Ulah Devan

33.2K 3.4K 200
                                    

Devano Hamilton. Laki-laki berusia dua puluh delapan tahun yang sejak dua tahun lalu menjadi atasan Sarah. Di awal pertemuannya, Sarah sangat mengagumi ketampanan bosnya itu. Karena secara fisik, Devan itu sempurna. Tapi tidak dengan sikapnya yang cenderung menyebalkan di mata Sarah.

"Sarah." Panggil Devan. Sarah yang memang tengah berada di ruangan Devan pun mendongak sambil menjawab.

"Gimana? Udah ketemu sama calon istri saya?" tanya Devan menyerahkan berkas yang baru saja ia tanda tangani. Kebetulan sudah lewat tiga hari dari kejadian yang lalu. Tidak salah juga Devan menanyakan hal itu kembali. Tapi, masalahnya, Sarah belum menemukan solusi untuk masalah ini.

"Belum pak," jawab Sarah menunduk.

"Kenapa belum?"

"Emm, itu, saya belum tahu kriteria idaman bapak yang kaya gimana." Alasan. Padahal sebenarnya Sarah melupakan tugas dari bosnya itu.

"Jadi selama dua tahun belakangan ini kamu kerja sama saya kamu gak tahu yang saya suka?"

Sarah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kalau masalah kesukaan Sarah tahu semua dari mulai warna pakaian hingga makanan, tapi, yang ditanyakan kan tentang kriteria calon istri. Mana mungkin mau disamakan dengan makanan, kan. Selain itu Sarah juga tak sudi disalahkan jika salah membawa orang dan berujung ia kena damprat dari Devan.

"Enggak"

"Jelas yang kaya kamu... "

Sarah berkedib. "Tapi gak mungkin ada yang bener bener mirip kaya saya pak."

Devan menghembuskan nafasnya pelan. "Itu urusan kamu," ujarnya kembali berkutat dengan laptop.

"Tapi bapak jangan salahin saya, ya, kalau calon yang saya pilih gak pas sama kemauan bapak," todong Sarah mencari aman.

"Hmm"

Sarah mengangguk. Ia kemudian undur diri berlalu keluar dari ruangan bos nya itu. Kakinya kemudian melangkah menuju pantry. Ia harus cepat menemukan solusi untuk bos nya itu karena deadline sudah semakin dekat. Dia juga tak mau terus-menerus di teror Devan tentang calon istri.

"Tumben pawangnya pak Devan dateng kesini," ujar seorang wanita sembari terkikik. Sambil mengaduk gelas berisi Kopi wanitu itu lalu duduk menunggu Sarah bicara.

Sarah hanya menghela nafasnya kasar. Ikut duduk disamping wanita itu.

"Lo jomblo kan Vi?"

"Jomblo kok teriak jomblo," ejeknya dengan name tag bertuliskan Vivi.

"Lo mau gak dapet suami ganteng plus kaya raya?"

"Yang kek gitu jelas idaman gue!"

"Nah! Kebetulan pak Devan lagi cari calon istri! Gue daftarin Lo, ya."

"SEMPRUL! GAK MAU! APAAN MASA SAMA PAK DEVAN, BIG NO!"

"Kok gitu sih, katanya, mau suami ganteng plus kaya raya, giliran gue bantu dapetin malah gak mau."

"Iya, tapi, jangan pak Devan juga dong!"

"Masalahnya dimana? Ribet Lo"

"Yah kalo gitu Lo aja sana yang jadi istrinya. Lagian selama ini bukannya peran Lo udah mirip istrinya ya? Tinggal butuh status doang tuh!"

"Bangsul! Gak mau juga gue!"

Suara khas Devan kemudian terdengar di seluruh ruangan yang berjejer dengan pantry. Sarah kemudian buru-buru melihat apa yang sedang terjadi walaupun sebenarnya ia tahu bosnya itu pasti sedang marah-marah karena kesalahan yang dilakukan salah satu karyawan.

STRANGE BOSS Where stories live. Discover now