sēdecim

2.3K 365 41
                                    

Hunshine Delight

ㅡpresentㅡ

• amor noster: sēdecim•

Kedua mata Felix menatap boneka beruang itu dengan tatapan bingung dan heran. Sebelum segala pertanyaan yang ada di kepala Felix terjawab, sosok pemuda yang berada dibelakang beruang itu menunjukkan batang hidungnya. Kedua mata Felix langsung melebar, dia tidak pernah menyangka akan menemukan pemandangan seorang Hwang Hyunjin membawa sebuah bonek beruang yang hampir seukuran tubuh manusia itu. Bahkan salah satu tangan Hyunjin membawa kantong kertas berwarna soft pink dengan logo toko aksesoris yang mereka kunjungi tadi.

Melihat pemandangan yang cukup aneh di hadapannya, tanpa sadar Felix tidak merasakan rasa cemas ataupun ketakutan lagi. Ia terus menatap Hyunjin dan boneka beruang yang berjalan mendekatinya. Lalu, Hyunjin meletakkan boneka beruang itu di depan Felixㅡtepatnya di ujung ranjangnya, dan kantong kertas yang ia bawa di atas nakas yang ada di samping tiang infus.

"Ini harusnya barang-barang yang kamu beli di toko," kata Hyunjin begitu menyadari bahwa Felix masih tidak berniat untuk membuka mulutnya.

Felix mengangguk sebagai respon dari perkataan Hyunjin dengan kedua matanya yang tengah fokus pada boneka beruang yang ada di hadapannya. Hyunjin menemukan pemandangan seorang pemuda dan boneka beruang yang saling bertatapan ini sangat lucu. Jika saja ada sebuah meja kecil dengan perabotan teh di antara mereka, mungkin Hyunjin akan mengira bahwa Felix tengah bermain pesta minum teh.

Keheningan menyelimuti kedua pemuda itu, mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Hyunjin yang tengah fokus pada handphonenya dan Felix yang dengan tenang mengapai tangan boneka beruang di depannya lalu meremasnya pelan karena gemas. Mungkin jika sebelah tangannya tidak terpasang jarum infus, Felix sudah menenggelamkan kepalanya pada perut boneka beruang itu.

Aneh, Felix menjadi lebih menyukai boneka beruang itu setelah tahu bahwa Hyunjin membawanya untuk dirinya. Bahkan setelah itu, pemuda bermarga Hwang itu tetap duduk dengan tenang pada kursi di samping ranjangnya. Seolah-olah tengah menemaninya seperti seorang keluarga. Felix terdiam, ia tiba-tiba teringat dengan perkataan suster saat ia bangun tadi lalu ia melirik Hyunjin yang masih fokus dengan handphonenya.

"H-Hei...," panggil Felix dengan suara kecil, seperti tengah berbisik.

Meskipun begitu, Hyunjin tetap bisa mendengarnya dengan jelas dan mengangkat kepalanya. "Ya? Apakah kamu merasa tidak nyaman?"

Gelengan pelan Felix berikan sebagai jawaban dan memilih untuk tidak menatap Hyunjin, ia masih merasa tidak nyaman dengan tatapan laki-laki itu meskipun sudah tidak merasakan ketakutan. "Tadi suster bilang akan memanggil keluargaku, apakah maksudnya kamu?"

"Ah...," Hyunjin menunjukkan raut wajah yang canggung dan menjelaskan. "Hanya untuk formalitas. You know, I can't find any family contact in your phone."

Suasana canggung semakin menyelimuti mereka berdua, apalagi setelah Felix akhirnya menatap Hyunjin dengan tatapan datar meski sebenarnya ia memiliki banyak pertanyaan. Kenapa Hyunjin harus mengaku sebagai keluarganya? Jika hanya sebagai formalitas untuk mengisi data rumah sakit, pemuda itu bisa mengaku sebagai teman ataupun orang asing yang tidak sengaja melihatnya jatuh pingsan di ruang publik dan menjadi relawan untuk membawanya kemari.

"Aku tidak bermaksud untuk bertindak tidak sopan," tambah Hyunjin karena Felix sama sekali tidak memberikan respon.

Felix menghela napas pelan dan memilih untuk menunduk dengan tangannya yang secara sembunyi mengelus perutnya pelan dibalik selimut. "Tidak masalah."

amor noster; hyunlixWhere stories live. Discover now