisapnya lebih kuat.

Jeno mempercepat temponya, Renjun meremat sprai sebagai ganti pelampiasan nikmatnya.

"Ahh Jenhh."

Jeno tersenyum puas, ia baru saja menemukan titik ternikmat Renjun. Ia menghentakkan pinggulnya lebih cepat membuat ranjang ikut berdecit.

Tangan kanannya ia gunakan meremas bokong sintal yang cukup menggodanya sedar tadi. Jeno mengecupi leher Renjun sesekali membuat tanda kemerahan begitu kontras dengan kulit putih Renjun, menjilati leher itu sehingga tampak mengkilap akibat air liur dan keringat bercampur menjadi satu.

"Nghh akuhh m-mau keluar."

Jeno menggerakan pinggulnya secara brutal, Renjun dibuat menjerit kenikmatan sampai lelaki itu mendesah panjang saat spermanya keluar mengotori perut Jeno. Saat ini Jeno belum keluar berarti ia tidak akan berhenti menggerakkan pinggulnya.

Beberapa hentakan terakhir ia lakukan sampai ia bisa merasakan penisnya membesar di dalam sana. Jeno meringis ketika Renjun menjepit kuat penisnya.

"Rileks sayang," seru Jeno.

Jeno tertawa renyah merasakan penisnya menyemburkan banyak sekali sperma ke dalam tubuh Renjun. Renjun memejamkan mata saat sperma Jeno membuat perutnya hangat, ia membuka mata dan melihat Jeno memandangnya dengan keringat bercucuran.

"Terima kasih sudah membantuku," ucap Jeno sembari mengecup lembut bibir Renjun.

"Hm," balas Renjun berdehem, ia tidak kuat hanya untuk membuka suara, tenaganya habis melayani Jeno yang liar sampai membuatnya kelelahan.

"Good night my foxie." Jeno mengecup kening Renjun, menarik selimut guna menutupi tubuh telanjang keduanya.

Yeux BleusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang