BAB 15 Ⅱ Jaka

270 58 27
                                    

JAKA

"PAK Darmono udah lo hubungin, Jak?" pertanyaan itu berhasil mengalihkan fokus gue dari beberapa lembar kertas berisikan susunan acara untuk kegiatan PPSMB—Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru—dua minggu ke depan. Gue menengadahkan kepala, mendapati Haikal berjalan ke arah gue. Laki-laki itu segera duduk di samping gue. "Fail undangan udah ada di Google Drive. Lo tinggal forward ke Pak Darmono, sabi, kan?"

Sekilas, gue mengangguk. "Sabi, sabi. Nanti gue e-mail ke doi. Pembicara yang lain gimana? Lo udah hubungin kaprodi?"

Sambil menenggak kopi instannya, Haikal mengangguk. "Pembicara udah mau clear semua kok. Tinggal Pak Dar sama Bu Dewi yang belum dihubungi."

"Sip. Aman kok, Kal. Nanti gue hubungin."

Dalam dua menit, gue selesai membaca susunan acara. Kertasnya juga gue coret sana-sini sebagai tanda revisi. Ada beberapa jadwal yang harus ditukar, durasi yang terlalu lama atau terlalu singkat, dan berbagai permasalahan lainnya. Usai dengan tugas mengoreksi susunan acara, gue lantas beranjak dari kursi yang sedang gue tempati bersama Haikal. Gue pamit untuk masuk ke sekretariat LEM, menemui Nadhira untuk memberikan hasil koreksi gue pada susunan acara yang dia kerjakan.

"Nadh, overall udah oke, tapi sori ya, masih banyak yang digonta-ganti. Udah tinggal ganti aja, sih. Ini udah kutandain semua." Gue menyodorkan kertas kepada Nadhira yang sedang menggeluti laptopnya dan pekerjaan yang nggak gue tahu apa. Bukan urusan gue juga.

Nadhira menerima kertas yang gue berikan. Dia membaca tiap halaman secara sekilas, lalu menganggukan kepalanya. "Sip. Makasih ya, Jak."

Gue ikut mengangguk menanggapi ucapan terima kasihnya. "Next time, failnya dimasukin ke Google Drive aja ya, Nadh. Supaya lebih gampang, aku bisa ikut edit failnya kalau kowe nggak sempet."

Ibu jari Nadhira mengudara. Cukup jadi bekal bagi gue untuk pamit meninggalkan ruangan. Gue melangkah dengan santai, kembali menemui Haikal yang masih duduk di luar. Kali ini dia nggak duduk sendirian. Ada Ayu di sebelahnya yang entah sudah datang sejak kapan. Mereka sedang bercakap-cakap, dan gue, datang untuk masuk ke percakapan mereka.

"Eh, Mas."

Gue senyum ke Ayu, meski gue udah memastikan bahwa senyuman gue nggak kelihatan karena tertutup masker. "Kok kamu ke kampus, Dek?"

"Kampus kan tempat umum, Jak," balas Haikal sambil melemparkan tutup botol minumannya ke arah gue. Dengan sigap, gue menghindar dan tertawa. Haikal beranjak dari kursi, mengambil sampah yang gagal menghantam kepala gue. "Gue duluan, deh, Jak. Mau pulang. Ayu, aku duluan, ya."

Gue dan Ayu serempak mengangguk, mempersilakan Haikal untuk pergi. Kini tersisa Ayu dan gue. "Mas, ini tak bawain ayam geprek. Tadi beli sama Ibuk. Ibuk bilang untuk Mas Rama, tapi Mas Rama nggak jadi ke rumah. Jadi buat Mas Jaka aja."

Gue bengong sejenak, memandang senyum Ayu yang merekah, matanya yang berbinar, dan raut senang di wajahnya. Kedua tangannya mengangkat tas jinjing yang pernah ia pakai juga untuk memberikan gue sarapan. Ternyata, ini yang anak kos bilang spesial, ya. Gue baru sadar.

Senyum gue ikut mengembang meski tipis. Belum sempat gue memberikan respons, Ayu udah bicara lagi, "Aku pikir Mas Jaka pulangnya malem, jadi dibawain sekarang."

"Aku udah mau pulang, sih," jawab gue sambil ambil posisi duduk di sebelahnya. "Makasih lho, Dek. Kamu repot-repot bawain aku makan terus."

Ayu hanya menyungging senyum malu tanpa menjawab gue.

+ + +

TENGAH malam sudah menyapa, tapi gue masih berkutat di depan laptop. Baru aja gue selesai membaca surel dari Pak Darmono. Beliau nggak menyetujui jadwal yang sudah gue tentukan bareng anak-anak divisi acara. Katanya, jam dan harinya bentrok dengan agenda beliau penelitian ke Magelang. Alhasil, Pak Darmono meminta pertukaran jadwal, bahkan sudah menentukan sendiri jam dan tanggalnya.

[TJS 3.0] Jakarta: Welcome HomeWhere stories live. Discover now