07. Two Sides : Permintaan Maaf

388 101 8
                                    

"Sinb, kau adalah kebanggaan sekolah, tapi apa yang terjadi hari ini, kau membuatku kecewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sinb, kau adalah kebanggaan sekolah, tapi apa yang terjadi hari ini, kau membuatku kecewa."

"Bapak kecewa karena aku bersikap keras atau kecewa karena putri dari kepala sekolah yang menjadi korbannya?"

Sebut saja Pak Choi Seungcheol, guru bimbingan konseling yang dikenal karena ketampanannya. Beliau memanggil Sinb, setelah ada yang melaporkan.

"Semua guru tidak bisa membela dirimu jika kau melukai putri kepala sekolah, Sinb."

"Aku melawan dia, aku mengatakan hal buruk kepadanya bukan tanpa alasan. Dia, dia yang memulainya, Pak!" Sinb menegaskan.

"Tapi kau harus mengetahui batasannya, Sinb ah."

"Aku yang harus mengetahui batasan? Dan membiarkan dia terus bersikap seenaknya?"

Pak Choi menggigit bibir bawahnya, dia berdebat dengan orang yang salah, meskipun Sinb seorang murid di sekolah ini, dia selalu mampu melawan dengan kata-kata andalannya. Tentu saja dengan penuh kesopanan dia melawannya.

"Pikirkan ada berapa banyak korban yang harus mengalah demi mengagungkan putri kepala sekolah yang angkuh itu, Pak! Jangankan murid lain, adik kembarnya saja menjadi korban keangkuhannya!"

"Sinb yya, kau harus bersyukur karena sekolah tidak memperlakukanmu seperti murid lain."

"Iya, aku selalu bersyukur ketika prestasiku dihargai oleh sekolah, tapi aku muak saat ada murid lain yang kemampuannya disia-siakan," perjelas Sinb.

"Sinb, dengarkan Bapak terlebih dahulu."

"Jika Ibuku memiliki uang cukup, rasanya aku ingin keluar saja dari sekolah ini!"

"Sinb!"

Sinb beranjak. "Aku pamit, Pak."

"Kita belum selesai bicara, Sinb!"

Sinb membungkuk hormat, lalu ia berbalik dengan kedua tangan yang mengepal. Dia hanya ingin sekolah ini mengetahui, betapa sulitnya belajar sehingga para murid membutuhkan penghargaan.

Begitu membuka pintu siap pergi, Sinb dihadapkan dengan kepala sekolah yang sepertinya akan masuk ke dalam ruangan. Menatap mata itu sekilas, kemudian membungkuk dan pergi dari hadapannya.

Namun, Sinb memberhentikan langkah kakinya. Dia menoleh dan menatap terkejut ke arah wajah pria tersebut. Sejauh ini, kepala sekolah jarang menunjukkan dirinya, dia selalu menutupi diri. Dan hari ini ... untuk pertama kalinya Sinb mengetahui bagaimana rupa kepala sekolah sesungguhnya.

Pria itu tersenyum tipis, lalu ia masuk ke dalam ruangan. Sinb menggelengkan kepalanya, lalu dia berbalik siap melanjutkan langkahnya.

"Tidak mungkin."

Sinb melihat Eunha masih ada di gedung sekolah, terlihat dengan jelas raut wajah cemas pada wajah Eunha saat ini. Sinb memutuskan untuk diam sejenak, menatap lamat kakak kembarnya yang duduk cemas di salah satu bangku panjang sana.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang