vīgintī trēs

1.8K 278 39
                                    

Hunshine Delight

ㅡpresentㅡ

• amor noster: vīgintī trēs

Felix menyentuh ujung pita kemejanya dengan gerakan pelan, dan lagi-lagi menatap pantulan dirinya dari kaca jendela yang ada di sampingnya. Ada banyak hal dalam pikirannya saat ini. Seperti, betapa mahalnya setelan yang tengah ia kenakan ini atau apakah pantas baginya untuk memakai setelan ini. Hela napas pelan terdengar dan perlahan Felix mengalihkan pandangannya pada lantai dansa, menatap Jisung yang tengah berdansa dengan seorang gadis dari kelas sebelah.

Temannya itu terlihat sangat bersenang-senang di sana. Felix sendiri tidak tahu cara berdansa dan untungnya ketika Jisung hampir mengajaknya berdansa, gadis yang saat ini menjadi pasangan dansa Jisung menghampiri mereka dan melemparkan undangan dansa pada Jisung—suatu hal yang sangat kebetulan Felix perlukan karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan bisa menolak Jisung. Begitu mempersilahkan Jisung pergi ke lantai dansa bersama temannya, Felix memilih berdiri di sudut aula yang berdekatan dengan jendela dan meja prasmanan, menghibur dirinya sendiri dengan memakan beberapa kue kecil yang tersedia.

"Tidak berdansa?" Minho yang baru saja menyelesaikan antrian dansa dari para juniornya menghampiri Felix.

"A-ah, hyung...," sapa Felix dengan kaku lalu menundukkan kepalanya dan menatap ujung sepatunya. Jisung benar-benar sangat totalitas untuk mendandaninya malam ini. "Aku tidak bisa berdansa."

Minho terdiam sejenak saat mendengarnya, lalu menunjukkan senyuman sopan. "Ingin kuajari?"

"Eh?" Felix repleks mengangkat kepalanya dan menatap Minho yang masih mempertahankan senyumannya.

Menyadari bahwa yang lebih muda sedikit kebingungan, Minho menambahkan. "Kita mungkin memang belum sedekat itu. Tapi, aku tidak akan pelit untuk mengajari juniorku."

"Aku..., tidak ingin merepotkamu, hyung."

"Benarkah? Tapi, di sini aku menawarkan kartu dansaku padamu, Lee Felix." Minho mengulurkan tangannya tepat di depan Felix, serius untuk mengajak yang lebih muda berdansa dengannya.

Felix tersentak saat melihat telapak tangan itu di depannya, beberapa kali ia menatap mata Minho dan telapak tangannya secara bergantian. Ia benar-benar bingung.

"Hmm?" Minho masih menunggu dengan sabar.

"A-Aku—"

"Minho-sunbaenim!!"

Sekumpulan murid langsung mengeliling Minho hingga membuatnya mundur beberapa langkah dan menjauh dari Felix. Kedua mata Minho menatap Felix dengan tatapan tidak rela, tapi Felix hanya berdiri menatapnya yang dibawa semakin jauh dengan bingung. Begitu akhirnya atensi Minho telah teralihkan, Felix menghela napas lega karena lagi-lagi berhasil melewatkan ajakan dansa yang ditujukan kepadanya.

"G'night, ladies and gentleman!" Suara Changbin terdengar lebih lantang dari biasanya karena bantuan microphon.

Pemuda bermarga Seo itu saat ini telah berdiri di atas panggung yang ada di depan lantai dansa. Sama seperti Minho, Changbin yang merupakan alumni juga diundang untuk 'memeriahkan suasanan' sekaligus menjadi MC sepihak. Felix menatap Changbin yang tengah sibuk menaikkan kemeriahan suasanan dengan datar, karena kemerihan semakin menjadi-jadi membuatnya merasa tidak nyaman dan merapatkan dirinya pada dinding.

"Ini tentunya adalah malam yang menyedihkan dan membahagiakan untuk kita semua," ucap Changbin setelah mendapat seluruh atensi semua orang yang ada di aula. "Menyedihkan karena akan ada perpisahan...," sambungnya dengan raut sedih dan mendapat reaksi yang sama dari para penonton.

amor noster; hyunlixDove le storie prendono vita. Scoprilo ora