25. Two Sides : Berakhir?

463 95 25
                                    

Eunha membuka pintu ruangan dengan sekuat tenaga, dia menatap kekosongan serta kondisi ruangan yang teramat sangat rapi. Wajahnya begitu pucat, belum lagi suhu tubuh yang naik beberapa derajat karena masih demam.

Tidak ada Sinb dalam ruangan, semua telah rapi seperti pemiliknya pergi. Entah pergi pulang ke rumah, atau bisa saja pulang ke pangkuan Tuhan. Dua kemungkinan itu bisa menjadi nyata, karena ruangan yang Eunha kunjungi benar-benar sepi sekarang.

Terdiam bak patung diberi nyawa, Eunha mengerjap dengan lemah saat pikirannya melayang jauh. Berakhir?

"Tidak mungkin."

Eunha menggelengkan kepalanya, dia berjalan dengan perlahan menghampiri ranjang rumah sakit tersebut. Suasana terasa sesak, begitu Eunha meneteska air mata kesedihan.

"Tidak mungkin."

Eunha meraba ranjang rumah sakit itu, ia mengusapnya dan perlahan menyeka air mata yang jatuh. Apa dia terlambat?

Pintu ruangan terbuka, seorang suster masuk untuk memastikan keadaan ruangan, dan dia dikejutkan oleh hadir Eunha.

"Suster, di mana pasien yang berada di ruangan ini?"

"Anda keluarga pasien?"

Eunha mengangguk. "Y-ya, iya benar."

"Pasien meninggal beberapa menit yang lalu."

"A-apa?"

"Pasien tiba-tiba mengejang pasca operasi, kini pasien telah dibawa ke rumah duka."

Eunha menggelengkan kepalanya. "Tidak, itu tidak boleh terjadi."

"Apa Anda tidak diberitahu?" tanya suster itu.

Eunha tidak menjawab, dia berlari kalang kabut karena merasa sangat terkejut mendengar kabar tersebut. Dia telah kehilangan Sinb? Adik kembarnya telah pergi?

"Tidak, jangan, kumohon."

Eunha berjalan sempoyongan karena tubuhnya terasa lemas, dia yang berada dalam kondisi tidak stabil jelas tidak bertenaga lagi. Seseorang menopang tubuh Eunha yang hampir jatuh.

"Kau datang?" tanyanya dengan lirih.

"Ibu," panggil Eunha.

Bibir Sowon bergetar, melihat air mata yang jatuh membuat Eunha segera membenarkan posisinya. Kedua tangan Eunha terangkat, meraih wajah ibunya dan menghapus air mata yang menjejak.

"I-ibu, kenapa?"

Grep!

Sowon mendekap tubuh Eunha erat, ia menangis terisak sambil mengusap-usap punggung putrinya. Eunha menggeleng tak habis pikir, lalu ia balas memeluk ibunya dan berakhir dengan tangis histeris.

"Tidak~"

"Ibu, tidak~"

"Sinb tidak boleh pergi~"

"Tidak~"

Eunha terisak-isak sambil meremas baju ibunya kuat.

"Ibu~"

"Tidak, jangan ambil Sinb~"

"Tidak~"

"Aku belum meminta maaf kepadanya, Bu~"

Pelukan itu merenggang, Sowon menyeka air matanya lalu meraih wajah Eunha. Eunha masih sesenggukkan karena tak menyangka perihal kejutan ini.

"Ibu," lirih Eunha. "Kenapa Sinb pergi? Kenapa dia membuatku sendirian?"

"Apa?"

Eunha memeluk ibunya dan menangis lebih histeris lagi, Sowon hanya bisa mengusap-usap punggung kepala Eunha sebagai cara menenangkan.

Two SidesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora