20

3.1K 463 21
                                    

[All moment about JaemHyuck]









Haechan POV

Aku berlari secepat kilat masuk ke dalam hutan yang gelap. Melewati pepohonan tinggi dengan air mata mengalir. Sakit, itulah yang kurasakan di hatiku. Aku tidak tahu mengapa terasa sangat menyakitkan setelah menolaknya. Dia bagaikan mate yang tertolak karena ketidakpantasan seorang Werewolf pecundang sepertiku.

Aku membenci diriku sendiri. Aku ingin marah dengan apa yang Tuhan berikan untukku. Omega ditakdirkan untuk mengandung anak. Setiap omega setelah mengikat janji suci bersama pasangannya akan sangat menginginkan keturunan. Dan aku, Werewolf payah, cacat, bodoh yang tidak akan bisa mengabulkan pasanganku untuk keturunan.

Lalu Jaemin mencintai Werewolf cacat sepertiku? Aku tidak ingin membuatnya kecewa saat mengetahui bahwa aku tidak bisa hamil. Dia Vampir dan aku Werewolf, kita tidak akan pernah bisa bersama.

Mengapa Moon Goddess menciptakanku dalam bentuk kecacatan? Aku lelah dan merasa tidak pantas untuk tetap hidup bersanding dengan pasanganku nanti. Aku malu karena kecacatanku. Jika buta telah membuatku tidak harus tahu apa yang aku hadapi, setidaknya berikan sedikit kelebihan untukku.

Setiap omega pasti menginginkan keturunannya bersama mate mereka. Aku pun sama dan mengapa Moon Goddess mendatangkan Jaemin dalam hidupku. Apakah dia pasangan yang kau kirimkan untukku? Mengapa tidak Werewolf seperti diriku? Kenapa harus Vampir?

Entah kemana arah tujuanku. Aku tidak ingin melihat atau memikirkannya untuk sesaat. Tetapi aroma Jaemin masih terus melekat kuat di indera penciumanku. Hyuckie, nama serigala dalam diriku, berteriak memarahiku agar tidak bertindak seenaknya, namun aku tidak menggubris.

Semakin masuk ke dalam hutan semakin kurasakan energi kuat seolah tengah mengelilingiku. Aku berhenti tepat di tengah hutan di tengah rimbunnya dedaunan pohon yang membuat cahaya matahari tidak bisa menembus.

"Setidaknya berikan aku alasan mengapa kau menolakku."

"J-jaemin?"

"Hm?"

Haechan POV End

Jaemin bersedekap sambil menyandar pada batang pohon lalu melangkah mendekat ke arah Haechan. Vampir itu mengikutinya tanpa sepengetahuan Haechan.

"Jelaskan," ucapnya dingin.

Haechan tak bergeming. Jaemin langsung memojokkannya ke pohon yang ada di belakang omega manis itu. Meraup bibir ranum Haechan dengan paksa. Membuat omega itu memberontak mencoba menjauhkan tubuh Jaemin darinya.

"N-Na!" Haechan melepas paksa ciuman itu.

Jaemin langsung mencengkeram pipi berisi Haechan. "Jelaskan padaku!" tekannya berusaha memaksa agar Haechan mau menjelaskan alasan mengapa menolak dirinya.

"Karena jika kau menyukaiku, itu hanya akan sia-sia saja! Kau salah mencintai orang cacat seperiku! Aku tidak akan membuatmu bahagia karena aku tidak bisa memberikanmu seorang anak,"

"Aku merasa tidak pantas untukmu. Kau adalah Vampir dari golongan murni, sudah semestinya dari klanmu mengharapkan keturunan sebagai penerus abadi. Dan aku tidak bisa mengabulkannya."

Jaemin mencengkeram bahu Haechan. "Aku tidak mengharapkan keturunan. Aku hanya menginginkanmu, tidak masalah punya atau tidak asalkan aku bisa bersamamu, selamanya."

"Kau tidak mengerti, Jaemin! Aku dan kau berbeda! Kita tidak akan pernah bisa bersama meski kau terus mencoba. Kumohon, pergilah, cari saja yang lain, yang satu klan denganmu dan bisa membahagiakanmu untuk selamanya."

"Jika aku menolak?"

"Aku akan memaksa."

Jaemin langsung memundurkan langkahnya ke belakang. Manik matanya memandang lekat wajah Haechan. Namun detik berikutnya Haechan-lah yang menghambur memeluknya sembari menangis histeris.

"M-maaf ... maafkan aku ...."

"Kau tau Haechan? Setiap pasangan pasti menginginkan seorang keturunan. Aku menyukai dan bersedia menikahimu meski kau tidak bisa memberikanku seorang anak. Menurutku, kaulah bayiku." Jaemin mengusap surai cokelat Haechan dengan lembut.

"Kau serius dengan perkataanmu, Na Jaemin?" tanya Haechan memastikan.

"Aku akan berhenti meminum darah agar kau tahu betapa seriusnya aku saat ini."

Haechan tersenyum tipis. "Jangan, kau akan mati tanpa darah."

"Aku akan mati tanpa dirimu."

"Eung."

Yeux BleusWhere stories live. Discover now