Cilok

5.2K 617 5
                                    

Sorry ya tadi di unpub, bcs ada beberapa bagian yang hilang. Tapi sekarang udah saya benerin dan agak berubah dikit. Oke happy reading! PENCET BINTANG KALO MAU DAPET PACAR!✊
.
.
.

Vivi berjalan memasuki rumah Sarah dengan rasa kagum yang tak kunjung hilang. Setelah pulang kerja, wanita itu langsung datang kesana dan disambut Sarah. Tentu setelah Vivi mengambil pakaiannya.

“Tuh kamar Lo, sono mandi, gue mau masak.”

“Siap!”

Vivi mengacungkan jempolnya lalu berjalan menyeret koper berukuran kecil berisi baju-baju miliknya.

Setelah hampir setengah jam berlalu, Vivi datang dengan wajah yang sudah segar. Sarah yang memang tengah memasak untuk makan kemudian mempersilahkan temannya itu agar duduk.

“Serius nih pak Devan pergi?”

“Ya menurut Lo aja, lagian mending serumah sama suami sih daripada sama Lo.”

“Nah ini, yang kek Lo tuh halal buat dipukul atau langsung dikubur aja, udah untung ditemenin.”

Sarah tak menjawab. Wanita itu sibuk dengan urusan wajan dan juga kompornya.

“Lo kangen gak sama pak Devan?”

“Ya Allah Vivi, belum sehari gue ditinggal, pertanyaan Lo gak bermutu amat.”

“Siapa tahu aja, Lo kan lagi dimasa bucin-bucinnya sama Pak Devan.”

“Dih sok tahu.”

“Tapi Lo tenang aja Sarah, gue bakal bikin Lo gak ada waktu buat ngangenin pak Devan, ntar kita nobar drama semaleman, terus belanja, eh iya ngomong-ngomong gue juga mau nyari calon, ntar Lo temenin ya.”

“Nyari calon nyari dimane anjir. Lo kira baju kebaya nyari di mall ada.”

“Ya kita nyari juga di mall, sapatau jodoh gue yang punya mall, hehe.”

“Dih mau Lo sama bapak-bapak?”

“Kata siapa yang punya bapak-bapak, mana Lo tahu yang punya modelan pak Arya.”

“Pak Arya mulu, beneran naksir Lo ya?”

“Ya realistis lah anjir mana ada yang kek Pak Arya gak disukain, lagian kalo gue naksir pak Devan ntar Lo ngamuk terus ngelabrak gue lagi.”

“Gue datengin rumah Lo sambil bawa bensin sih.”

“Bensinnya ditinggal Lo nya pulang sih nggak papa.” Jawab Vivi.

“Yaudah tuh makan, sebagai orang yang gue paksa tidur disini, makan Lo gue yang tanggung.” Ujar Sarah lalu keduanya pun makan bersama.

-

Seperti ucapannya saat sore tadi, Vivi dan Sarah benar-benar menonton drama di kamar yang saat ini Vivi tiduri. Namun baru lewat dua jam, kini Vivi yang tadi mengajak nya menonton justru tidur sambil mendengkur pelan.

“Ini yang katanya mau bikin gue nggak ada waktu buat ngangenin pak Devan?”

Sarah mendengus kesal. Tapi Vivi juga pasti kelelahan karena habis bekerja. Tak seperti dirinya yang hanya dirumah dan dapat istirahat kapan pun.  Wanita hamil itu pun kemudian ikut tidur disamping Vivi. Selain malas untuk berjalan ke kamarnya, Sarah juga enggan tidur sendiri.

Sebelum dirinya benar-benar tertidur Sarah memikirkan apa yang hendak wanita itu lakukan besok. Vivi sudah jelas akan pergi bekerja, sedangkan dia, haruskah ia memasak lagi besok untuk mengisi waktu luang.

-

Setelah melewati banyak waktu dengan berada di pesawat. Devan akhirnya sampai di bandara. Disana, laki-laki itu sudah ditunggu oleh seseorang. Yaitu, kepala pelayan keluarga sang Paman.

“Selamat datang Tuan Devan, setelah ini kita akan langsung ke mansion.”

Koper ditangan Devan sudah diambil alih oleh supir yang mengendarai mobil. Devan lalu melepas kacamatanya, seraya berujar. “Aku ingin mengunjungi paman terlebih dahulu.”

“Baiklah. Setelah dari rumah sakit, saya akan antar anda pulang. Apa ada yang anda butuhkan?”

Devan terdiam sejenak. Sebenarnya sejak masih dalam pesawat ada sesuatu yang laki-laki itu inginkan.

“Ada.”

“Apa itu?”

“Saya pengen makan cilok.” Gumam laki-laki tersebut.

-

“Vi pulang kerja beliin gue cilok depan gang ya!”

Sarah berteriak dari meja makan. Sedangkan Vivi tengah sibuk dengan isi tasnya. Wanita itu hendak pergi bekerja, namun lipstik yang biasa ia bawa mendadak hilang dari tas.

“Lo apaan sih, gue berasa suami Lo anjir Lo titipin begini.” 

“Gitu amat Lo sama gue, inget gue lagi hamil!”

“Ya Lo pikir gue apa yang hamilin.” Vivi menyahut sinis.

“Berisik Vi! Lo tinggal beliin apa susahnya sih protes mulu!”

“Mending Lo suruh tuh suami Lo pulang! Masa istrinya ngidam gue yang harus nurutin.” Ujar Vivi tersungut-sungut.

“Peritungan amat Lo.”

“Iya udah iya gue beliin.”

-

Di malam hari. Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Saat itu juga Vivi baru menginjakkan kakinya kembali di rumah Sarah. Wanita itu baru saja pulang dari bekerja sehabis lembur. Sarah yang tengah duduk di ruang tv langsung menoleh kala merasa seseorang berjalan ke arah dapur.

“Nggak ada Pak Devan masih lembur juga Lo?” Ujar Sarah.

Vivi kemudian datang dengan segelas air di tangan. Wanita itu lalu duduk disamping Sarah.

“Nggak ada pak Devan tapi ada Pak Dani yang lebih killer apa bedanya.”

Vivi ngos-ngosan usai menenggak minumnya dengan sekali teguk.

“Nah cilok gue mana?” Tanya Sarah mengulurkan tangannya kepada Vivi.

“Gue lupa beli gimana dong. Lagian keknya nggak jualan deh tadi.”

“Yaudah sono mandi, abis ini anterin gue nyari cilok.”

“Lo bikin sendiri aja deh, Lo kan pinter masak, cilok mah gampang.”

“Kalo gampang Lo aja yang bikin.”

“Tunggu bentar abis tuh kita jalan.” Putus Vivi kemudian berjalan memasuki kamar.

Kalau dirinya yang disuruh membuat, lebih baik ia antarkan Sarah mencari cilok diluar. Lebih gampang daripada harus repot-repot bergelung dengan tepung dan lain sebagainya yang ia tak tahu.

STRANGE BOSS Where stories live. Discover now