22. Two Sides : Terakhir Kali

414 92 16
                                    

"Ibu~"

"Ibu~"

"Ibu!"

"Ibu, buka pintunya~"

"IBU!"

"YAK!"

"KIM SINB!"

"BUKA PINTUNYA!"

Meski sudah mengetuk pintu, menekan bel, sampai berteriak, tetapi pintu tidak kunjung ada yang membukanya. Eunha menyandar pada tembok di samping pintu, tubuhnya merosot hingga berakhir di lantai.

"Buka pintunya~"

Eunha mengetuk dari arah samping, tidak beberapa lama pintu terbuka. Dia mendongak, tersenyum dengan sorot mata yang sayu.

"Berdiri."

Kedua tangan itu terangkat minta bantuan, Sinb tanpa ragu menerima dan membangkitkan tubuh Eunha. Aroma alkohol tercium menyengat, Sinb meraih kedua bahu Eunha dan sedikit mengguncangnya.

"Kau minum?"

Eunha mengerjap dengan lemah. "Aku lelah."

"Eunha, kau minum?"

"Ahaha, aku lelah."

"Katakan, siapa yang mengajakmu minum?"

Eunha menggeleng. "Tidak, aku tidak minum."

"Kau mabuk, Eunha."

"Ahaha, tidak~" racau Eunha.

Sinb melihat ke dalam rumah, sorot matanya menajam ingin memastikan. Buru-buru Sinb menyeret Eunha ke dalam rumah, menutup pintu dengan perlahan, lalu pergi ke kamar mandi.

"Siapa yang mengajakmu minum, Eunha?" Sinb mencengkram kedua bahu Eunha.

Eunha menyengir. "Aku tidak mabuk, Sinb~"

"Kau berbohong! Aroma alkohol ini menyeruak, kau minum berapa botol?"

Eunha menepis kedua tangan Sinb dari bahu, lalu dengan tanpa izin ia memuntahkan seisi perutnya ke baju Sinb. Menutup matanya dalam-dalam, dan Sinb meraih kedua bahu itu lagi.

"Katakan, siapa yang mengajakmu minum, Kim Eunha!"

Eunha melemas. "Aku lelah."

Sinb tidak pernah melakukan ini sebelumnya, tetapi dia tidak ingin jika ibunya mencium aroma alkohol di tubuh Eunha. Segera ia mengguyur tubuh Eunha, menyadarkan Eunha dari segala ketidaksadarannya.

"Sinb yya," panggil Eunha begitu dirinya menemui setitik kesadaran.

"Pakai handuk ini," kata Sinb sambil menyodorkan handuk itu pada Eunha.

Eunha menerima handuk itu. "Sinb yya, jangan memberitahukan Ibu tentang ini."

"Pergilah."

"Sinb, kau harus membantuku, ya?"

"Tidurlah."

"Sinb, ayo berjanji dan jangan mengatakan apapun kepada Ibu."

"Pergi dan tidur sebelum Ibu bangun."

Eunha mengalah, segera ia beranjak dan mengusap tubuhnya yang basah.

"Bajumu?"

"Aku akan membersihkannya."

"A-apa aku muntah?"

"Eunha, sudah sana pergi."

"Terima kasih, Sinb."

"Tapi tunggu sebentar, Eunha!"

Eunha memberhentikan langkahnya, Sinb berbalik dan melihat ke arah Eunha.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang