Alice

5.2K 650 23
                                    

HAYO SPAM KOMEN SAYANG SAYANGKUH.
SPAM EMOT AJA DAH, NIH INI 🍄🌹🥀
DAH TUH MILIH, HARUS LOH YA, WATASHI MAKSA
HAPPY READING!!!
BTW JANGAN HUJAT SI ALICE, KASIHAN, IN SHA ALLAH DIA BAIK KOK hehe

Di sebuah ruang makan, nampak sedang terjadi keributan antara Nona muda dengan para pelayan. Beberapa pelayan nampak menunduk. Devan yang baru saja turun dari tangga lengkap dengan pakaian kantornya lalu berjalan mendekat.

"Kakak!"

Perempuan muda dengan gaya pakaian yang stylish itu langsung mengubah wajahnya menjadi ceria. Menghambur ke dalam pelukan Devan tanpa aba-aba.

Kepala pelayan dan beberapa pelayan disana hanya diam sambil melihat.

"Alice lepaskan."

Devan segera melepaskan diri lalu duduk di kursi. Sedangkan perempuan bernama Alice itu nampak merengut lalu ikut menyusul Devan sarapan.

"Kakak sampai jam berapa semalam? Alice nungguin loh sampe ketiduran."

Alice bicara sambil berusaha membantu Devan mengambil makanan. Sedangkan yang diajak bicara justru tak menjawab dan sibuk makan.

"Semalam Tuan Devan mengunjungi ayahmu Nona." Ujar kepala pelayan.

"Kakak mau langsung bekerja?"

"Bukankah itu tujuanku datang kesini."

"Maksud Alice, Kak Devan kan udah lama nggak main-main disini, gimana kalo Alice ajak jalan-jalan."

"Nggak ada waktu buat main-main Alice, kamu nggak mau perusahaan Paman bangkrut, kan."

Alice terdiam. Perasaannya sedikit tersinggung dengan respon yang selalu Devan berikan. Walaupun begitu, perempuan itu nampak terus memperhatikan Devan. Laki-laki itu nampak lebih banyak menghabiskan makanan dibanding terakhir saat mereka makan bersama. Seketika Alice tersenyum.

-

Jam makan siang telah tiba. Alice berjalan menyusuri perusahaan keluarganya sambil menenteng satu paper bag. Isinya adalah makan siang yang sengaja perempuan itu siapkan untuk Devan.

"Kak."

Devan mendongak dan mendapati Alice dengan senyum nya tengah berdiri di depan pintu masuk. Seorang karyawan yang memang tengah berada diruangan Devan lantas pamit undur diri.

"Tunggu sebentar." Cegah Devan kepada karyawan yang baru saja hendak pergi.

"Kamu tunggu disini." Ujar Devan yang langsung membuat dua orang disana kebingungan.

"Ada apa?"

Kali ini Devan bertanya kepada Alice.

"Kenapa dia nggak disuruh pergi aja kak?" Bingung perempuan itu.

"Saya nggak mau berduaan sama kamu."

Karyawan laki-laki tersebut mengedipkan matanya berulang. Masih tidak paham untuk apa ia ditahan disana.

"Maksud kakak?"

"Kamu kenapa datang kesini?"

"Alice bawain makan siang buat kakak."

"Saya makan diluar, sekalian meeting."

"Tapi Alice udah masakin."

Devan menghela nafas. "Yaudah."

"Kita makan bareng ya kak?"

"Bertiga sama dia." Tunjuk Devan pada karyawan yang masih setia berdiri di ruangannya.

Makan siang kemudian berjalan dengan tenang. Terlihat sangat canggung bagi si Karyawan yang mendadak terseret masuk ke dalam nya. Alice sesekali melirik karyawan tersebut. Sedangkan Devan nampak acuh tak acuh dengan situasi yang sangat awakrwardk itu.

Disisi lain, Alice yang kebetulan melihat layar ponsel milik Devan menyala pun sontak memandang Devan dan benda itu bergantian.

"Kakak udah punya pacar?"

Alice menghentikan acara makan siangnya. Semakin menambah rasa canggung dibenak karyawan laki-laki itu.

"Kenapa?"

"Itu lockscreen kakak."

"Istri saya."

"I-istri?"

Alice tergagap. Wajahnya jelas menunjukkan ia tak percaya dan juga shock mendengar hal itu. Sedangkan bagi si karyawan lelaki, menurutnya apa yang perlu dikejutkan jika laki-laki seperti Devan sudah memiliki istri. Atau mungkinkah anak angkat dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu telah menyukai Devan? Memikirkan hal itu si karyawan langsung mengatupkan bibirnya rapat. Gosip baru. Batinnya.

"Kakak udah nikah?"

Devan mengangguk.

"Kapan?"

"Dulu."

"Yaiya dulu, maksudnya itu dulu kapan pak?" Sahut si Karyawan spontan. Walaupun tidak sopan. Namun Alice juga setuju dengan ucapan karyawan tersebut.

"Kakak nggak ngundang kita?"

"Belum resepsi. Nanti. Nunggu istri saya melahirkan."

"Melahirkan?"

"Yaelah bu, orang nikah, hamil, terus melahirkan ya wajar."

"Kamu diem ya!"

-

Dua minggu kemudian...

Sudah dua minggu berlalu. Selama itu pula Devan pergi dan Vivi terus bersama dengan Sarah. Menemani wanita itu tidur, bahkan terkadang mencarikan sesuatu saat Sarah mengidam.

Saat ini keduanya tengah berada di kolam renang. Vivi berenang. Sedangkan Sarah hanya duduk menemani sambil memainkan ponsel.

"Udah dua minggu pak Devan belom pulang juga?" Vivi muncul dari dalam air. Wanita itu kemudian naik ke pinggir kolam dan duduk didekat Sarah.

Sarah yang sedang memainkan ponsel mendadak lesu. "Ditunda, urusannya belom kelar."

"Yakin Lo? Beneran ngurus perusahaan kan? Siapa tahu kecantol bule sana tuh."

"Nih ya, walaupun pak Devan boss gue, tapi doi kan cowok, tau kan, dimana-mana cowok tuh sama aja. Lo kok percaya aja sama pak Devan?"

"Namanya hubungan ya harus saling percaya Vivi, lagian Mas Devan nggak mungkin lah selingkuh."

Vivi manggut-manggut. "Tapi Lo sering telponan atau video call gitu kan?"

Sarah mengangguk. Setiap hari walaupun dalam kurun waktu sebentar, Devan memang menghubunginya. Sarah bukannya tak merindukan suaminya itu, hanya saja kalau memang keadaan disana belum siap untuk ditinggal, ya mau bagaimana lagi. Sarah tak ingin egois hanya demi rasa rindunya itu. Lagipula selama Devan pergi, kehamilannya juga nampak baik-baik saja. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan.

STRANGE BOSS حيث تعيش القصص. اكتشف الآن