septendecim

1.9K 336 35
                                    

Hunshine Delight
ㅡpresentㅡ

• amor noster: septendecim •

Sudah seminggu sejak Felix bertemu Hyunjin dan jatuh pingsan, kehidupannya pun telah kembali seperti biasanya. Tidak ada perubahan apapun kecuali moodnya yang masih sering kali berubah secara drastis dan juga tidak ada tanda bahwa ia akan kembali bertemu dengan Hyunjin. Entah mengapa, Felix merasa hatinya lebih tenang akhir-akhir ini dan segala ketakutan yang pernah ada dalam pikirannya terhadap Hyunjin pun perlahan menghilang. Bahkan ia mulai berpikir mengapa ia begitu ketakutan terhadap pemuda itu?

Lagian tidak ada apa-apa di antara mereka dan Hyunjin hanyalah kenalan Felix, begitu juga sebaliknya.

Mereka memiliki kehidupan mereka sendiri, Felix dengan segala kesusahannya untuk terus bertahan dalam hidup dan Hyunjin dengan segala lika-likunya untuk mencapai mimpinya menjadi seorang dokter. Mereka sama sekali tidak berhubungan, dan...

Felix terdiam, menghentikan pikirannya, lalu menatap keluar jendela.

Hari ini hujan lebat mengunjungi bumi sejak satu jam lalu, membuat Felix menjadi malas untuk melakukan segala aktivitas rumah. Sehingga ia memilih untuk duduk pada sofa tua yang ada di dekat jendela lalu membungkus dirinya dalam sebuah selimut kesayangannya dan meminum secangkir coklat hangat yang menemaninya.

"Haah...," Felix menghela napasnya lalu menatap ke luar jendela.

Waktu terus berjalan dan bayi yang ada di dalam diri Felix pun semakin besar. Akan lebih sulit untuk menutupi kehamilannya di masa depan dan ia masih belum bisa membayangkan bagaimana jika Jisung tahu nantinya. Jisung lebih 'bar-bar' jika dibandingkan dengan Jeongin, karena itu Felix yakin bahwa pemuda itu akan terus memaksanya untuk mengatakan siapa ayah dari bayinya dan melakukan hal gila lainnya.

Tapi, di sisi lain hatinya, Felix sungguh ingin mengatakan yang sebenarnya pada Jisung. Ia sadar bahwa ini sangat tidak adil untuk pemuda bermarga Han itu, mengingat Jisung adalah teman pertamanya dan selalu terbuka padanya. Akan tetapi, dirinya sendiri malah memiliki banyak rahasia yang tidak bisa ia ungkapkan dengan mudah pada Jisung. Bukan berarti Felix tidak mempercayai Jisung, ia hanya tidak ingin menambah beban pikiran Jisung dengan masalahnya.

Felix meletakkan cangkirnya pada meja kecil yang berada tidak jauh dari tubuhnya, lalu menarik boneka beruang raksasa yang sejak tadi duduk di lantaiㅡseakan-akan tengah menemani Felix yang berada di belakangnya. Kedua mata Felix bertatapan dengan manik-manik yang ada di wajah beruang itu, alias matanya, sebelum memeluk boneka itu dengan erat dan berbagi kehangatan dengan benda mati itu. Entahlah, sejak pertama kali melihatnya di toko aksesoris Felix benar-benar sangat suka boneka ini.

Drrrt. Drrrt.

Ponsel Felix yang tengah berada dalam mode diam bergetar, membuat sang pemilik dengan enggan mengangkat wajahnya dari tubuh boneka yang ia peluk untuk menoleh pada ponsel yang ada di atas meja, di samping cangkir berisikan coklat hangatnya.

Ada sebuah pesan yang masuk. Felix mengangkat sedikit kepalanya sambil berusaha meraih ponselnya tanpa menyingkirkan boneka beruang yang ada tepat di depan tubuhnya. Begitu tangannya berhasil mengapai ponselnya, ia bisa melihat dengan jelas siapa yang baru saja mengiriminya sebuah pesan. Itu pesan dari Jeongin. Felix pun buru-buru untuk mendekatkan ponselnya untuk membaca lalu membalas pesan itu.

Isi pesan itu sama sekali tidak panjang, malah bisa dibilang cukup pendek. Tapi cukup membuat Felix melebarkan kedua matanya dengan raut ketakutan serta hampir membuatnya untuk menjauhkan ponselnya begitu saja jika ia tidak mengendalikan dirinya sendiri sesegera mungkin.

amor noster; hyunlixWhere stories live. Discover now