Hehe - Devan

6.2K 796 16
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Seperti yang sudah direncanakan, Devan beserta Sarah akan menghadiri sebuah pesta sekarang. Tapi laki-laki yang menjabat sebagai suami Sarah itu sejak tadi justru terlihat ogah-ogahan untuk hadir.

"Gausah datang ya?"

Sudah berkali-kali kalimat yang sama keluar dari mulut Devan. Sambil merebahkan tubuhnya di kasur Devan menatap Sarah yang tengah bersiap. 

Sarah berdecak. Sejak tadi suaminya itu merengek agar membatalkan rencana mereka untuk pergi malam ini.

"Ya, sayang ya?" Katanya lagi.

"Kenapa lagi sih Mas, ribet deh daritadi."

Devan bangkit dari tidurnya. Berdiri dibelakang Sarah yang tengah menatap cermin. Bahkan saat Devan sendiri sudah rapih menggunakan stelan jas, mulutnya tetap saja tak berhenti bicara agar batal pergi ke pesta.

“Saya batalin juga nih pesta.” Katanya yang langsung membuat Sarah melotot.

“Gak bisa gitu dong, profesional dikit Mas!”

“Iya-iya.”

Setelah mengatakan itu pun Devan beranjak dengan pasrah meninggalkan kamar tidur. Entah kemana laki-laki itu hendak pergi, Sarah juga enggan bertanya. Paling juga ke dapur untuk minum.

“Bapak kamu tuh, mentang-mentang bos! Padahal kamu yang bos sawit aja gak gitu kan ya.”

Sarah berujar sambil menatap perutnya. Ia kemudian dengan cepat menyelesaikan aktivitas nya. Setelah selesai, Sarah pun menghampiri Devan yang ternyata sedang menonton tv bersama camilan di atas meja.

“Ayo, Mas.”

Devan lalu berjalan mendahului Sarah. Bahkan tanpa menjawab ucapan wanita hamil tersebut. Saat sampai di mobil pun laki-laki itu langsung masuk ke dalam tanpa sepatah kata pun terucap dari bibirnya. 

“Huaaaaaa bapak kamu tuh, jahat sama Mama, masa Mama ditinggalin, di diemin.”

“Udahlah, ganti bapak aja kamu!”

Brak!

Sarah terlonjak. Sungguh ia terkejut karena Devan yang mendadak keluar dari mobil dan menutupnya dengan keras.

“Mana bisa!? Emang saya suami macam apa bisa diganti, udah, jangan dengerin Mama kamu sayang, sesat. Rugi banget kalo kamu ganti bapak.”

Devan berkacak pinggang menatap Sarah yang tengah berpura-pura mengelap air mata.

“Gak rugi kalo bapak tirinya kayak pak Arya.”

“Ya allah! Astaghfirullah! Subhanallah! Allahuakbar!”

“Gausah aneh-aneh, kalo mau diperhatiin tuh bilang, jangan nyari masalah.”

Sarah merengut. “Siapa juga yang mau diperhatiin? Nih anak bapaknya kali yang lagi ngambek! Bukan saya.”

Sarah menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Afa iyah?” Ujar Devan

“Apaan sih?! Iiihhh geli banget dih!” Sarah berujar kesal sambil menampilkan ekspresi tak sukanya. “Bukan suami gue, bukan bapak anak gue juga, dih siapa sih.” Sarah lalu beranjak masuk ke dalam mobil.

Devan menahan tawanya. Ia kemudian ikut menyusul Sarah, tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi pun keluar dari pelataran rumah disana.

-

Dilain tempat, Evelyn yang notabene juga akan datang di pesta tersebut nampak sedang bersiap-siap akan menghadirinya. Hingga ucapan dari sang Manager yang baru saja masuk ke dalam ruang riasnya, mampu membuat aktris cantik itu membulatkan matanya tak terima.

“Maksudmu kita batal hadir disana?!”

“Lelucon macam apa yang kau katakan huh? Aku bahkan sudah bersiap!”

“Jadwal pemotretan nya dimajukan, mau tak mau kita berangkat malam ini.”

“Lalu pestanya?!”

“Akan diwakilkan seseorang.”

“Sial! Kita berangkat saja setelah pesta, aku ingin datang kesana.”

No! Kenapa juga kau sangat tertarik datang sih?”

Evelyn mendesis kesal. “Yasudah terserah!”

-

Sesampainya di tempat tujuan, Devan dan Sarah masuk dengan bergandengan tangan. Di pesta ini juga nantinya, Devan akan mengumumkan pengunduran diri dari Arya Anggara dari perusahaan. Semacam pesta perpisahan juga untuk Direktur perusahaan tersebut.

“Jangan jauh-jauh dari bapak.” Kata Devan disela-sela jalan mereka.

“Bapak?”

“Bapak dari anak-anakmu.”

“Dih, anak saya aja.”

Obrolan mereka lalu berhenti. Pasalnya karena Devan baru saja mendapat ucapan selamat dari salah seorang tamu. Sebentar lagi acaranya akan dimulai, dan setelah Devan memberi sambutan ia sudah berniat untuk langsung hengkang darisana bersama Sarah. Walaupun nantinya istrinya itu akan menolak, nggak papa, nanti sogok aja pake duit. Batinnya.

“Padahal dirumah udah makan, tapi liat makanan sebanyak ini jadi laper lagi.” Gumam Sarah menatap banyaknya sajian yang terhidang. Wanita itu bahkan mengindahkan suaminya yang tengah berbincang dengan seseorang.

“Kamu mau makan lagi?” Devan bertanya setelah rekan bicaranya pergi dari sana.

“Nggak ah, males.”

“Saya bayar deh sepuluh juta.”

“Apanya?” Sarah menyipitkan mata usai mendengar tawaran dari suaminya itu.

“Kamu makan yang banyak nanti saya bayar sepuluh juta, gini deh, kamu makan ber biji saya bayarin sepuluh juta, mau ga?”

Tanpa pikir panjang Sarah mengangguk. “Bener loh ya sepuluh juta perbiji?” Persetan dengan tujuan sang suami berkata demikian, siapa yang tidak mau jika untuk makan saja dibayar sebanyak itu.

“Janji. Tapi ada syaratnya.”

“Apa?”

“Makannya di rumah.”

“Gitu doang?”

Devan tersenyum sambil mengangguk.

“Yaudah, ayo pulang.”

Devan tersenyum kemenangan. Jika istrinya sudah meminta untuk pulang, sebagai suami yang baik dan bertanggung jawab tentu laki-laki itu akan melakukan kemauan sang istri, bukan. Bodoamat dengan pesta, yang terpenting kan kebahagiaan sang istri, hehe.

Entah Sarah sadar atau tidak, padahal semua itu hanya akal-akalan Devan karena laki-laki tersebut enggan berada disana.




Devan mau dong dibayar sepuluh juta juga! Hehe
See you gais!

STRANGE BOSS Where stories live. Discover now