10. Two Sides : Si Malas dan Si Rajin

360 100 27
                                    

"Wow!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wow!"

"Hmmm, kenapa kau belum tidur?"

"Kejutan~"

Sinb terkejut kerika Eunha menunjukkan sebuah sketsa sederhana yang menggambarkan keadaan Sinb saat belajar. Eunha memutar kursi belajarnya, ikut menghadap ke meja belajar Sinb.

"Bagaimana? Ini terlihat sangat cantik, bukan?"

"Hmmm."

"Yak! Setidaknya ucapkan terima kasih atas seni yang telah aku tunjukkan ini!"

"Bagus."

"Hanya itu?"

"Hmmm."

Eunha mendengus, ketika hendak membawa kursi belajarnya kembali ke tempat asal, Sinb menahan dengan segera. Di kamar ini, terdapat dua ranjang tunggal, dua meja belajar lengkap, serta satu meja rias yang disertai cermin besar.

"Lepaskan, kau telah melukai hatiku!" sebal Eunha.

Sinb menatap Eunha dingin, membuat Eunha menyengir dan langsung saja memberikan sketsa itu kepada Sinb.

"Akan lebih bagus kalau ... ditambahkan sesuatu."

"Apa?"

"Tunggu sebentar."

Sinb menggeser persoalan yang sedang ia selesaikan, menggantikan rumus-rumus menjadi ukiran pada kertas buku gambar tersebut. Eunha memiringkan kepalanya, menatap lamat ketika tangan Sinb menari di atas kertas buku gambar itu.

Terlihat begitu serius, Eunha bisa melihat wajah datar Sinb yang dengan tenang berusaha menyusun ide tanpa melihat objek. Pandangan Eunha melembut, dia merasa nyaman ketika berada di dekat Sinb. Bukan nyaman sebagai pasangan, tetapi nyaman sebagai saudari pastinya.

Tes!

"Si-sinb, ka-kau mimisan?"

"Ah, aku sepertinya harus segera tidur," kata Sinb sambil mendongak.

Eunha beranjak dari kursinya, dia mengambil beberapa helai tisu dan langsung memberikannya kepada Sinb. Sudah bukan hal aneh lagi bagi Sinb, karena kalau dia kelelahan, maka dia akan mimisan seperti itu.

"Apa yang sedang membebanimu? Kau harus beristirahat sekarang," kata Eunha, seketika dia menjadi Sang kakak yang siaga.

"Aku tahu," balas Sinb dingin.

"Sudah, ayo sekarang tidur!" ajaknya.

Sinb beranjak sambil mengusap sisa darah yang keluar dari hidungnya. Setelah selesai dengan itu, Sinb melempar tisu ke tempat sampah.

"Tidak pusing, 'kan?" tanya Eunha memastikan.

"Inikan sudah biasa, jadi tidak perlu khawatir," jawab Sinb santai.

"Tetap saja aku takut, huh!"

"Sudah sana, kau juga tidur."

"Tidak, aku ingin kau tidur terlebih dahulu."

Two SidesWhere stories live. Discover now