Bab 5

7.3K 357 3
                                    

Jessa menatap penuh benci pada punggung pria di depannya. Setelah menyeretnya sesuka hati kini pria itu dengan seenak jidat mengabaikan semua pertanyaannya. Juga mengabikan keberadaannya. Jessa bahkan tidak membawa ponsel dan tasnya.

Bukan hanya dua benda itu, Jessa bahkan tidak membawa dompet, membuat dia tidak punya pilihan lain selain diam. Bagaimana ia bisa pulang jika begini. Dan pria di depannya dengan seenaknya saja meninggakannya. Berlagak seperti tidak memiliki kesalahan sedikit pun. Benar-benar menyebalkan menurut Jessa.

Jessa bersumpah jika sampai ia kenapa-kenapa dan tidak bisa pulang. Jessa akan merocoki hidup pria kaku di depannya ini seumur hidup. Bahkan jika perlu Jessa akan mencekiknya sampai mati.

Tidak peduli jika Jessa harus masuk kantor polisi untuk mempertanggung jawabkannya. Tapi yang terpenting Jessa bisa merasa puas.

"Cepatlah, apakah kamu benar-benar berharap aku memanggilmu siput karna langkah kakimu yang lamban itu?" Jessa mendengus kuat mendengar ucapan tak berperasaan dari pria di depannya itu. Begitu kasar dan seenaknya.

Apa pria arogant, kasar, kaku ini benar-benar calon suami yang dijodohkan dengannya? Kenapa berbeda sekali dengan pria tenpo hari yang datang ke rumahnya?

Perasaan Jessa waktu itu, pria yang bernama Raka itu tidak banyak bicara dan sangat pendiam. Berbeda jauh dengan pria di depannya sekarang. Yah walau tidak ada senyum di wajahnya setidaknya Jessa berpikir jika pria bernama Raka itu adalah pria cuek dan pendiam. Namun ternyata pemikirannya salah. Pria di depannya ini bukan hanya cuek. Tapi juga arogant, kaku, kasar dan cerewet. Bolehkah Jessa menyesal karna menerima perjodohan ini?

"Ya ya ya. Berhentilah mengomel." Ketus Jessa melangkah sedikit berlari  mengejar langkah pria jangkung di depannya.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Sapa seorang pramuniaga sopan.

"Katakan pada manajer mu. Reservasi atas nama Raka Adhicandra." Ucap Raka datar. Sang pramuniaga tersentak kaget ketika pria di depannya adalah anak dari pemilik butik. Dengan wajah kaku lantaran syok dan kaget. Sang pramuniaga hanya mengangguk patuh.

"Ba---ik, tuan. Mari silahkan duduk." Ucapnya sopan.

Raka tetap diam saat sang pramuniaga mempersilhkannya duduk. Membuat sang pramuniaga takut dan langsung melesat pergi memanggil sang manajer.

Tidak butuh waktu lama datanglah segerombolan orang dengan pakaian rapi. Lengkap dengan senyum sopan di bibirnya.

Jessa memandang butik mewah di depannya dengan bingung. Dan beberapa orang yang melangkah ke arahnya.

"Perkenalkan saya Sofi, tuan, selaku manajer di butik ini."

Raka menatapnya sebentar. "Apa mama saya sudah menjelaskannya? Kenapa saya datang kemari?" Tanya Raka datar.

"Sudah, tuan. Nyonya sudah menjelaskannya pada saya. Mari, tuan, ikut saya." Ucap Sofi menuntun Raka melangkah masuk lebih dalam ke dalam butik. Dan menyuruh beberapa pramuniaga minggir menggunakan lirikan matanya.

Raka menoleh ke belakang di mana Jessa terus menatap bingung menatap sekeliling butik dan jejeran gaun pengantin di depannya. "Suruh dia mencoba gaunnya!" Ucap Raka menunjuk Jessa dengan dagunya.

"Gaun? Gaun apa?" Tanya Jessa bingung.

"Tidak usah banyak bertanya. Ikuti saja dia." Ucap Raka datar.

Jessa melotot galak ke arah Raka tak urung dia tetap melangkah mengikuti wanita di depannya. Calon suaminya itu tidak bisa apa berbicara lembut sedikit tidak usah pakai toak atau urat. Kenapa bawaannya kayak orang mau lahiran sih.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang