Sunnah Rasul

20K 1.6K 91
                                    

PENCET BINTANG KALO MAU DAPET PACAR! KOMEN KALO MAU DAPET SUGAR DADDY, HEHE.


Sudah sebulan terhitung dari awal Sarah menikah dengan Devan hingga sekarang. Benar kata orang bahwa cinta datang karena terbiasa, nyatanya pun hal itu terjadi pada Sarah. Perhatian kecil Devan nyatanya menjadi candu bagi wanita itu saat melakukan sesuatu. Bahkan ketika Devan membiarkan dirinya melakukan sesuatu tanpa peringatan membuat pikirannya melayang-layang mengapa suaminya itu diam saja tak protes seperti biasanya. Bayangan kalau ternyata Devan memiliki selingkuhan adalah hal yang paling sering ia pikirkan.

Pemikirannya yang satu itu nyatanya di dukung karena sampai sekarang mereka tak kunjung melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh pasangan suami-istri. Di awal pernikahan Devan menginginkan hal yang sama namun terhalang karena masa haid istrinya itu. Dan sekarang saat ia sudah selesai Devan malah tak kunjung memintanya. Haish, memikirkannya membuat Sarah kesal tiba-tiba.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat Sarah kembali dari dapur setelah mengambil segelas air. Entah untuk apa ia sebenarnya mengambil air yang jelas ia hanya ingin mencari perhatian suaminya itu.

Sejak kepergiannya Devan tak beranjak satu jangka pun dari tempatnya semula. Masih di atas tempat tidur dengan memangku laptop miliknya. Mengindahkan segala gerak-gerik Sarah yang terkesan sengaja mengganggu konsentrasi nya.

Sarah meletakan dengan kasar gelasnya. Menyibakan selimut yang hampir saja menjatuhkan laptop milik Devan tanpa merasa bersalah. Devan yang melihat itu dengan cepat berusaha mengamankan benda miliknya itu. Diliriknya Sarah yang menarik selimut menutupi wajah.

"Kamu kenapa?"

Tangan Devan menarik selimut yang menutupi Sarah. Tak mau melihat istrinya itu kesusahan mengambil nafas saat tidur nantinya.

"Gapapa."

Kali ini Sarah memiringkan tubuhnya. Menatap tirai abu-abu yang ada dihadapan matanya.

"Oh."

Devan menganggukan kepalanya pelan. Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali.

Sedangkan dibalik punggungnya Sarah menggeram kesal karena respon cuek yang suaminya itu berikan. Bagaimana pun ini malam jum'at hey, sunnah rasul harus segera dilakukan, pikirnya mantap.

Sarah memutar otaknya cepat. Tak mungkin ia meminta duluan kan, ia malu, tapi kalau Devan yang mengajaknya duluan ia tak akan malu, batinnya. Tapi tak mungkin terjadi karena nyatanya pria itu sibuk dengan laptopnya sejak tadi. Mau tak mau Sarah lah yang harus mengambil inisiatif.

Matanya melirik sebentar ke arah Devan. Perlahan ia mulai menggeser kakinya, disusul tubuhnya ke arah suaminya itu. Sarah mendongak menatap Devan. Dilihatnya raut wajah datar milik suaminya itu. Ini kali pertama tubuh mereka bersentuhan saat berada di ranjang. Karena sebelumnya Sarah selalu meletakkan bantal ditengah tengah mereka.

Sejak tadi Devan hanya diam memandangi wajah sang istri. Ia tak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan istrinya itu. Hingga sedetik kemudian barulah ia tahu kalau Sarah berusaha menggapai ponselnya di atas nakas. Setelah mendapat apa yang ia cari Sarah dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari Devan. Meninggalkan banyak pertanyaan di kepala Devan mengapa Sarah tak meminta tolong padanya untuk itu.

Mengedikan bahunya acuh. Devan kembali melanjutkan pekerjaannya, ditemani dengan decakan dan juga gumaman pelan dari orang disampingnya itu.

"Bapak tahu temen saya yang hamil itu?"

Sarah menolehkan kepalanya menatap Devan. Sedangkan yang ditatap masih setia melihat layar laptop. Ia hanya mengangguk kepalanya tanda bahwa ia tahu.

"Kenapa?" tanyanya kemudian

"Sekarang dia udah lahiran loh."

Ujar Sarah dengan berbinar menganggap bahwa Devan akan mengerti dengan maksud tersirat dari ucapannya barusan.

"Terus?"

Mendengar itu Sarah langsung merubah raut wajahnya. Sia-sia saja ia berbicara tadi.

"Gapapa."

Sarah kembali memainkan ponselnya. Sedang Devan hanya menganggukan kepalanya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Ih keren banget baru nikah udah hamil."

Celetuk Sarah tiba-tiba dengan harapan bahwa Devan akan mengerti maksudnya kali ini. Dalam hati Sarah tertawa puas, tak mungkin Devan masih belum mengerti maksudnya.

"Hamil duluan kali itu."

Untuk pertama kalinya sejak menyentuh laptop Devan menolehkan kepalanya menatap Sarah. Bagaimana tidak, bulu kuduknya tiba-tiba merinding setelah ia mengatakan sesuatu barusan. Dilihatnya istrinya itu yang menatapnya dengan tajam. Menggertakan gigi-giginya pelan pertanda bahwa ia sedang kesal sekarang.

"Ahh bukan hamil duluan? Ya bagus dong."

"Ya jelas bukan lah orang abis akad langsung proses."

Ketus Sarah kemudian kembali menatap layar ponselnya berdecak sebal merutuki nasibnya yang seperti ini.

"Taro HPnya tidur sekarang."

Ujar Devan mengelus rambut Sarah sekilas kemudian kembali menatap layar laptop miliknya.

"Malem jum'at loh ini," ujar Sarah jengah sembari menatap Devan sayu

"Terus kalo malem jum'at kenapa? Ga boleh tidur?"

"Tau ah!"

Sarah membalikan tubuhnya memunggungi Devan. Persetan dengan apa yang ia lakukan suaminya itu tak kunjung mengerti maksudnya. Lebih baik tidur daripada membuat Devan mengerti yang nyatanya tak akan paham maksudnya. Menghela nafas berat Sarah kemudian memejamkan matanya. Baru saja memejamkan mata tubuhnya dibuat menggeliat karena geli saat merasakan kecupan lembut mendarat di lehernya. Tangan Devan menyingkirkan rambut yang menutupi leher jenjang istrinya itu.

Meninggalkan satu kissmark yang sangat kentara akibat ulahnya barusan. "Kamu mau sekarang?"

Tubuh Sarah dibuat merinding. Keberaniannya yang tadi menggebu sekarang lenyap dibawa heningnya malam saat ini. Sekujur tubuhnya menegang kala kaki panjang milik suaminya itu mengunci kedua kakinya dibawah sana. Perlahan Devan membalikan tubuh istrinya itu. Satu tangannya setia merangkul tengkuk Sarah. Membiarkan bibirnya menyentuh bibir Sarah yang tak mendapat respon apapun dari sang empu.

Dengan pelan Devan menggigit bibir milik istrinya itu. Membuat Sarah mau tak mau harus membuka mulutnya karena terkejut. Walaupun begitu ia masih tetap diam, membiarkan dengan bebas Devan meng absen satu persatu gigi dalam mulutnya itu.

Meski tak mendapat balasan Devan masih setia memangut bibir istrinya itu. Membuat Sarah melenguh hingga akhirnya mengalungkan tangannya dileher sang suami. Ciumannya lalu turun menyusuri leher. Menghisapnya beberapa kali hingga kembali meninggalkan tanda yang signifikan.

"Boleh kan?"

Devan bertanya sebelum ia benar-benar diluar kendali. Ia tak akan memaksa bila istrinya itu belum siap sekalipun. Bukannya tak mengerti dengan maksud yang sejak tadi coba Sarah jelaskan, Devan hanya sedang meyakinkan dirinya sendiri. Sarah kemudian mengangguk dengan antusias. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa menerapkan ilmu yang sudah ia dalami selama ini, pikirnya.




Lihatlah kelean2 ini yang ngarep lebih, yakan?
Astaghfirullah ini dosa tapi kok istifarr😭✋

Sengaja banged pake d engga dilanjutin, sumpah saya takut dosanya makin nambah tau ga sih. Padahal itu juga udah dosa elah, tapi biar kalian marem aja walaupun aslinya kurang yakan, ngaku kelean😭✋

Dahlah see you! Voment dulu jangan lupa!

STRANGE BOSS Où les histoires vivent. Découvrez maintenant