23. Two Sides : Yang Sebenarnya

419 93 20
                                    

Eunha berjalan tertatih, dengan susah payah ia berjalan menuju ke depan rumah. Sudut bibirnya terluka dan berdarah, ia juga menerima luka lebam pada bagian pipi sebelah kiri.

"Aku pulang~"

Begitu masuk ke dalam rumah, Eunha tidak menemukan keberadaan Sinb atau ibunya. Rumah terasa begitu kosong dan hampa, rumah ini kehilangan pemiliknya yang dahulu begitu saling menyayangi.

"Ibu," panggil Eunha.

"Sinb yya," panggil Eunha lagi.

Namun itu percuma, tidak akan ada yang menyahut karena di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Eunha lanjut melangkah menuju ke kamar mandi, siap mengobati luka di sekujur tubuhnya.

"Kenapa Ibu dan Sinb tidak di rumah? Kenapa mereka pergi ketika aku membutuhkan mereka?"

Eunha sampai di kamar mandi, ia membasuh wajahnya terlebih dahulu dan mengusap sudut bibir yang menerima luka itu. Dia diseret oleh teman-teman barunya, dia dihempas hanya karena gagal dalam memberikan contekan. Sulit baginya untuk melawan, karena ada rahasia besar yang dipegang oleh mereka.

Setelah selesai membersihkan luka itu, Eunha keluar lagi untuk mengobati.

"Ibu," panggil Eunha lirih.

Sowon berjalan dengan kasar. "Eunha yya, ada apa denganmu? Kenapa kau bisa seperti ini?"

"Tidak," elak Eunha yang berusaha untuk menunjukkan kepalsuan. "I-ibu tidak perlu khawatir, aku tidak kenapa-napa."

"Kenapa baju seragam itu kusut? Kenapa pipimu lebam? Eunha, siapa yang membuatmu seperti ini?"

Eunha menggeleng. "Bu, a-aku, aku yang ceroboh, Ibu tidak perlu khawatir."

"Cepat katakan siapa, Eunha!" Sowon menegaskan sambil menatap Eunha tajam.

"A-aku, aku kecelakaan, Bu."

"Apa?"

"Begitu aku pulang, aku melintas jalanan dan tidak melihat kalau ada mobil," dusta Eunha.

Sowon meraih wajah itu. "Apa ini? Kenapa kau tidak menelepon Ibu? Kau sudah pergi ke rumah sakit?"

Bibir Eunha bergetar, dia yang tidak pernah berbohong merasa sangat tertekan sekarang. Dan jika ia berhasil berbohong sekarang, maka kebohongan lainnya akan hadir. Begitukan?

"Siapa yang menabrakmu, hm?" tanya Sowon. "Kita pergi ke rumah sakit, ya? Sekalian menemani Sinb."

Eunha menepis. "Tidak bisa, Bu."

"Ya?"

"A-aku, aku harus mengerjakan tugas."

"Tugas lebih penting dari apapun? Sinb baru saja dipindahkan dari ruangan operasi, Eunha."

Eunha menggeleng. "Maaf, aku harus segera membersihkan tubuhku dan lanjut mengerjakan tugas."

"Ada apa denganmu, Eunha? Kenapa kau bersikap seperti ini?" tanya Sowon, memberhentikan langkah Eunha.

"Ibu, inilah aku, aku sekarang menjadi rajin dan mau belajar."

"Tapi kau melupakan banyak hal, Eunha."

Eunha tidak perduli, dia memutuskan untuk lanjut melangkah ke kamar. Dia harus mengambil handuk, membersihkan diri sebelum tidur itu penting.

Begitu keluar dari kamar, Eunha ditahan oleh Sowon.

"Ibu mohon, datanglah ke rumah sakit."

"Apa? Untuk apa?"

"Sinb membutuhkanmu, bagaimana jika dia bangun dan tidak melihat kehadiranmu?"

Two SidesOnde as histórias ganham vida. Descobre agora