11. Two Sides : Rasa Iri

376 101 7
                                    

"Selamat, Sinb!"

"Terima kasih."

Eunha menatap nilai yang tertera pada kertas ulangan hariannya. Dia mendapatkan nilai tujuh, tetapi Sinb berada jauh darinya, yaitu sembilan. Meskipun Eunha lolos dalam ulangan harian ini, tetapi dia merasa sedikit tidak terima.

Sinb duduk di bangkunya, dia menaruh kertas ulangan itu tanpa mau melihat nilai lagi. Dia menoleh ke arah Eunha, seseorang yang tampak kecewa dengan nilai miliknya.

"Sinb yya, kenapa? Kenapa aku harus mendapatkan nilai ini?"

Sinb bergeming.

"Aku sudah menjawab semua yang aku pelajari saat ulangan."

Sinb masih bergeming.

"Kim Eunha!"

Eunha dan Sinb kontan menoleh ke sumber suara, secara tiba-tiba Eunha dipanggil oleh Bu Irene.

"Maju ke depan!"

"Ya?"

"Cepat maju ke sini!"

Eunha beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan menuju ke depan menuruti perintah Bu Irene.

Brukh!

Sinb beranjak kaget saat Eunha tersungkur setelah kakinya tersandung. Eunha segera saja berdiri, semua orang tertawa seperti puas melihat Eunha. Dan siapa pelakunya? Gadis yang baru sembuh setelah dirawat di rumah sakit, Yuju.

"Apa kau sudah tidak waras?" tanya Eunha tak menerima.

Yuju menangkup dagu. "Oops, kau terjatuh?"

"YAK!" sentak Eunha yang siap mendaratkan tamparan ke wajah Yuju.

BRAKH!

Yuju mendorong kasar mejanya sambil ia berdiri, dua gadis ini saling menghadap satu sama lain, tatapan tajam itu berperang.

"Hentikan," tegur Bu Irene.

Yuju tersenyum miring. "Beraninya kau membentak, beraninya kau berbicara dengan nada tinggi kepadaku."

Eunha melipat kedua tangan di bawah dada. "Kau pikir aku akan diam saja? Kau pikir aku akan mengalah?"

"KIM EUNHA!"

"KENAPA?"

Bu Irene terpaksa maju untuk melerai, dia menarik lengan Eunha agar menjauh dari Yuju.

"Yuju ah, bisakah kau menenangkan dirimu?" tanya Bu Irene.

Yuju menghembuskan napas panjang. "Ah, aku sedikit terluka sebenarnya."

Sinb mengepalkan tangannya tak menerima, dia menelan ludahnya seperti siap memakan hidup-hidup Yuju. Eunha menghempas kasar cekalan tangan Bu Irene.

"Eunha yya, tenangkan dirimu," ucap Bu Irene mengingatkan.

Eunha mengangguk kecil, ekor matanya melihat ke arah Sinb yang sedang berdiri tegak dengan kedua tangan mengepal hebat. Kepala Eunha nenggeleng pelan, memberitahu kepada Sinb bahwa dia baik-baik saja.

Sinb kembali mendudukan dirinya, memasang wajah datar yang khas.

"Ibu ingin berbicara denganmu," ucap Bu Irene pada Eunha.

"Baik, Bu."

Yuju berdehem. "Pasti karena jawabanya yang begitu mirip dengan adik kembarnya itu."

Eunha menutup matanya kuat-kuat, ia menahan amarah sekarang.

"Heol, Sinb seharusnya bersikap adil dan tidak memberikan jawaban begitu saja," sindir Yuju. "Dengan itu ... kita semua tahu bahwa Kim Eunha memanglah tidak berbakat."

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang