26

52.6K 5.9K 2.6K
                                    

Happy reading!

゚・✧🐯🐻✧・゚

Haechan sedang melamun seorang diri di balkon kamarnya, ia sedang memikirkan tentang Mark. Haechan merasa kasihan dengan Mark yang rela mencarinya hingga ke Chicago padahal dirinya sendiri ada di rumah, apalagi mengingat kondisi tubuh Mark.

Saat sedang sibuk melamun, seorang lelaki yang seumuran dengan Haechan muncul dari dalam kamar Haechan, "DOR!"

Haechan terkejut akan hal itu, ia menoleh mendapati lelaki tampan yang berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan tersenyum ke arahnya. "Kau mengejutkanku, kenapa bisa masuk?" Tanya Haechan yang kemudian memberikan ruang pada kursi di sebelahnya.

Lelaki itu berjalan mendekat dan duduk di ruang kursi yang tersisa, bersebelahan dengan Haechan, "Aunty Ten memintaku langsung masuk ke kamarmu. Lagi pula tidak ada salahnya juga aku masuk ke kamar tunanganku sendiri."

Haechan menyamakan duduknya dengan lelaki di sebelahnya, kini keduanya saling berhadapan. Haechan menatap kedua bola mata lelaki di depannya yang terlihat bersinar dan tersirat makna tulus di sana, ditambah dengan senyuman di wajahnya yang benar-benar terlihat tulus. Melihat itu semua Haechan hanya mampu menunduk dan memainkan jari tangannya.

Lelaki tampan di depan Haechan paham kenapa Haechan bertingkah seperti ini. Ia tahu tunangannya ini masih menyimpan rasa kepada orang lain, tidak perlu disebutkan pun semua orang tahu siapa orang yang dimaksud, apalagi anak kandung Haechan bersama dengan orang yang Haechan cintai.

"Tidak apa Haechan, aku tidak akan memaksamu. Tapi aku akan selalu berusaha membuatmu selalu tersenyum."

"Maafkan aku."

Lelaki tadi mendekat ke arah Haechan, mengikis jarak antara keduanya lalu meringkuh tubuh Haechan yang lebih kecil darinya, "Haechan, jangan minta maaf, aku tidak suka mendengarnya."

Haechan mengangguk dan tersenyum, "Terima kasih, kau selalu bersikap seperti ini padaku padahal kau tahu aku tidak—

Jari telunjuknya mendarat di bibir Haechan berniat menghentikan ucapan yang akan keluar dari mulut Haechan. Tidak perlu diingatkan pun ia tahu Haechan tidak pernah mencintainya. "Sstt iya Haechan, aku mengerti."

"Mau ke taman kota? Aku tadi melihat ada kuliner di sana, mau mencoba?" Tanyanya dengan melepaskan jari telunjuknya dari bibir Haechan.

Mendengar kata kuliner, rasa semangat dalam diri Haechan membuncah, bahkan ia sudah membayangkan berbagai macam makanan masuk ke perutnya, "Mau!" Hanya dengan makanan pun mampu membuat mood Haechan menjadi membaik.

Ia terkekeh melihat tingkah Haechan yang sangat menggemaskan ini, "Siap-siap ya, aku tunggu di bawah." Ucapnya dengan mengacak gemas rambut Haechan.

Haechan sendiri hanya mengangguk seperti anjing polos dan penurut.

゚・✧🍉🌻✧・゚

Selama di perjalanan, Haechan tidak pernah berhenti mengoceh. Mulutnya selalu mengatakan ingin makan semua makanan yang ada di tempat kuliner. Lelaki di samping Haechan hanya bisa terkekeh melihat tingkah gemas tunangannya.

"Kita mulai dari mana?"

Haechan meletakkan tangannya di dagu dengan mengamati seluruh stand makanan maupun minuman di depannya, "Aku haus, beli minum dulu ya?"

"Ya salah siapa kau mengoceh terus."

Haechan mencubit pinggang lelaki di sampingnya, bukannya kesakitan ia justru tertawa, wajah Haechan yang sedang merajuk terlihat benar-benar menggemaskan. Tidak hanya itu, semua yang dilakukan Haechan terlihat menggemaskan di matanya.

Mommy ; MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang