Bab 1

19.9K 545 4
                                    

Raka adalah satu-satunya putra milyader pasangan Rahendra Abichandra dan Ayu Agusti. Rahendra adalah pengusaha tambang emas dan batu bara. Sedang istrinya Ayu Agusti adalah seorang desainer terkenal di Asia tenggara.

Memiliki segudang properti dan usaha di penjuru Asia bahkan Eropa. Membuat keluarga Abichandra terkenal hampir di penjuru dunia dengan sebutan keluarga milyader.

Sedang Raka sendiri, ia tidak ingin hanya berpangku tangan dengan kehebatan kedua orang tuanya. Dari usianya masih remaja, ia bahkan sudah terjun ke dunia pasar saham atau bahkan bursa saham atau yang sering disebut di Indonesia dengan BEI (Bursa Efek Indonesia.)

Pria jangkung dengan stelan kemeja berwarna nevy nampak pas ditubuhnya, terlihat sedang asik memilih-milih jejeran jam tangan di depannya.

Tok Tok

Ketukan di pintu membuat perhatian pria jangkung itu teralihkan, dengan sedikit malas ia bergumam mempersilahkan sang pengetuk pintu untuk masuk. Dan terlihatlah seorang wanita paruh baya masuk dengan pakaian rapi seperti kepala pelayan pada umumnya.

"Sarapan sudah selesai, tuan." Ucap sang pelayan sopan.

"Lima menit lagi, saya akan turun." Ucap Raka dengan gaya cueknya. Dengan kepala mengangguk dua kali, sang pelayan pun pamit undur diri. Meninggalkan Raka kembali dengan kesibukannya.

Raka melangkah keluar kamar dan masuk ke dalam ruang makan. Dengan sebelah tangan masuk ke dalam saku celananya. Terlihat seluruh pelayang sudah berjejer rapi menyambut sang tuan rumah untuk menikmati hidangan yang telah disediakan oleh para koki handal di atas meja.

"Selamat pagi, tuan."

"Hmm."

Hanya sebuah gumaman lah yang terdengar dari mulut sang tuan rumah. Tanpa mau repot-repot bersikap ramah atau bahkan tersenyum menanggapinya.

Semua para pelayang langsung bubar, begitu sang tuan menggerakkan jari tanda mengusir secara halus.

"Bu Maria."

"Ya, tuan?"

"Saya tidak ingin besok para pelayang berpakaian dengan warna terlalu menyolok seperti itu. Ganti dengan warna putih atau abu-abu!" Perintahnya sambil menyesap kopi hitam di depannya.

"Baik, tuan."

"Dan satu lagi. Siapa yang menaruh gula terlalu banyak di kopi ini? Ini terasa lebih manis dari biasanya." Ucap Raka dengan nada datarnya membuat wanita yang berdiri di sampingnya--yang dipanggil Maria langsung melirik salah satu koki yang berdiri empat langkah di belakangnya.

Semua koki langsung menunduk dalam dengan perasaan was-was dan jantung berdebar kuat.

"Bu Maria."

"Baik, tuan, saya akan menegur koki baru yang membuat kopi itu." Ucap Bu Maria cepat. Sebelum tuan besarnya mengeluarkan kata-kata sarkasnya pagi ini.

Raka menganggukkan kepala berulang kali dengan bibir terangkat tipis. "Karna hari ini mood saya sedang baik. Saya akan memaafkan semua kesalahan kecil ini. Tapi-" Melirik para koki yang sudah tampak pucat. "Tidak ada toleransi untuk besok." Seringai tipis menghiasi bibir tipis Raka.

Merapikan jasnya Raka langsung berdiri tanpa menyentuh sarapannya. Mengabaikan menu-menu makanan yang sudah nampak rapi berjejer di depannya. "Saya akan berangkat sekarang." Sambungnya santai. Yang langsung membuat para koki mengembuskan nafas panjang begitu sang tuan melangkah pergi.

Bahkan menurut para koki atau pelayan, berhadapan dengan sang tuan di jam-jam sarapan dan makan malam adalah saat-saat menegangkan. Bahkan lebih mengerikan dibandingkan dengan vonis mati dari dokter. Jika vonis mati masih bisa membuat mereka setidaknya masih bisa bernafas. Berbeda halnya jika berhadapan dengan tuan muda Adichandra. Berani mereka bernafas disaat membuat kesalahan bisa langsung mati detik itu juga.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang