19. Two Sides : Perjanjian

378 91 19
                                    

"Ibu."

"Ya?"

"Kenapa Sinb belum bangun juga?"

Sowon mengalihkan pandangannya ke arah si bungsu, ia baru menyadari bahwa putri keduanya itu masih setia menutup mata. Lalu Sowon menatap Eunha, si sulung yang sedang duduk dan berharap cemas.

"Dia akan bangun sebentar lagi, jangan khawatir."

"Aku percaya dengan ucapan Ibu, dan aku yakin Sinb akan bangun setelah ini."

Eunha menggenggam tangan Sinb, mengecup lamat punggung tangan itu.

"Sinb yya, ayo bangun. Kepalaku rasanya juga sakit, ternyata kau sering mengalami sakit, ya?"

Sowon memalingkan pandangan ke sembarang arah, tidak akan sanggup dia menatap lebih lama dua putrinya itu. Ikatan mereka terlalu kuat, sampai ketika yang satunya terluka, maka yang satunya lagi akan ikut terluka.

"Kenapa kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku? Jika kau memberitahukannya kepadaku, maka aku akan menjagamu, Sinb."

"Kau tahu? Selama ini aku banyak menyusahkan dirimu, tanpa tahu kalau kau sedang berjuang melawan penyakit itu sendirian."

"Sinb, aku ingin mengatakan bahwa kau adalah gadis egois. Kau tidak pernah mau menceritakan bagaimana keadaanmu secara detail, tetapi kau selalu mengetahui bagaimana keadaanku tanpa aku memberitahukannya."

Jemari itu bergerak, Eunha jelas berbinar karena ia yakin bahwa Sinb akan terbangun setelah ini.

"Sinb!"

"Dia sudah sadar?"

Eunha mengangguk, Sowon lantas beranjak menghampiri ranjang rumah sakit itu. Eunha merasakan tangan Sinb yang balas menggenggamnya, lalu dengan raut wajah sedih Eunha menyambut kesadaran Sinb.

"Apa ada yang sakit, Sinb?"

Sinb menggeleng pelan.

"Kalau kau merasa sakit dan tidak nyaman, katakanlah."

Sinb mengangguk kecil.

"Kau tahu? Aku cemas saat mendengar kau dibawa oleh ambulans," omel Eunha.

Sinb tersenyum sedetik, pandangannya beralih kepada Sowon yang tengah mengusap-usap pucuk kepalanya. Lagi, dia hanya tersenyum dalam waktu satu detik saja.

"Sinb~" rengek Eunha.

"Apa?"

"Bagaimana keadaanmu? Ayo cepat katakan!"

"Lebih baik," jawab Sinb seadanya.

"Jangan berbohong, ya!" peringat Eunha dengan mata yang memicing.

"Tidak," kata Sinb lagi.

"Aku takut, tolong jangan terluka lagi~" rengek Eunha sambil beranjak dan memeluk manja tubuh Sinb.

Sinb menanggapi dengan kekehan, membiarkan Eunha memeluknya tanpa sebuah perlawanan. Lagipula Eunha tidak melukai, jadi Sinb tidak akan melarangnya untuk memeluk dalam waktu lama pun.

"Kau akan sembuh," ujar Eunha. "Tolong percaya bahwa kau akan sembuh, Sinb kau akan sembuh!"

Sinb menoleh ke arah Sowon, mengerti arti tatapan itu Sowon lantas menganggukkan kepalanya. Sinb menggigit bibir bawahnya cemas, lalu ia memaksa untuk beranjak duduk.

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja selagi kita masih utuh," kata Sinb begitu yakin.

"Ya, kau benar!" pekik Eunha lebih yakin lagi.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang