26. Two Sides : Terjatuh?

519 100 21
                                    

"Selamat ulang tahun."

Sinb menyungging seulas senyuman tipis, lalu ia menerima suapan ketika Eunha menyodorkan sepotong kue kepadanya. Bukan hanya sekadar memberikan suapan, Eunha juga langsung merangkul lengan Sinb, menguyel-uyel pipi gembulnya sendiri pada bagian lengan Sinb.

"Bagaimana? Aku membuat kue itu semalaman, kau menyukainya?"

"Ya."

"Sinb yya, bagaimana kondisimu? Terasa lebih baik sekarang?"

Sinb melepaskan Eunha dari lengannya, ia mengambil sebuah kotak yang membuat Eunha terkejut bukan main.

"Selamat ulang tahun kembali."

"Ya ampun?"

"Ini."

Eunha menatap kotak kado dan Sinb secara bergantian, detik berikutnya ia justru mengabaikan kotak tersebut hanya untuk memeluk Sinb erat. Sinb terdiam, lalu ia menurunkan kotak demi membalas pelukan Eunha.

Terhitung sudah hampir lima hari berlalu, sejak Sinb melakukan operasi melawan tumor otaknya. Kini dia telah lebih baik dari sebelumnya, bahkan mungkin bisa dikatakan sangat baik. Hubungan mereka juga kembali menghangat, karena tidak mungkin mereka saling berjarak dalam waktu yang lama.

"Terima kasih," ungkap Eunha senang.

"Ya," balas Sinb.

"Aku minta maaf," sesal Eunha.

"Untuk apa?"

"Kumohon, tolong tetap percaya kepadaku dan jangan pernah meninggalkan aku, Sinb. Jika suatu hari aku menerima kabar buruk, tolong bantu aku."

Pelukan itu merenggang dengan sendirinya, Sinb menatap Eunha dengan penuh peringatan, sementara Eunha segera berpaling.

"Katakan kepadaku, apa kau merasa tidak nyaman dengan sekolah itu?"

"Ti-tidak, tentu saja aku merasa sangat nyaman."

"Dengar!"

"Akh, Sinb yya, kau menyakitiku."

Sinb tidak perduli, tangan itu meremas bahu dengan sekuat tenaga, membuat Eunha jelas meringis kesakitan.

"Sebut siapa nama orang yang berani melukaimu!"

Eunha meraih tangan Sinb. "Sinb yya, aku ingin terbuka kepadamu. Tapi ... bisakah kau membantuku tanpa turun tangan?"

"Apa? Jadi kau menerima perlakuan tidak baik di sana?"

"Kumohon, jangan bertindak apapun setelah mengetahui ini. Mereka menyimpan rahasia besar yang akan menjadi ledakan jika sampai aku melawan."

"Sebut siapa saja!"

"Sinb yya, kau harus berjanji untuk tidak bertindak apapun, ya?" Eunha memohong sambil menyatukan kedua tangannya. "Kumohon."

Sinb mengangguk paham, tetapi ada satu titik yang membuat Sinb sulit untuk tenang sekarang. Sebuah luka lebam pada bagian lengan Eunha, bukan hanya satu ternyata, melainkan ada luka lebam lainnya.

"Mundur dari sekolah itu!"

"A-apa?"

"Tinggalkan sekolah yang tidak akan menghargai dirimu, Eunha!"

Eunha menggeleng. "Tidak, aku, aku tidak bisa."

***

Semua mata memandang ke arah dirinya, Eunha berjalan dengan gemetar saat tatapan mata semua orang terlihat penuh penilaian. Di depan sana terdapat kerumunan yang memenuhi mading.

Two SidesWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu