18| Exam

954 164 59
                                    

♪playlist: Little Mix - Salute

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♪playlist: Little Mix - Salute

18|EXAM

Tidak ada yang lebih menakutkan bagi Safa selain dikurung seharian penuh didalam kamar dengan buku-buku tebal dihadapannya. Tentu saja buku-buku itu bukan untuk menjadi pajangan, melainkan sebuah pertanda bahwa Safa harus bisa memasukan semua isi buku itu kedalam otaknya agar dia bisa meraih nilai tertinggi seperti yang dituntut oleh Mamanya.

Belajar sekarang menjadi hal yang menakutkan bagi Safa. Dia tidak akan bisa bebas jika belum bisa meraih nilai sempurna seperti keinginan Mamanya. Wanita itu menuntut agar Safa bisa meraih ranking 1 paralel. Bayangkan, meraih ranking 3 saja dia kewalahan, apalagi harus melompat hingga angka 1. Rasanya mustahil, mengingat yang menjadi saingannya adalah si kembar Megantara.

Selama ini Safa selalu berada dibawah Atlanno dan Atlanna— tepatnya posisi Safa selalu berada setelah Atlanna, yakni ranking 4. Itu karena Gea selalu menempati posisi kedua. Sekarang, ketika Gea sudah tidak ada, Atlanna pasti  menduduki posisi kedua.

"Oke gapapa. Setidaknya usaha dulu buat masuk tiga besar," ujar gadis itu pada dirinya sendiri. Safa tengah menguatkan dirinya sendiri. Meskipun dia tahu, ranking 3 bukanlah hal yang akan membuat Mamanya puas.

Ujian semester ganjil berlangsung selama satu minggu. Besok adalah hari terakhir, setelahnya mereka akan menunggu hasil.

Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam namun Safa masih betah dibalik meja belajarnya.

TOK TOK TOK

Gadis itu menoleh ketika pintu kamarnya diketuk selama tiga kali. Keningnya sedikit berkerut bingung, apa mungkin Mamanya? tapi sudah jam segini. Mana mungkin Davina masih menyempatkan waktu untuk mengecek Safa?

"Masuk," ujar Safa pada akhirnya, membiarkan orang dibalik pintu menggerakan handle dan muncul dari balik pintu kayu kamarnya.

"Kamu belum tidur sayang?" sosok sang Papa yang muncul membuat senyum Safa mengembang.  Michael Winata muncul dengan segelas susu vanilla ditangannya. Pria itu menghampiri putrinya, membelai kepala Safa lembut.

"Minum dulu," ujar pria itu sambil memberikan gelas susu yang dia pegang pada Safa. Dengan senang hati, putri tunggal keluarga Winata itu menerimanya lalu menenggaknya hingga tandas.

Mata Michael beralih dari putrinya menuju buku-buku di atas meja. Pria itu terdiam, menyadari bahwa buku-buku itu nampak mengerikan. Karena tuntutan Davina, belajar bukan lagi menjadi yang menyenangkan bagi Safa.

"Jangan terlalu diforsir yah. Kalau udah capek, istirahat aja," ujar Michael pada putrinya.

Safa hanya mengangguk menanggapi ucapan Papanya.

"Ranking berapa pun, kamu tetap yang terbaik dimata Papa, kamu gak pernah gagal dimata Papa," ujar Michael.

Safa tersenyum. Meskipun Papanya berkata demikian, Mamanya tidak akan berpikiran yang sama. Davina dan Michael selalu bertentangan. Selalu. Dalam hal apapun.

MANSIONWhere stories live. Discover now