20. Two Sides : Berubah

377 98 17
                                    

Hari ini Eunha sudah genap satu pekan bersekolah di sekolah elit itu. Dan pagi ini Sowon kembali sibuk membuat sarapan untuk kedua putrinya, mereka akan pergi ke sekolah, walau kini sekolah mereka tidak lagi sama, baju seragam mereka juga sudah berbeda.

"Ibu, tidak usah membuatkan bekal untukku lagi, ya."

"Kenapa?"

"Di sana ada banyak makanan, Bu. Aku bisa pergi ke kantin dengan teman-teman, mereka semua baik kepadaku."

Sinb mengunyah sarapan dengan santai, dia tidak menoleh atau berniat mengajak Eunha berbicara. Dia memang seperti itu, tidak akan menunjukkan rasa ingin tahu melalui perkataannya. Dia lebih diam, dan mengetahui segala hal dalam diam.

"Kau serius?" tanya Sowon.

Eunha mengangguk mantap. "Ya, tentu saja."

"Pekan depan kau bisa absen?" tanya Sinb.

Eunha menoleh. "Apa? Kau menyuruhku absen ketika aku baru memasuki sekolah itu, Sinb?"

Sinb menatap Sowon sekilas. "Tidak bisa, ya? Ya sudah, tidak perlu."

"Aku harus menjadi murid teladan di sana, Sinb. Karena semua orang menyukaiku dan memandangku sebagai murid yang berprestasi," oceh Eunha.

"Ya," balas Sinb singkat, padat, dan jelas.

"Ibu, kau tahu? Sabtu malam aku diundang ke pesta ulang tahun Mina. Dia temanku, dia pendiam dan sangat baik kepadaku."

"Kau melupakan perjanjian kita?" tanya Sinb.

"Apa?"

"Kita akan pergi ke taman sabtu malam."

Eunha menggeleng. "Tidak, kita tidak membuat perjanjian itu, Sinb."

Sinb mengangguk paham. "Baiklah, aku berangkat duluan."

"Selamat belajar, Sinb~" kata Eunha sambil melambaikan tangan semangat.

Sinb tersenyum sedetik, ia membungkuk penuh hormat dan segera saja pergi meninggalkan ruang makan.

"Ibu, kau bisa membelikan aku dress berwarna putih?" tanya Eunha.

Sowon mengangguk. "Baiklah, kita akan pergi ke butik."

"Ibu, terima kasih banyak~" ungkap Eunha yang teramat sangat senang dibuatnya. "Aku bersyukur memiliki Ibu yang sangat baik, huhu~"

"Selesaikan sarapanmu, Eunha."

"Baik, Ibu!"

Eunha melanjutkan sarapan dengan semangat, dia benar-benar berubah sejak menjadi bagian dari murid sekolah elit itu. Dia menjadi seorang gadis yang rajin, bersih, serta penuh semangat. Perubahannya menjerumus pada kebaikan, tetapi ada satu sisi yang disayangkan darinya. Yaitu dia yang mulai asyik dengan teman baru.

"Omong-omong, ruangan di samping kamar kami kosong, bukan? Bagaimana jika itu menjadi kamarku?"

"Ya?"

"Aku mengunjungi beberapa situs dekorasi kamar, Bu. Aku suka dengan warna merah muda dan objek kelinci, tapi Ibu tahu sendiri, kalau Sinb sangat membencinya," oceh Eunha. "Jadi, bisakah ruangan itu dijadikan sebagai kamarku saja?"

"Eunha yya, menetaplah dengan Sinb," kata Sowon mengingatkan. "Kau banyak mengabaikan dia akhir-akhir ini."

"Ibu~" rengek Eunha. "Aku hanya ingin mempunyai kamar sendiri saja, Bu. Lagipula aku dan Sinb itukan sudah dewasa sekarang."

"Baiklah, Ibu akan usahakan untuk memindahkan seluruh barang-barangmu ke sana."

"Terima kasih banyak, Bu~" ungkap Eunha kesenangan. "Aku ingin membuat tempat yang lebih cerah di kamarku tanpa Sinb, aku ingin mendekorasi kamarku sendiri."

Two SidesWhere stories live. Discover now