Bab 9

6.6K 352 6
                                    

Raka duduk tenang di ruang tamu calon mertuanya. Kedua matanya memperhatikan seisi rumah yang tampak begitu rapi.

Banyak foto-foto berjejer rapi di atas meja kecil dan di atas dinding membuat keningnya berkerut samar.

Di semua foto itu hanya ada foto keluarga dan wanita yang tadi dia temui di dapur, Jessi.

Tidak ada satu pun foto Jessa di sana. Bahkan saat foto keluarga Aditama hanya ada satu foto yang Jessa ada di sana.

Membuat Raka sedikit heran, tapi semua itu tidak berlangsung lama. Karna Raka tidak terlalu peduli, entah memang sikap cueknya yang mendarah daging atau sikap masa bodonya terhadap sekitar sudah kronis. Hingga membuat Raka tidak mau terlalu lama memikirkannya.

"Silahkan di minum." Ucapan bernada manis dari wanita di depannya.

Membuat Raka meliriknya sebentar. Hanya sebentar karna setelah itu ia meraih ponselnya dan berkutat dengan ponsel canggih itu. Membuat Jessi yang tadi datang membawakannya kopi pun menatapnya kesal.

"Ngomong-ngomong, kalian janjian mau ke mana?" Tanya Jessi duduk di samping Raka.

Raka hanya diam tidak tertarik untuk menanggapi. Masih sibuk dengan kegiatannya.

"Raka?" Panggil Jessi lembut membuat Raka berdecak malas karna pertanyaannya.

"Apa saya harus menjawabnya?"

Mengangkat bahu cuek. "Aku cuman tidak mau terjadi sesuatu dengan adikku. Karna pergi tidak tau ke mana dengan seorang pria." Jawab Jessi santai.

"Tapi sayangnya pria itu adalah tunangannya. Yang otomatis dia tidak akan membiarkan adik anda kenapa-napa." Jawab Raka tenang, tapi terdengar sinis di telinga Jessi.

"Dan yang saya tau hubungan anda tidak semanis itu dengan adik anda. Jadi-" Menatap tajam Jessi. Raka terlihat sekali tengah terganggu dengan kehadiran wanita di sampingnya. "Berhenti pura-pura mencemaskannya dan berbasa-basi dengan saya karna saya sama sekali tidak tertarik dengan basa-basi anda." Sambung Raka dingin.

"Kamu hanya orang luar di sini. Jadi jangan berani-beraninya asal bicara dan bersikap kurang ajar." Ucap Jessi sedikit sewot. Tidak terima dengan respon Raka padanya.

"Raka." Panggilan Jessa dari arah tangga membuat Raka langsung menoleh ke arah Jessa. Menghentikan tatapan sengit Jessi dan perhatian Raka.

Di sana Jessa sudah berganti pakaian lebih rapi. Lengkap dengan tas jinjing di tangannya. "Maaf kamu nunggu lama, ya?" Ucap Jessa lembut, lengkap dengan senyum manis di bibirnya. Seakan bersikap jika hubungan mereka baik-baik saja.

Tanpa menjawab pertanyaan Jessa Raka langsung berdiri dari duduknya. Berjalan cepat ke arah Jessa dan menarik tangan wanita itu untuk mengikuti langkahnya. Mengabaikan tatapan penuh benci Jessi padanya. Bahkan Raka tidak mau repot-repot menyentuh kopi buatan Jessi atau sekedar berpamitan pada saudara tunangannya itu. Dia terlalu malas meladeni Jessi yang mendadak membuatnya begitu mengganggu.

"Sialan!" Maki Jessi saat melihat dua sejoli pergi begitu saja dan mengabaikan keberadaannya. Mereka bahkan tidak ada yang meliriknya. Membuat darahnya mendidih seketika.

***

Raka terus menarik tangan Jessa hingga berada di samping mobilnya. "Kita mau ke mana?" Tanya Jessa begitu mereka sudah masuk ke dalam mobil, dan Raka duduk di sampingnya.

"Bandung."

"Bandung? Ngapain?" Teriak Jessa tanpa sadar. Yang lagi-lagi refleks tubuhnya yang begitu sangat berlebihan. Membuat Raka menatapnya tajam.

"Apa kamu tidak pernah bisa berbicara pelan?" Ucap Raka tajam.

Jessa langsung menggaruk tekuknya yang mulai terasa gatal begitu mendengar nada tajam dari pria di sampingnya. "Maaf." Cicit Jessa pelan.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang