duodētrīgintā vīgintī octō

686 100 27
                                    

Hunshine Delight

ㅡpresentㅡ

• amor noster: duodētrīgintā vīgintī octō 

Jisung memberikan tatapan tak percaya pada Felix yang langsung menundukkan wajahnya, jari jemarinya mengenggam erat ujung bajunya. Kepalanya langsung terasa sangat bising, berusaha keras menemukan siapa sosok bajingan yang ia kenal dan berani menghamili Felix. Tapi, nihil. Jisung tidak bisa menemukan siapapun yang bisa dijadikan tersangka. 

Kedua tangan Jisung terulur dan mengenggam bahu Felix dengan erat, tapi dia masih tahu batasan untuk tidak sampai menyakiti pemuda yang lebih muda darinyaㅡmeski tidak sampai satu hari itu.

"SIAㅡ" Jisung menghentikan kalimatnya, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. Felix sedang hamil dan tidak baik untuk terus menaikkan nada bicaranya. "Siapa bajingan itu?"

Felix menggelengkan kepalanya dan berujar pelan, "Ini..., kecelakaan, Jisung-ah."

Kesabaran Jisung tidaklah tebal, itu sangat tipis seperti tisu yang dibagi dua. Tapi, menghadapi Felix dengan kondisi sensitif dan emosional khas ibu hamil sungguh menguji kesabarannya. Perlahan, Jisung menurunkan tubuhnya dengan kedua tangannya masih di bahu Felix, lalu ia berusaha untuk menatap Felix yang masih menundukkan kepala.

"Felix...," panggilnya pelan.

Felix menangis. Jisung menatapnya sedih lalu menghapus air mata itu dengan tangannya.

"Ini..., sungguh sebuah kecelakaan...," Felix berusaha menjelaskan di sela-sela tangisnya. "Tidak ada paksaan, aku sepenuhnya sadar. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Jisung-ah. Maafkan aku...,"

"Tidak...," Jisung masih sibuk menghapus air mata Felix yang terus mengalir.

"Bahkan..., bahkan...," kata-kata Felix tersendat ditenggorokkannya, ia menatap Jisung dengan raut yang sangat menyedihkan. "Mungkin aku yang mengambil kesempatan pada malam itu," ucapnya dalam satu tarikan napas sebelum menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku sungguh kotor, seorang pendosa."

"FELIX!" Jisung langsung memeluk Felix yang gemetar dengan erat. "Itu bukan salahmu!"

"Maafkan aku..., Jisung-ah. Maaf sudah membuatmu kecewa."

Keduanya tetap saling berpelukan hingga Felix lebih tenang, napasnya terdengar putus-putus tapi Jisung setia di sisinya untuk mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan ia sama sekali tidak marahㅡhanya pada Felix. Jisung juga membuat Felix untuk berbaring di atas kasur dan ia juga ikut berbaring di sampingnya.

Setelah Felix sudah lebih baik, Jisung kembali bertanya dengan perlahan dan tenang. Felix tidak stabil dan harusnya ia bisa bersikap lebih dewasaㅡpadahal mereka usia mereka bahkan mungkin tidak berjarak hampir sehari karena memiliki tanggal lahir yang berdampingan. Tapi, Jisung selalu memposisikan dirinya sebagai kakak bagi Felix.

"Apakah kamu tetap tidak ingin mengatakannya, Felix?" tanya Jisung lembut, ia tidur menyamping untuk menatap Felix yang masih berbaring lurus.

Felix menatap satu titik yang ada di langit-langit kamarnya lalu berucap pelan, "Aku tidak ingin menghancurkan segalanya, Jisung-ah."

Jisung diam sejenak. "Segalanya," ulangnya. "Segalanya itu apa?"

"Kebahagianmu, mungkin juga kebahagian dia."

'Dia', Jisung tahu pasti yang dimaksud adalah ayah dari bayi didalam kandungan Felix.

"Kenapa kamu begitu peduli pada dia?" Jisung bertanya dengan nada ketus, ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

amor noster; hyunlixOn viuen les histories. Descobreix ara